c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

25 Agustus 2025

09:41 WIB

Panduan Mengatur Kebiasaan Menonton Anak Berdasarkan Fase Usia

Beda usia anak, beda pula aturan menonton yang perlu diterapkan. Menjadikan menonton bagian dari rutinitas harian yang seimbang juga lebih baik tinimbang anak dibiarkan menonton televisi tanpa jadwal.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Panduan Mengatur Kebiasaan Menonton Anak Berdasarkan Fase Usia</p>
<p>Panduan Mengatur Kebiasaan Menonton Anak Berdasarkan Fase Usia</p>

Ilustrasi - Warga menonton televisi di rumahnya, Depok, Jawa Barat, Selasa (15/6/2021). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/fo.

JAKARTA - Menonton televisi bisa menjadi hal yang menyenangkan bagi anak. Namun, aktivitas menonton anak perlu diperhatikan dengan seksama oleh orang tua, agar apa yang ditonton benar-benar sesuai bagi anak.

Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengingatkan, tayangan televisi bisa berdampak positif sekaligus juga bisa negatif bagi anak. Karena itu penting peran orang tua dalam mengawasi apa yang ditonton anak.

Vera menjelaskan, tayangan yang tepat memiliki beberapa kriteria, yakni memiliki nilai edukatif dan moral, serta menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami. Selanjutnya, nilai-nilai itu perlu ditakar berdasarkan tahap perkembangan anak.

"Tayangan untuk anak juga baiknya menampilkan alur yang sederhana, visual yang ramah anak, dan tidak berlebihan dalam konflik atau efek visual," ungkap Vera sebagaimana diberitakan Antara, Minggu (24/8).

Dia mengingatkan agar orang tua menghindari anak mengakses tayangan yang mengandung kekerasan, konten seksual, mistis berlebihan, atau perilaku antisosial.

Ratih Zulhaqqi, psikolog lainnya dari UI menambahkan, hal-hal yang jelas harus dihindari adalah tayangan dengan iklan konsumtif berlebihan, seperti produk makanan tak sehat atau mainan mahal. Selain itu alur cerita yang terlalu cepat juga tidak baik, sebab berisiko menimbulkan overstimulasi dan kesulitan anak membedakan realitas dengan fantasi.

"Anak itu butuh jeda untuk memproses informasi yang mereka miliki. Jadi jangan menonton yang durasinya terlalu lama sehingga akhirnya yang dia lakukan hanya perilaku monoton dan menonton," kata Ratih.

Kedua psikolog ini sepakat bahwa peran orang tua sangat penting dalam membentuk kebiasaan menonton anak. Mereka menyarankan beberapa strategi efektif yang bisa diterapkan para orang tua.

Dimulai dengan membuat aturan yang jelas soal waktu menonton anak. Saran dari psikolog Vera dan Ratih, orang tua sebaiknya membatasi waktu menonton anak hanya 1-2 jam perhari. Tentukan pula waktu khusus untuk menonton dan hindari kebiasaan menonton tanpa jadwal. Dengan kata lain, lebih baik tayangan dijadikan bagian dari rutinitas harian yang seimbang.

Selain itu, orang tua juga dianjurkan memilih tayangan yang sesuai usia dan nilai. Orang tua dapat memanfaatkan teknologi, yakni fitur parental control atau tonton bersama anak untuk memastikan kontennya aman.

Baca juga: Menelisik Perjalanan Parenting Dari Generasi Ke Generasi

Jika anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya tak diajarkan menonton televisi, maka anak usia 2-5 tahun boleh mengakses tontonan di televisi secara terbatas. Batasi durasinya maksimal hanya 1 jam per hari, dengan tetap mengutamakan konten edukatif serta kaya pesan moral. Contohnya kartun anak, eksperimen sains, hingga dokumenter ringan.

Terakhir, bagi anak di fase usia remaja, yaitu 13–17 tahun, fokus orang tua harus lebih kuat lagi terhadap sisi konten. Anak di usia ini bisa diizinkan menonton hiburan kategori 13+, namun tetap perlu arahan dan diskusi mendalam dengan orang tua.

Baca juga: Bagaimana Menentukan Pola Asuh Yang Baik Untuk Anak?

Menurut Ratih dan Vera, menonton televisi juga bisa menjadi kesempatan bagi orang tua untuk berdiskusi dengan buah hati tercinta. Ajak anak berdiskusi usai menonton.

"Tanyakan pendapat mereka, dan luruskan bila ada konten atau perilaku yang tidak sesuai," ujar Vera.

"Hal yang paling penting bukan hanya apa yang ditonton, tapi juga bagaimana anak menontonnya dan siapa yang mendampingi," Ratih menegaskan.

Tidak ada yang lebih baik dari contoh di depan mata. Maka orang tua juga perlu membatasi diri dalam menonton agar dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya. Ciptakan zona bebas layar, seperti saat makan, sebelum tidur, atau ketika berkumpul keluarga. Ini membantu menciptakan iklim interaksi langsung yang sehat.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar