13 Januari 2023
10:56 WIB
Penulis: Mahareta Iqbal
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Klenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa. Dikarenakan di Indonesia penganut kepercayaan tradisional Tionghoa sering disamakan sebagai penganut agama Konghucu, maka klenteng dengan sendirinya sering dianggap sama dengan tempat ibadah umat Konghucu.
Klenteng bagi masyarakat Tionghoa tidak hanya berarti sebagai tempat ibadah saja. Klenteng mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan komunitas Tionghoa di masa lampau.
Selain menjadi tempat ibadah, klenteng juga kerap dijadikan tempat wisata bagi turis yang ingin mempelajari asal muasal berdirinya bangunan tersebut.
Sebagai salah satu negara yang juga menganut ajaran Buddha, Indonesia memiliki banyak klenteng bersejarah yang sudah dibangun hingga ratusan tahun lamanya.
Di Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Jepara, terdapat klenteng tertua di Indonesia yang bernama Klenteng Hian Thian Siang Tee Walahan.
Klenteng ini diyakini yang tertua di Indonesia karena menyimpan pusaka peninggalan Tiongkok berupa Sien Tijang (kertas bergambar Paduka Hian Thiam Siang Tee). Kemudian Po Kiam (pedang Tiongkok), Tjioe Hwat (buku pengobatan atau ramalan), dan Hio Lauw (tempat abu) yang pertama kali dibawa oleh Tan Siang Hoe.
Dia membangun klenteng tertua di Indonesia tersebut bersama dengan kakaknya, Tan Siang Djie. Keberadaan Klenteng Hian Thian Siang Tee Welahan sendiri tak lepas dari kisah perjalanan hidup Tan Siang Hoe, saat menuju Asia Tenggara guna bertemu saudaranya itu.
Hingga saat ini, Klenteng Hian Thian Siang Tee Welahan masih sering digunakan untuk aktivitas keagamaan dan wisata religi yang tidak hanya dikunjungi warga Tionghoa saja, melainkan juga warga pribumi dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca juga: Sederet Kue Khas Imlek Yang Dipercaya Datangkan Keberuntungan
Masih di Jepara, Klenteng Hok Teng Ceng Sin dibangun pada 1466 dengan bangunan utama menggunakan atap pelana tumpang yang sangat khas bergaya Tiongkok. Bagian puncak atap dihiasi dengan patung sepasang naga berwarna hijau yang seolah terlihat memperebutkan mustika.
Selain naga, sepasang Singa Kilin atau disebut Ciok say juga tampak berada di bagian halaman depan klenteng.
Klenteng Hong Tiek Hian termasuk klenteng tertua di Indonesia, sekaligus klenteng tertua di Surabaya yang telah berdiri sejak 1293 silam.
Konon, klenteng ini dibangun oleh pasukan Tartar pada zaman Khu Bilai Khan, yakni sekitar abad ke-13 saat Kerajaan Majapahit berdiri. Bersama rombongannya, Khu Bilai Khan melakukan perjalanan ke Indonesia dan membangun tempat beribadah yang ia rancang sendiri.
Klenteng Hong Tiek Hian atau biasa disebut juga Klenteng Dukuh terdiri dari dua bangunan utama. Kedua bangunan tersebut dipisahkan oleh gang bernama Gang Dukuh 2. Gang tersebut memiliki gapura yang khas dengan nuansa Cina dan menjadi akses utama untuk menuju pemukiman penduduk.
Kedua bangunan Klenteng Hong Tiek Hian memiliki suasana yang begitu kental dengan gaya arsitektur China. Hal ini terlihat dari berbagai altar yang digunakan sebagai tempat pemujaan dengan hiasan ornamen dan bau hio atau dupa yang khas.
Di lantai 1 bangunan klenteng, kalian bisa melihat altar Mak Co dan Kong Co. Sementara itu, di lantai 2 klenteng ini, terdapat altar Dewi Kwam Im, Buddha, dan dewa-dewi lainnya.
Baca juga: Sejumlah Pantangan Yang Harus Dijauhi Selama Perayaan Imlek
Beralih ke kawasan Gresik, Jawa Timur, ada sebuah klenteng yang telah dibangun sejak 1153 bernama Klenteng Kim Hin Kiong. Klenteng Kim Hin Kiong dibangun oleh orang-orang Tiongkok yang merantau ke Gresik untuk berdagang.
Klenteng ini berada di tengah kawasan pecinan yang kini telah berbaur dengan perkampungan Arab. Bentuk bangunannya sendiri tidak begitu besar dengan dominasi warna merah dan kuning.
Pada bagian depan klenteng juga terdapat dua patung singa dan ornamen-ornamen khas bergaya Tiongkok. Masuk ke bagian teras, salah satu klenteng tertua di Indonesia ini memiliki hiolo (gentong abu tempat menancapkan dupa ketika sembahyang) dengan ornamen kepala naga.
Terdapat altar pada bagian ruang utama untuk umat Buddha yang ingin menyembah patung Dewa Thian San Seng Boo. Sementara itu, pada bagian kanan klenteng, dilengkapi panggung wayang Po Te Hi untuk acara kebudayaan yang dilakukan pada waktu tertentu.
Bangunan Klenteng Hok Keng Tong berada di Jalan Pasar Kue, Desa Panembahan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Klenteng ini sekilas tampak baru dan modern. Hal tersebut bukan tanpa alasan, faktanya klenteng ini sempat dipindah dari yang awalnya terletak berada agak ke dalam dari Jalan Pasar Kue, dan tidak terurus dalam waktu yang lama.
Klenteng ini mulai berdiri pada tahun 1389. Didirikan oleh sekelompok orang Tiongkok yang melakukan perjalanan ke wilayah Pantai Utara Pulau Jawa.
Saat itu, kawasan Plered, Cirebon masih tampak rawa-rawa, sehingga rombongan Tiongkok menganggap tempat dan tanah di kawasan tersebut cocok untuk dibangun pemukiman warga dan rumah ibadah.
Sayangnya, setelah berlalu ratusan tahun dari awal pendirian, Klenteng Hok Keng Tong dipaksa vakum pada tahun 1825 hingga 1830 karena perang Diponegoro dan kebijakan pemerintah Hindia-Belanda terkait larangan mendirikan tempat ibadah.
Baca juga: Rekomendasi Tempat Wisata Bertema Pecinan
Klenteng Cu Ang Kiong hingga saat ini masih tampak kokoh berdiri di Rembang, Jawa Tengah meski telah berusia 609 tahun.
Kabarnya, klenteng ini dibangun oleh orang-orang China yang berlabuh di Lasem. Mereka menggunakan kayu jati sebagai material utama dalam membangun klenteng.
Terdapat ruang depan dan bangunan lainnya di kanan dan kiri klenteng yang menjadi bangunan tambahan. Saat memasuki ruang tengah klenteng, pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan benda bersejarah yang telah ada sejak awal berdirinya klenteng, berupa dua buah kayu jati sebagai penyangga bangunan utama klenteng.
Secara keseluruhan, tidak ada perubahan yang signifikan pada bangunan Klenteng Cu Ang Kiong. Hanya saja, pada tahun 1838, klenteng tersebut pernah direnovasi sekali guna meninggikan lantai klenteng akibat banjir yang sering melanda kawasan Lasem.
Bukti masuknya etnis Tionghoa di Bali dapat terlihat dari bangunan Klenteng Caow Eng Bio yang merupakan salah satu klenteng tertua di ujung utara Tanjung Benoa.
Klenteng ini kabarnya telah ada sejak zaman Kerajaan Badung, yakni sekitar tahun 1548. Namun, beberapa prasasti yang ditemukan di sekitar kawasan Klenteng Caow Eng Bio justru memuat tahun yang berbeda, yaitu 1882 atau saat pemerintahan Kaisar Guangxu.
Konon, klenteng tertua di Bali ini didirikan oleh para saudagar Hainan yang melakukan perjalanan ke wilayah Nusantara. Mereka mendedikasikan Klenteng Caow Eng Bio kepada Dewi Shui Wei.
Baca juga: Warna-Warna Keberuntungan Tahun Kelinci Air 2023
Dari wilayah Cirebon, terdapat juga klenteng tertua di Indonesia, yakni Klenteng Dewi Welas Asih yang sudah berdiri sejak tahun 1595.
Klenteng ini memiliki gapura dengan ornamen sepasang naga pada bagian atap gapura. Sementara, di bagian halaman depan atau setelah melewati gapura, terdapat bangunan Pat Kwa Ceng yang digunakan sebagai tempat peristirahatan serta Cetya Dharma Rakhita atau tempat ibadah.
Masuk ke dalam bangunan utama, pengunjung akan disuguhkan dengan hiasan berupa gambar yang bercerita tentang bakti seorang anak kepada orang tua, penyiksaan terhadap pendosa dan pengadilan.
Selain itu, Klenteng Dewi Asih juga dilengkapi dengan altar Dewi Tie Kong, tempat abu dan lilin, bedug, serta gantungan lonceng yang terdapat pada bagian ruang utama.
Klenteng Kim Tek Ie menjadi salah satu klenteng tertua di Jakarta yang dibangun pada tahun 1650. Klenteng ini terletak di Jalan Kemenangan, Glodok, Jakarta Barat dan tidak pernah sepi dikunjungi oleh masyarakat Tionghoa saat perayaan Imlek.
Dari berbagai sumber, Klenteng Kim Tek Ie atau lebih dikenal sebagai Vihara Dharma Bhakti dibangun oleh Kwee Hoen selaku Letnan Tionghoa kala itu.
Nama Kim Tek Ie atau klenteng kebajikan emas sendiri dipilih untuk membuat manusia selalu melakukan kebaikan terlebih dulu kepada siapapun, ketimbang memikirkan kehidupan materialisme.
Baca juga: Jelajah Dan Jajan Pernak-Pernik Imlek Di Pecinan Glodok
Memiliki bentuk bangunan yang mewah, membuat Klenteng Boen San Bio selalu ramai didatangi oleh penganut Konghucu, Buddha dan Taoisme untuk beribadah.
Klenteng ini terletak di Kota Tangerang dan dijuluki sebagai salah satu klenteng tertua di Indonesia karena usianya yang telah lebih dari 3 abad.
Ciri khas dari Klenteng Boen San Bio sendiri bisa dilihat dari adanya sepasang patung burung phoenix yang mengapit Mutiara jagat dan patung dewa bumi.
Kedua patung tersebut konon katanya dibawa langsung oleh Lim Tau Koen, seorang pedagang asal Tiongkok saat akan membangun klenteng tersebut.
Masih dari wilayah Tangerang, ada juga Klenteng Boen Hay Bio yang dikenal sebagai klenteng tertua di Indonesia.
Klenteng ini sangat kental dengan nuansa Tionghoa yang didominasi warna merah terang. Berbeda dari klenteng-klenteng lainnya, Klenteng Boen Hay Bio justru menggunakan hiasan patung kepiting raksasa pada bagian atap gapura. Atap tersebut memiliki desain arsitektur yang menyerupai bangunan khas China.
Terletak di bibir pantai pesisir utara Kabupaten Tangerang, Klenteng Tjo Soe Kong masih digunakan sampai sekarang oleh penganut Konghucu untuk melakukan aktivitas keagamaan.
Bangunannya yang megah tersebut, nyatanya menyimpan berbagai kisah menarik yang membuat wisatawan penasaran.
Sebut saja musibah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 silam, dimana klenteng tertua ini berhasil selamat dan menjadi tempat berlindung masyarakat sekitar kala tsunami menerjang.
Tidak hanya itu, Klenteng Tjo Soe Kong atau disebut Klenteng Tanjung Kait juga menjadi saksi hilangnya kota kecil bernama Tuasiah akibat gerusan abrasi sejak ratusan tahun yang lalu.
Baca juga: Maksimalkan Jatah Cuti Dengan Tanggal Merah 2023
Klenteng Talang berada di Jalan Talang, Kampung Keprabon, Kecamatan Lemah Wungkuk, Cirebon, Jawa Barat. Klenteng ini diperkirakan telah ada sejak tahun 1450 silam dan dibangun di atas lahan seluas 400 meter persegi.
Untuk pengunjung yang ingin berwisata ke Klenteng Talang, dapat melalui gerbang pintu kayu yang memiliki atap berbentuk kapal terbalik atau disebut pelana.
Masuk ke bagian depan klenteng, pengunjung bakal langsung melihat sebuah pendopo. Saat menuju ke ruang utama, terdapat patung singa bernama Genta dan Kilin yang terbuat dari batu pasir arkose.
Selain itu, ada pula hiasan kuda ukir dengan motif flora dan fauna yang didominasi warna hijau serta altar utama sebagai tempat sembahyang.
Itulah beberapa klenteng-klenteng tertua yang ada di Indonesia. Berkunjunglah untuk mempelajari beragam budaya dan sejarah yang ada di klenteng-klenteng yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hal demikian tentunya dapat meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama di negara yang multikultural ini.