c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

24 Februari 2025

17:40 WIB

Mengajak Warga Menyemai Gairah Bertani Di Kota

Bertani di kota memiliki sejumlah tantangan, mulai dari lahan pertanian yang sudah sangat terbatas, hingga masalah penurunan kualitas tanah dan lainnya.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Rikando Somba

<p>Mengajak Warga Menyemai Gairah Bertani Di Kota</p>
<p>Mengajak Warga Menyemai Gairah Bertani Di Kota</p>

Salah satu kegiatan Selarasa Foodlab di Jakarta. dok.Selarasa Foodlab

JAKARTA - Ketika memutuskan untuk mulai bertani pada 2021, Ibnuh Hazar paham jalan yang  ditempuhnya tidak akan mudah. Sebab, dia berencana bertani di Jakarta, wilayah perkotaan yang sebenarnya kurang ideal untuk bercocok tanam. 

Ibnuh sadar, idenya bahkan bisa menjadi bahan lelucon di kalangan warga. Meski demikian, pada masa pandemi kemarin, tak sedikit warga Jakarta yang menyibukkan dirinya dengan bercocok-tanam. Beragam bumbu masak hingga sayur, biasa ditanam warga di sekitar rumah dengan memanfaatkan beragam wadah.

Keterbatasan lahan di Jakarta memang menjadi tantangan utama. Hanya ada lahan kecil di sebuah perumahan di Jagakarsa, Jakarta Selatan, untuk membangun kebun hidroponik. Kebun ini Ibnuh namakan Young Sayur.

"Luas lahannya itu sebetulnya total ada 100 meter, tapi untuk kebunnya doang itu cuma 40 meter persegi," ujar Ibnuh kepada Validnews, Minggu (23/2).

Di lahan kecil itu, Ibnuh juga kesulitan mendapat sinar matahari penuh, karena lokasi kebun yang terhalang bangunan. Kalau hal ini dibiarkan, berbagai jenis selada yang ditanamnya bisa tumbuh dengan tidak optimal. Belum lagi persoalan suhu Jakarta yang tidak cocok untuk menanam selada.

Laki-laki usia tiga puluhan itu pada akhirnya menggunakan sinar UV untuk mengatasi keterbatasan sinar matahari. Dia juga menggunakan air conditioner untuk mendinginkan suhu air. Syukurnya, cara ini berhasil membantu Ibnuh panen.

Young Sayur mengantarkan Ibnuh bertemu dengan Selarasa Foodlab pada tahun 2021. Ini adalah sebuah kolektif yang bergerak di isu pangan di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan. 

Selarasa, salah satu komunitas peduli pangan, menghubungkan Ibnuh dengan banyak petani perkotaan lainnya. Selarasa juga melibatkan dia dalam beberapa program, misalnya penyerapan hasil panen dan menghubungkan Young Sayur dengan konsumen.

"Buat petani-petani yang baru mulai, termasuk saya, itu agak sulit cari relasi, apalagi untuk cari serapan. Nah, Selarasa itu ngebantu kita untuk nyari relasi, membantu nyari serapan juga," ungkap Ibnuh.

Selarasa tidak hanya menggaet petani dalam kegiatan-kegiatannya. Namun, juga pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap isu pangan secara umum. Salah satunya adalah Sophie dari Tani Alit.

Berbeda dengan Ibnuh, Sophie punya keresahan soal penurunan kualitas tanah di wilayah perkotaan, baik di lahan pertanian maupun pekarangan rumah. Kontaminasi limbah seperti sabun, barang-barang yang dikubur, hingga penggunaan pupuk anorganik berlebih membuat tanaman sulit tumbuh di tanah perkotaan.

"Sejauh ini tanah melulu diperlakukan sebagai sumber penghidupan, properti, dan bukan sebagai sumber kehidupan," ujar Sophie kepada Validnews, Sabtu (22/2).

Dia sadar manusia berhutang banyak kepada tanah. Oleh karena itu, melalui Tani Alit, Sophie mengajak masyarakat untuk memperbaiki tanah yang mereka punya, sekecil apapun itu, agar bisa ditanami kembali. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengomposan, untuk menambahkan unsur karbon ke dalam tanah.

Ajakan memperbaiki tanah itu Sophie lakukan dengan berbagi ilmu pengomposan kepada para petani, termasuk petani di lingkungan Selarasa. Salah satunya dilakukan melalui kegiatan Selarasa yang bernama Kultum atau Kuliah Tumbuhan. Tak jarang, Sophie juga membagikan pupuk yang dibuatnya kepada rekan-rekan di Majelis Sayur Selarasa untuk diuji coba di kebun masing-masing.

“Aku cuma mau ngasih pesan saja, kita bisa kok bikin tanah sendiri,” ujar Sophie.

Pertemukan Petani
Di balik Selarasa Foodlab adalah lima orang yang memiliki ketertarikan pada isu pangan, yaitu Julian Rizki, Tahlia, Bonit, Erbi, dan Risya. Mereka membentuk Selarasa untuk mempertemukan para petani, menghubungkan petani dengan konsumen, dan mengadakan berbagai program untuk petani. Utamanya para petani yang berada di Jakarta Selatan.

Beberapa program Selarasa adalah Majelis Sayur atau nongkrong rutin petani, Kuliah Tumbuhan (Kultum) atau tempat para petani belajar berbagai ilmu pertanian, hingga Tur Odong-Odong atau tur ke kebun petani.

Selain itu, Selarasa juga membuat pemetaan petani di Jagakarsa. Walhasil, kini ini ada sekitar 32 petani di Jagakarsa yang tercatat oleh Selarasa. Mayoritas dari mereka merupakan petani buah dan sayur yang bertani di lahan sewaan, lahan milik Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, lahan Kementerian Pertanian, hingga Ruang Terbuka Hijau.

Pemetaan ini dibuat salah satunya untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang keberadaan para petani di Jagakarsa. Harapannya, masyarakat dapat membeli sayur dan buah langsung kepada petani di sekitar mereka. 

Hal ini tidak hanya untuk memutus rantai distribusi yang panjang, tapi juga menghadirkan sayur dan buah yang lebih berkualitas untuk konsumsi keluarga.

“Selarasa ingin bukan soal Jagakarsa punya food chain sendiri, tapi masyarakat bisa kenal langsung dengan petaninya,” ujar inisiator Selarasa, Juli, ketika ditemui di Jakarta Selatan, Sabtu (15/2).

Lima tahun Selarasa berjalan, Juli melihat silaturahmi antarpetani kembali tersambung. Hal ini juga kerap berujung pada subsidi silang antara petani. Artinya, jika seorang petani tidak memiliki stok sayur yang mencukupi, dia akan mengambilnya dari petani lain. “Itu (silaturahmi) dampak yang buat gue paling punya nilai banget,” tambah Juli.

Juli juga menuturkan, Jagakarsa punya keistimewaan tersendiri terkait pertanian. Berdasarkan studi yang dilakukan Selarasa, Jagakarsa pernah menjadi produsen pangan di Jakarta pada tahun 1980-an. Pada masa itu, mayoritas penduduk Jagakarsa merupakan petani.

Sayang, seiring waktu pembangunan Jakarta membuat lahan pertanian di Jakarta kian menipis. Pangan Jakarta pun bergantung pada kota-kota di sekelilingnya. Selarasa ingin Jagakarsa bisa kembali menjadi produsen pangan di Jakarta. 

Juli tidak menampik, pertanian perkotaan saat ini memiliki berbagai tantangan. Misalnya, berkurangnya lahan pertanian, kualitas tanah yang menurun, hingga hasil panen yang tergolong sedikit imbas kecilnya lahan. Hal-hal ini membuat visi menjadikan Jagakarsa sebagai produsen pangan terasa jauh.

Meski begitu, dia yakin menghidupkan kembali praktik pertanian di Jagakarsa bisa menjadi langkah awal menuju tujuan tersebut. Oleh karena itu pula, program-program Selarasa dibuat dengan mereplikasi kegiatan-kegiatan petani pada zaman dahulu.

Manfaatkan Lahan Kosong
Pakar Pertanian dari IPB University, Dwi Andreas mengamini,  pertanian perkotaan memang memiliki tantangan tersendiri. Di Jakarta, khususnya, lahan pertanian sudah sangat terbatas. Ditambah, ada masalah seperti suhu dan penurunan kualitas tanah. Dia menilai, dengan kondisi itu mewujudkan Jakarta untuk mandiri pangan tidak mungkin dilakukan.

Tetapi. guru besar pertanian ini menekankan, penyediaan beberapa bahan pangan tertentu untuk komunitas tertentu masih bisa dilakukan, terutama sayur-mayur.

Untuk mewujudkan hal itu, tantangan pertanian perkotaan mesti diatasi. Ini bisa dilakukan dengan menerapkan pertanian hidroponik yang diiringi dengan pelatihan teknologi bagi para petani. 

Tak hanya itu, pemerintah perlu memberi insentif kepada masyarakat agar mau memulai pertanian di perkotaan. Strategi pemasaran juga harus diperhitungkan agar hasil panen dipastikan bisa terserap.

Selanjutnya, pemerintah juga perlu mengizinkan pemanfaatan lahan kosong untuk pertanian, salah satunya seperti yang sudah dilakukan di Indramayu. Di sini, masyarakat diperbolehkan menggunakan lahan kosong di sekitar bandara untuk pertanian hortikultura. 

“Saya kira sih sebagian besar lahan kosong bisa dimanfaatkan untuk pertanian, dan saran saya ya jangan pertanian pangan ya, tapi pertanian hortikultura, sayuran yang nilai jualnya itu relatif baik,” ujar Dwi kepada Validnews, Sabtu (22/2).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar