06 Mei 2025
08:28 WIB
PTBA-UGM Kulik Peluang Produksi Asam Humat Dari Batu Bara
Prototipe produksi asam humat dari batu bara diharapkan bisa masuk tahap commissioning tahun ini.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Ilustrasi Faba untuk Pertanian. Shutterstock/Singkham
JAKARTA - Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail mengungkapkan pihaknya bersama Universitas Gadjah Mada telah mengulik potensi hilirisasi batu bara menjadi produk yang bakal mendukung sektor pertanian, yakni asam humat.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR, Arsal menerangkan pengembangan batu bara menjadi asam humat itu jadi bentuk dukungan terhadap salah satu ambisi Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada pangan.
"Jadi asam humat yang dihasilkan dari konversi batu bara ini memiliki manfaat yang signifikan, salah satunya untuk meningkatkan kualitas dan kesuburan tanah untuk mendukung produktivitas agroindustri nasional," tuturnya di Gedung Parlemen, Senin (5/5).
Baca Juga: Blak-Blakan! Bos PTBA Ungkap Kendala Proyek Gasifikasi Batu Bara
Dengan memanfaatkan batu bara kalori rendah, emiten pertambangan pelat merah berkode saham PTBA itu tengah menyiapkan pembangunan prototipe produksi asam humat skala awal.
"Kami tentu sedang mempersiapkan pembangunan prototipe skala awal dengan memanfaatkan batu bara kalori rendah dari salah satu tambang kami di Peranap, Riau," imbuh Arsal.
Dirinya memperkirakan biaya yang diperlukan untuk proyek prototipe asam humat hanya sebesar Rp5,74 miliar dan akan dimulai tahun ini. Sebelumnya pada 2024, PTBA telah menyusun dokumen penelitian serta pre-feasibility study.
Pada tahap awal, PTBA hanya akan mengolah sebanyak 60 ton batu bara per tahun yang diharapkan bisa menghasilkan 21 ton asam humat per tahun.
"Kapasitas awal yang direncanakan 60 ton batu bara per tahun dengan estimasi produksi 21 ton asam humat per tahun. Dari sisi pendanaan, tentunya kami harapkan dari kas internal kami," kata dia.
Berdasarkan peta jalan yang sudah disusun, PTBA tahun ini akan melakukan commissioning prototipe asam humat di Yogyakarta, serta mobilisasi prototipe tersebut ke Peranap, Riau. Sementara sebelumnya, PTBA telah merampungkan penelitian produksi dengan sampel batu bara dari IUP Peranap.
Baca Juga: ESDM Tetapkan HBA Periode Pertama Mei 2025 Sebesar US$121,15
Lalu untuk tahun 2026 mendatang Anggota Holding BUMN Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) bakal melakukan evaluasi, diikuti penyusunan kajian tekno ekonomi dalam rangka mengulik potensi komersialisasi asam humat.
"Targetnya masuk tahap komisioning pada 2025, lalu kami akan melakukan evaluasi teknik dan kajian keekonomiannya sebagai dasar keputusan menuju skala komersial pada 2026," tandas Arsal.
Strategi PTBA untuk mengolah batu bara kalori rendah menjadi asam humat, sambungnya, menjadi bukti nyata komoditas tersebut tak hanya dapat digunakan dalam sektor energi, tetapi juga punya peran vital pada sektor pangan nasional.
"Upaya ini tentunya menjadi bukti bahwa batu bara tidak hanya dapat diolah untuk energi, tetapi juga memiliki peran potensial dalam mendukung keberlanjutan sektor pangan dan pertanian Indonesia," pungkas Arsal Ismail.