c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

22 Oktober 2025

12:07 WIB

Prancis Terpukul Karena Perampokan Museum Louvre

Para pencuri bertopeng mencuri delapan benda dari Museum Louvre, mulai dari satu set perhiasan dari ratu Prancis abad ke-19, hingga  bros korsase besar milik istri Napoleon III, Permaisuri Eugénie.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Prancis Terpukul Karena Perampokan Museum Louvre</p>
<p id="isPasted">Prancis Terpukul Karena Perampokan Museum Louvre</p>

Museum Louvre di Paris, Perancis. Sumber foto: Louvre.

JAKARTA - Perampokan terjadi di Museum Louvre yang selama ini menjadi kebanggaan Prancis. Komplotan pencuri yang beraksi pada Minggu (19/10) lalu berhasil membawa kabur sejumlah benda bersejarah yang disimpan di museum tersebut, termasuk koleksi perhiasan dari era kekaisaran Napoleon III abad ke-13.

Aksi perampokan yang berhasil dengan mulus "menampar" pemerintah Prancis. Menteri Kehakiman mengatakan negara "telah gagal" melindungi warisan penting kebudayaannya. Negara "dikalahkan" oleh pencuri yang hanya butuh tujuh menit untuk mencuri perhiasan tak ternilai dari museum.

"Yang pasti, kita telah gagal, karena orang-orang bisa memarkir lift furnitur di tengah kota Paris, lalu membawa orang-orang naik ke sana dalam hitungan menit untuk mengambil perhiasan tak ternilai harganya, dan memberikan citra buruk bagi Prancis ," ujar Menteri Kehakiman, Gérald Darmanin, kepada radio France Inter pada hari Senin (20/10) sebagaimana dilansir dari The Guardian.

Pemerintah Prancis berada di bawah tekanan karena pencurian tersebut. Sementara polisi terus memburu pencuri bertopeng yang hanya membutuhkan waktu tujuh menit untuk mencuri permata tak ternilai dari museum yang paling banyak dikunjungi di dunia. Kejadian tak terduga itu membuat pemerintah Prancis menilai ulang sistem keamanan, khususnya cara mereka menjaga koleksi bersejarah.

Setelah kejadian itu Menteri Dalam Negeri, Laurent Nuñez, memerintahkan para prefek di seluruh Prancis untuk segera menilai kembali langkah-langkah keamanan yang melindungi setiap museum dan situs budaya serta meningkatkan keamanan jika diperlukan.

Sementara perburuan para pelaku berlanjut, tim yang terdiri dari 60 penyidik sedang menyelidiki teori bahwa penggerebekan tersebut direncanakan dan dilakukan oleh kelompok kejahatan terorganisir. Mereka telah mempelajari rekaman CCTV dan memeriksa barang-barang yang ditinggalkan para penyusup di tempat kejadian, termasuk sarung tangan, walkie-talkie, dan helm sepeda motor.

Kronologi Kejadian

Geng empat pencuri, yang tidak bersenjata tetapi mengancam penjaga dengan gerinda sudut, menurut seorang jaksa, memasuki Louvre melalui jendela luar di siang bolong. Saat itu Minggu pagi dan museum baru saja dibuka untuk pengunjung.

Para perampok menggunakan truk dengan tangga yang dapat dipanjangkan seperti yang digunakan para pengangkut furnitur untuk masuk ke Galeri Apollo, ruangan berlapis emas yang menyimpan koleksi kerajaan dan permata mahkota. Mereka menggunakan peralatan pemotong untuk masuk dan membuka etalase, mengambil permata dari dua peti di galeri berhias yang merupakan salah satu ruangan yang paling sering dikunjungi di museum.

Beberapa orang mengenakan jaket visibilitas tinggi seperti tukang bangunan. Para pejabat mengatakan para pencuri hanya berada di dalam galeri Apollo selama empat menit, dan seluruh perampokan selesai dalam tujuh menit.

Para pencuri bertopeng mencuri delapan benda, termasuk sebuah diadem safir, kalung, dan satu anting dari satu set perhiasan yang serasi dengan ratu Prancis abad ke-19, Marie-Amélie dan Hortense. Selain itu, mereka juga mencuri sebuah kalung dan anting zamrud dari satu set perhiasan yang serasi dengan Permaisuri Marie-Louise, istri kedua Napoleon Bonaparte. Di antara benda-benda lainnya, terdapat bros relikui dan diadem serta bros korsase besar milik istri Napoleon III, Permaisuri Eugénie – sebuah ansambel kekaisaran abad ke-19 yang berharga.

Satu benda, mahkota kekaisaran bertahtakan zamrud milik Permaisuri Eugénie, yang berisi lebih dari 1.300 berlian, kemudian ditemukan di luar museum setelah dijatuhkan oleh para perampok, kata otoritas Prancis.

Menteri Kehakiman Darmanin mengatakan, dari aksi itu, orang-orang bisa mempertanyakan satu fakta penting, yaitu mengapa jendela museum tidak diamankan, sehingga pencuri bisa masuk dengan mudah?

Baca juga: Telisik Louvre Sebagai Museum Seni Terbesar Di Dunia

Berbicara di CNews, sebagaimana dilaporkan The Guardian, menteri kebudayaan, Rachida Dati, mengatakan para pencuri berupaya membakar alat pengangkat furnitur tetapi gagal, dan meninggalkan bukti saat mereka melarikan diri.

"Kami menemukan sepeda motor dan mereka memiliki plat nomor," kata Dati. "Saya juga ingin memberikan penghormatan kepada petugas keamanan yang mencegah pembakaran kerekan furnitur. Salah satu pelaku mencoba membakarnya, tetapi mereka memaksanya melarikan diri. Hal ini memungkinkan kami menemukan bukti di tempat kejadian."

Dati memastikan staf museum telah mematuhi prosedur keamanan. Alarm berbunyi ketika lemari dibuka dan petugas Louvre memasuki ruangan, tetapi para penyusup sudah melarikan diri.

Dia pun menegaskan bahwa proyek renovasi Louvre yang telah berlangsung selama satu dekade mencakup peningkatan keamanan.

Di skena politik, sejumlah politisi menyebut perampokan tersebut sebagai penghinaan bagi Prancis. Dan Presiden Emmanuel Macron mengatakan di media sosial bahwa segala upaya sedang dilakukan untuk menangkap para pelaku dan mengembalikan harta rampasan. Menteri Kehakiman Darmanin juga menjanjikan bahwa perampok akan ditangkap.

Baca juga: Pekerja Mogok, Museum Louvre Di Perancis Hadapi Beban Overtourism

Isu Keamanan Hingga Tenaga Kerja

Museum Louvre, karena popularitasnya yang tinggi, telah berkali-kali mendapat sorotan dari berbagai aspek. Isu keamanan museum kali ini lebih disorot, yang secara luas mempertanyakan keseriusan pemerintah Prancis dalam memperkuat tata kelola tempat-tempat kebudayaan.

Serikat pekerja mengatakan bahwa secara umum tidak cukup investasi yang dilakukan dalam hal staf dan keamanan di tempat-tempat kebudayaan Prancis.

"Koleksi-koleksinya tidak aman, pengunjungnya tidak aman, dan stafnya juga tidak aman," ujar Yvan Navarroa, wakil sekretaris jenderal cabang budaya Konfederasi Umum Buruh. Ia mengatakan pemangkasan anggaran selama beberapa tahun terakhir menyebabkan kurangnya staf keamanan untuk budaya dan warisan Prancis, termasuk Louvre yang ikonik.

Belum lama ini, sekitar Juni lalu, terjadi aksi mogok para pekerja Museum Louvre, yang menyebabkan penumpukan massa pengunjung di luar bangunan museum. Melalui protes pekerja, sejumlah isu pun mencuat ke publik, mulai dari kurangnya aspek keamanan, kondisi ruangan di museum yang mulai rusak, hingga kekurangan pekerja di tengah masalah overtourism.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar