25 Februari 2025
14:00 WIB
30 Kampus Negeri Bersatu Teliti Komoditas Pangan RI
Tim khusus dari 30 kampus atau perguruan tinggi negeri yang memiliki fakultas pertanian akan meneliti sepuluh komoditas pangan RI yang produktivitasnya rendah.
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi seorang analis sedang mengolah data statistik pada sebuah riset. Shutterstock/Deemerwha studio
JAKARTA - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) RI Brian Yuliarto mendorong penguatan sinergi antara perguruan tinggi dan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mendukung program swasembada pangan. Komitmen kerja sama tersebut untuk mendukung penelitian berkelanjutan yang akan dilakukan oleh tim khusus dari 30 perguruan tinggi yang memiliki fakultas pertanian. Penelitian akan berfokus pada sepuluh komoditas pertanian dengan produktivitas rendah, yaitu padi, jagung, bawang putih, tebu, sapi, kedelai, pupuk, ubi kayu, gandum, dan kentang.
"Kampus bertanggung jawab melahirkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang andal. SDM yang nantinya akan menopang kemajuan teknologi, yang selanjutnya akan menopang lahirnya industri-industri berbasis teknologi pula," kata Mendiktisaintek Brian melalui keterangan di Jakarta, Selasa (25/2).
Brian juga menekankan pentingnya penguatan industri pangan. Menurutnya, industri pangan harus dikuasai, agar Indonesia semakin maju. Ia menegaskan, kampus harus berfokus pada dua strategi utama, yaitu peningkatan produktivitas dan hilirisasi, sebagai ujung tombak pengembangan kemandirian pangan.
"Pengembangan ini merupakan tantangan besar sekaligus momentum bagi Indonesia untuk menjadi bangsa yang lebih bermakna," ujarnya.
Menteri Brian menyampaikan harapannya agar kolaborasi antara perguruan tinggi dan Kementan ini dapat terus diperkuat. Mendiktisaintek juga berharap agar Indonesia dapat berdiri sejajar dengan negara-negara maju lainnya di dunia, terutama dalam bidang teknologi dan ketahanan pangan.

Konsep Agro Sinergi
Sementara, di Malang, Profesor Ilmu Pertanian Organik dari Universitas Brawijaya (UB) Prof Setyono Yudo Tyasmoro merancang konsep Agro Sinergi untuk optimalisasi penggunaan pupuk organik dan anorganik sebagai langkah mewujudkan pertanian berkelanjutan.
Prof Setyono di Kota Malang, Jawa Timur, Senin, dikutip dari Antara, mengatakan meski pupuk organik memiliki laju pelepasan nutrisi yang lebih lambat, tetapi jika dikombinasikan dengan pupuk anorganik akan memberikan dampak signifikan pada tanaman.
Konsep Agro Sinergi miliknya ini akan dijadikan sebagai naskah orasi ilmiah saat pengukuhan Guru Besar Universitas Brawijaya pada hari ini, Selasa (25/2).
"Kombinasi antara pupuk organik dan anorganik menghasilkan produktivitas pada tanaman yang setara atau lebih tinggi, dibandingkan menggunakan pupuk anorganik saja," kata Prof Setyono.
Baca juga: Mengajak Warga Menyemai Gairah Bertani Di Kota
Pesan Menteri Brian Untuk Perguruan Tinggi Vokasi
Pemerintah Pastikan Harga Pangan Stabil Jelang Ramadan
Penggunaan pupuk organik juga didasari langkah mengurangi dampak kerusakan tanah dan peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang ditimbulkan dari pupuk anorganik. Pupuk ini juga sebagai pelaksanaan strategi efisiensi terhadap nitrogen yang lebih tinggi, peningkatan kesuburan tanah, dan penurunan emisi NO2 (Nitrogen Dioksida) hingga 35-60%.
Dia menjelaskan Agro Sinergi lahir dari hasil keinginannya untuk membuat sistem pertanian yang berkelanjutan, tetapi tidak memberikan pengaruh negatif kepada lingkungan. "Kebaruan konsep ini terletak pada pengoptimalan pemanfaatan bahan organik lokal, seperti azolla, limbah pertanian, dan kotoran hewan, yang mendukung siklus nutrisi alami dan disinergikan dengan pupuk anorganik," katanya.
Sebab, kata dia, ketika kerusakan lingkungan tidak ditanggulangi secara masif dan menggunakan keilmuan, maka bisa berakibat pada terganggunya sistem kehidupan di bumi.
Dia berharap konsep yang digagas itu bisa diterapkan oleh pemerintah guna memunculkan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan pangan dan kelestarian pada kondisi lingkungan.
"Saya berharap bisa diadopsi oleh pemerintah yang melaksanakan swasembada pangan. Tetapi harus dilakukan dengan ramah lingkungan," tutur Prof Setyono.
Tanam Di Pekarangan
Sedang di Bangka terkait ketahanan pangan, Kepolisian Resor Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, meluncurkan program pekarangan pangan lestari (P2L) sebagai bentuk komitmen pihak kepolisian dalam memperkuat ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
"Program ini diluncurkan secara serentak seluruh jajaran kepolisian di Indonesia," kata Kapolres Bangka Tengah AKBP Pradana Aditya Nugraha usai peluncuran program P2L di Koba, Senin.
Program P2L akan menjadi model yang diterapkan di seluruh jajaran Polri dan Bhayangkari memiliki peran penting dalam mendukung ketahanan pangan dengan memanfaatkan pekarangan rumah, asrama, kantor polisi, hingga sekolah. Program ini dinilai dapat mendukung program lingkungan hijau dan sehat karena pengelolaan pekarangan yang baik membantu meningkatkan kualitas udara, memperindah lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim.