02 Desember 2023
11:33 WIB
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan, gejala mycoplasma pneumonia disebabkan bakteri Mycoplasma pneumoniae yang umum menyerang anak.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat mewaspadai penyakit ini. Hal ini menyusul laporan World Health Organization (WHO) tentang adanya undiagnosed pneumonia yang menyerang anak-anak di China. Sebanyak tiga per empat pasien penyakit tersebut didiagnosis terinfeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae.
"Gejala pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae sama seperti gejala pneumonia pada umumnya, dan biasanya gejalanya lebih ringan," ungkap Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi IDAI, Rina Triasih, dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/12).
Ia melanjutkan, pneumonia umumnya diawali gejala infeksi saluran napas atas berupa demam, batuk dan pilek selama 3-5 hari. Lalu, sesak atau napas cepat. Anak dengan daya tahan tubuh yang lemah dapat mengalami kondisi yang lebih berat.
Setelah bakteri masuk ke dalam tubuh, butuh waktu cukup panjang hingga gejala muncul. Kemunculan gejalanya tak secepat virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19. Bakteri ini juga umumnya menyerang anak usia sekolah di atas usia lima tahun.
Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, saat ini belum ada data resmi dari Kemenkes mengenai jumlah kasus mycoplasma pneumonia. Pelacakan kuman penyebab pneumonia pada anak juga belum rutin dilakukan, selain pelacakan virus influenza.
"Belum ada data pasti apakah terjadi peningkatan jumlah kasus pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae pada anak di Indonesia," lanjut dia dalam keterangan yang sama.
Meski begitu, IDAI meminta seluruh pihak terkait tetap mewaspadai perkembangan kasus mycoplasma pneumonia, baik di China maupun Indonesia. Masyarakat juga diminta meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), rutin mencuci tangan, dan menggunakan masker.
Sebagai upaya pencegahan, orangtua bisa memberikan ASI eksklusif, vitamin A dosis tinggi, makanan bergizi seimbang, dan vaksinasi lengkap pada bayi dan anak. Jika menemukan gejala, pemberian antibiotik yang tepat oleh dokter bisa mengobati gejala ringan.
Selain itu, IDAI meminta surveilans infeksi sistem pernapasan pada anak, termasuk pneumonia, ditingkatkan kembali. Ini termasuk meningkatkan fasilitas pemeriksaan untuk mendeteksi penyebab pneumonia pada anak. Di antaranya, Streptococcus pneumonia, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Mycoplasma pneumonia, dan lainnya.
Rumah sakit (RS), klinik, dan puskesmas pun dipandang perlu menganalisis data jumlah pasien dan kematian akibat pneumonia secara berkala. Mencakup pasien rawat inap, rawat jalan, hingga instalasi gawat darurat. Dengan begitu, antisipasi dini dapat dilakukan jika ada peningkatan jumlah kasus yang signifikan.