27 Februari 2023
15:59 WIB
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Terdapat perbedaan besar antara sendirian dan kesepian (yang pada tingkatan tertentu bisa menjadi kronis). Di saat sendirian merupakan sebuah pilihan aktif untuk menyendiri, yang bahkan bisa menikmati hubungan dengan orang lain sambil menyendiri.
Sedangkan di sisi lain kesepian kronis adalah kesendirian yang mendalam karena terisolasi dari hubungan bermakna untuk jangka waktu yang lama. Orang-orang yang terjebak dalam kesepian kronis bisa saja tetap merasa kesepian sekalipun dikelilingi teman.
Kesepian kronis memberikan banyak dampak buruk pada kesehatan. Dikutip dari Verywellmind penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengembangkan gaya keterikatan yang sehat dan aman dengan orang lain dilaporkan memiliki tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan yang lebih tinggi.
Ketika Anda merasa tidak memiliki siapa pun yang benar-benar dapat Anda percayai, hal itu dapat membuat Anda rentan terhadap kesepian, secara negatif mengubah cara Anda mendekati dunia, hingga berujung pada berbagai kerugian kesehatan.
Baca juga: Mengenal Fenomena Pick Me Girl Dari Sisi Psikologi
Kesepian kronis tidak dianggap sebagai kondisi kesehatan mental tertentu tetapi masuk ke dalam fenomena alam psikologis dan epidemi kesehatan masyarakat.
Kesepian kronis pun dapat terjadi pada orang-orang di rentang segala usia, jenis kelamin, seksualitas, ras, dan latar belakang sosial ekonomi.
Kesepian kronis memiliki beberapa indikator, seperti salah satunya adalah perasaan seperti Anda tidak memiliki hubungan yang signifikan untuk berbagi masalah dan pengalaman. Seperti perasaan memiliki pasangan, teman, atau anggota keluarga namun merasa tidak bisa sepenuhnya terhubung secara utuh dengan mereka.
Anda bisa curiga mengalami kesepian kronis jika beberapa gejala halus berikut Anda alami;
- Kurangnya kasih sayang dan kehangatan dalam lingkungan dekat
- Rendahnya suasana hati dan energi
- Penurunan kognitif
- Rendah semangat pada aktivitas fisik
- Secara reguler menonton serial secara maraton
- Gejala depresi seperti ketidakbahagiaan dan pesimisme
- Merasa tidak berharga dan ditinggalkan
Sebuah studi tahun 2022 menemukan sepertiga orang dewasa berusia 45 tahun ke atas merasa kesepian kronis menghantam hidup mereka, dan seperempat orang dewasa berusia 65 tahun ke atas merasa terisolasi secara sosial dari orang lain.
Baca juga: Mengenal Hubungan Parasosial
Penelitian yang lebih baru juga mengakui tingkat kesepian yang tinggi di antara orang-orang LGBTQ+ yang lebih tua. Populasi ini bisa berisiko tinggi karena mereka sudah menjadi kelompok yang terstigmatisasi yang mungkin tidak terhubung dengan teman dan keluarga karena penolakan.
Akibatnya, individu LGBTQ+ yang kesepian secara kronis merasa sulit untuk mengejar persahabatan yang berarti karena kecemasan, depresi, masalah kesehatan, dan ketidakpastian dalam berhubungan dengan orang lain di lingkungan publik.
Para peneliti berpendapat bahwa kesepian bisa sangat menyakitkan bagi remaja karena mereka belum mengembangkan keterampilan untuk menghadapi isolasi. Dampak kesepian kronis bisa lebih berbahaya bagi remaja, karena dipahami, diterima, dan dicintai sangat penting untuk pertumbuhan mereka.
Cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog jika ragam indikasi menunjukkan gejala kesepian kronis.