06 Mei 2025
13:17 WIB
BRIN Jadikan Jateng Pusat Riset Pangan Dan Energi
Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi mendukung program BRIN yang menjadikan wilayahnya sebagai tempat riset pangan dan energi terhadap padi Biosalin dan bahan bakar Pentasol.
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi seorang Analis sedang mengolah Data Statistik. Shutterstock/Deemerwha studio
SEMARANG- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memilih Provinsi Jawa Tengah sebagai tempat uji coba inovasi pengembangan padi Biosalin dan bahan bakar Pentasol. Varietas padi yang tahan air payau itu, sedang diperbanyak jumlahnya oleh BRIN dan sudah bisa ditanam di Kabupaten Brebes, Cilacap, dan Jepara. Potensi lahan marjinal di pesisir Jateng mencapai 15.000 hektare, dan saat ini baru dieksplorasi 500 ha.
Peneliti Ahli Utama di Organisasi Riset Energi Manufaktur BRIN, Tri Martini Patria, di Semarang, Selasa (6/5), menerangkan bahwa inovasi padi Biosalin yang ditanam di pesisir Jateng sudah diuji coba di Kota Semarang.
"Terakhir kami panen 6,9 ton gabah kering per ha. Percontohannya di Kota Semarang," katanya, seraya mengatakan telah beraudiensi juga dengan Gubernur Jateng.
Dari benih padi varietas Biosalin 1 dan 2, kata dia, estimasi produksi gabah kering maksimal bisa mencapai 9-10 ton per ha. Namun, mengingat penanaman padi Biosalin yang memanfaatkan lahan marjinal maka panen di bawah 9 ton per ha masih tergolong bagus.
Sedangkan untuk produksi pentasol dari sampah plastik, Martono mengaku juga sudah diujicobakan juga di Kota Semarang.
"Dalam produksinya, 1 kilogram sampah plastik bisa menghasilkan 85-90 persen bahan bakar alternatif setara Dexlite," katanya.
Terhadap kedua riset ini, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi mendukung program BRIN yang menjadikan wilayahnya sebagai tempat riset padi Biosalin dan bahan bakar Pentasol. Kedua hasil riset tersebut, kata dia, membantu mewujudkan Jateng sebagai provinsi mandiri pangan dan energi.
"Terima kasih telah memberikan kerja tematik di Jateng, di antaranya pengelolaan sampah (plastik) menjadi bahan bakar cair Pentasol. Kemudian ada daerah pesisir yang harusnya tidak bisa ditanami padi karena airnya payau, kini sudah bisa ditanami," katanya.
Baca juga: Menhut: Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan Segera Diresmikan
OPD Terlibat
Luthfi meminta agar organisasi perangkat daerah (OPD) terkait segera terlibat dalam riset tersebut sehingga diharapkan produksi beras Jateng bisa meningkat untuk menunjang ketahanan pangan wilayah dan nasional.
Baca Juga: PTBA-UGM Kulik Peluang Produksi Asam Humat Dari Batu Bara
Sementara itu, di Kalimantan Selatan, Gabungan Kelompok Tani Desa Ampukung Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong melakukan panen perdana sistem pertanian padi apung dari hasil kolaborasi pemerintah provinsi dan kabupaten setempat, Bank Indonesia, dan OJK.

Perwakilan Gapoktan Desa Ampukung Rahmani dikutip dari Antara, optimistis pertanian padi apung bisa terus berkembang. Apalagi, dari hal ini telah terbukti bahwa hasil panen perdana varietas Inpari Nutri Zinc mencapai enam hingga tujuh ton per hektare.
"Kami bahagia sekarang bisa dua kali panen dalam satu tahun dan padi apung ini hasilnya sangat menjanjikan," ungkap Rahmani di Tabalong, Senin.
Ia pun mengapresiasi semua pihak yang membantu petani Desa Ampukung dalam memanfaatkan lahan lebak terutama saat air dalam melalui pertanian padi apung.
Bantuan penunjang dari Bank Indonesia berupa 1.700 stirofoam, 35.000 pot, 50 kilogram pupuk jenis Nutri Zinc, serta bantuan pupuk jenis urea membuahkan hasil dengan harapan dukungan tersebut terus berlanjut.
Bupati Tabalong H Muhammad Noor Rifani turut hadir bersama perwakilan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel Imam Subarka, perwakilan Bank Indonesia A Donanto H W, Kepala KPPN Tanjung Sigid Mulyadi, Forkopimca Kelua dan pejabat lingkup Pemkab Tabalong.
Ia berharap pertanian padi apung bisa dikembangkan di wilayah lain dan Pemkab Tabalong berkomitmen untuk mendukung akses pembiayaan, pendampingan hingga penguatan kelembagaan.
Pertanian padi apung sendiri mulai dikembangkan di Provinsi Kalsel pada 2022, meliputi Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Selatan.