c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

01 Agustus 2025

16:56 WIB

Cara Menaklukkan Maraton Agar Tetap Kuat Hingga Garis Akhir

Bukan cuma kekuatan fisik, peserta lari maraton juga harus bisa menjaga mental yang diimbangi dengan strategi. Bagaimana caranya, berikut tipsnya. 


Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Satrio Wicaksono

<p id="isPasted">Cara Menaklukkan Maraton Agar Tetap Kuat Hingga Garis Akhir</p>
<p id="isPasted">Cara Menaklukkan Maraton Agar Tetap Kuat Hingga Garis Akhir</p>

Ilustrasi ajang lari. Foto: Freepik.

JAKARTA - Dalam ajang lari maraton, kekuatan fisik jelas memegang peranan penting. Namun yang sering kali luput dari perhatian, kekuatan mental justru bisa menjadi penentu utama, apakah seseorang hanya mampu menyelesaikan lomba atau benar-benar bisa menikmati perjalanan sejauh 42,195 kilometer itu.

Menjaga mental tetap kuat sepanjang lintasan bukan perkara mudah, terutama saat tubuh mulai lelah, energi menurun dan pikiran mulai goyah. Salah satu strategi yang terbukti efektif adalah dengan membagi lomba menjadi beberapa fase kecil. 

Pendekatan ini dapat membuat jarak terasa lebih ringan dan terjangkau, juga membantu pelari fokus secara bertahap, menjaga ritme, serta merayakan pencapaian-pencapaian kecil yang memberi dorongan semangat di setiap tahap. Dengan membagi maraton menjadi segmen-segmen yang lebih mudah dikelola, pelari bisa menjaga ketenangan mental dan tetap terkoneksi dengan tujuan hingga ke garis akhir.

Berikut adalah panduan membagi maraton secara mental yang bisa diterapkan saat hari lomba tiba, seperti dikutip dari laman Strava.

Simpan Energi dan Nikmati Suasana di 0–21 Km

Fase awal maraton bukan tentang seberapa cepat kaki melaju, melainkan seberapa bijak kita menahan diri. Di kilometer pertama ini, tujuan utama bukan mencapai garis akhir, melainkan menjaga tubuh tetap ringan dan pikiran tetap jernih. 

Jalani bagian ini dengan tenang tanpa tergesa. Nikmati ritme yang stabil, rasakan hembusan angin pagi, dan serap semangat dari penonton yang bersorak di sepanjang jalan.

Baca juga: Enrique Corcuera Dan Kisah Terciptanya Padel

Bayangkan seolah perlombaan sejati belum dimulai dan ini hanyalah pemanasan panjang untuk sesuatu yang lebih besar di depan. Yang terpenting adalah bagaimana sampai di titik tengah, 21 kilometer pertama dengan kondisi tubuh yang masih segar dan mental yang siap melanjutkan perjuangan. 

Dengan cara ini, sisa lintasan akan terasa lebih bersahabat dan Anda bisa menikmati setiap langkah menuju garis finish dengan penuh kesadaran dan kendali.

Fokus dan Konsentrasi di 21–28 Km

Begitu melewati separuh lomba, tantangan mulai terasa lebih nyata. Tubuh mulai bekerja lebih keras, dan pikiran harus ikut siaga. 

Inilah fase di mana konsentrasi jadi kunci. Terlalu cepat bisa membuat energi habis sebelum waktunya, tapi terlalu lambat pun bisa membuat semangat mengendur dan ritme terganggu.

Di titik ini, penting untuk menjaga keseimbangan seperti atur napas, jaga ritme tetap stabil, dan pastikan asupan energi tidak terlupakan. Hadapi setiap kilometer dengan penuh kesadaran, fokus pada langkah demi langkah, tanpa terburu membayangkan garis finish yang masih jauh. 

Dengan pola pikir seperti ini, tiba-tiba saja Anda akan menyadari bahwa dua pertiga lintasan telah berhasil Anda lewati.

Uji Ketahanan Mental di 28–35 Km

Inilah fase yang dikenal sebagai “tembok” dalam dunia maraton karena ini adalah momen ketika tubuh mulai menolak, kaki terasa berat, dan pikiran dipenuhi bisikan keraguan. Energi mulai menipis, garis akhir belum terlihat, dan setiap kilometer terasa lebih panjang dari sebelumnya.

Tapi justru di sinilah ketahanan mental benar-benar diuji. Saat seperti ini, penting untuk mengingat kembali perjalanan panjang menuju hari ini salah satunya setiap usaha yang telah dilakukan sebelumnya.

Baca juga: Ini Yang Perlu Diperhatikan Saat Bangun Rumah Ramah Lansia

Jika masih ada tenaga, tingkatkan kecepatan sedikit demi sedikit. Jika mulai tertinggal atau disalip, jangan biarkan panik mengambil alih. 

Tarik napas, fokuskan pikiran, dan arahkan perhatian pada langkah berikutnya. Bertahan adalah bentuk kemenangan yang tak kalah berharga dari medali.

Kembali ke Fokus Kecil di 35–40 Km

Kini jarak yang tersisa tinggal sekitar 5 kilometer, anggap saja seperti satu putaran ajang lari santai. Tapi pada titik ini, setiap langkah bisa terasa dua kali lebih berat. Tubuh mulai melemah, napas makin pendek, dan pikiran tak henti menggoda untuk menyerah. Inilah waktu yang tepat untuk menyuntikkan asupan energi terakhir. 

Biarkan sorakan penonton, irama musik, dan atmosfer di sekitar menjadi pengalih perhatian dari rasa lelah yang kian mendominasi. Kembali ke fokus kecil yakni satu langkah ke depan, lalu satu lagi. 

Jangan pikirkan lima kilometer, pikirkan 100 meter berikutnya. Pikiran mungkin mulai memberontak, tapi tekad yang dibangun sejak garis start jauh lebih kuat. 

Jaga postur tubuh, tetap bergerak, dan biarkan semangat dari orang-orang di sekitar mengalir masuk, menjadi bahan bakar menuju garis akhir.

Fokus ke Garis Akhir di 40 – 41,2 Km

Tinggal sekejap lagi menuju akhir perjalanan. Namun justru di titik inilah, berbagai godaan untuk menyerah bisa datang bersamaan.

Ingat untuk jangan goyah, fokuskan pandangan hanya pada satu hal yakni garis finish di depan mata. Bayangkan seluruh latihan panjang, pagi-pagi dingin yang dijalani, dan waktu yang telah dikorbankan, kini akan segera terbayar lunas. 

Baca juga: Stem Cell Ortopedi Di Indonesia Lebih Unggul Dari Negara Tetangga

Biarkan semangat dari penonton dan kekuatan dari dalam diri menjadi bahan bakar terakhir. Jangan menoleh ke belakang. Langkahkan kaki dengan kepala tegak. Karena hanya tinggal sedikit lagi sebelum semuanya berubah menjadi momen yang tak terlupakan.

Kilometer Terakhir di 41,2 – 42,2 Km

Kilometer terakhir dalam maraton menjadi momen magis. Tubuh yang sempat terasa rapuh tiba-tiba menemukan tenaga entah dari mana, seolah ada cadangan kekuatan yang sengaja disimpan untuk saat paling menentukan ini.

Saat tinggal beberapa ratus meter, jangan buru-buru. Izinkan diri menikmati detik-detik terakhir. Senyumi penonton, sambut lambaian tangan dari orang asing yang mendukung tanpa kenal nama. 

Rasakan napas berat, tapi juga dada yang penuh kebanggaan. Karena hanya sedikit orang di dunia yang tahu rasanya berlari 42,195 kilometer dan menaklukkan diri sendiri.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar