c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

14 Juni 2025

08:21 WIB

Batik AI, Gerakan Tumbuhkan Generasi Baru Perajin Batik

Dengan menggabungkan teknologi, keberlanjutan, dan regenerasi, batik tidak hanya milik masa lalu, tetapi juga bagian penting dari masa depan.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p dir="ltr" id="isPasted">Batik AI, Gerakan Tumbuhkan Generasi Baru Perajin Batik</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Batik AI, Gerakan Tumbuhkan Generasi Baru Perajin Batik</p>

Peluncuran program Batik AI di Cigadung, Bandung, Kamis (13/6). Dok: APPBI.

JAKARTA - Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) bersama Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) dan Yayasan Batik Indonesia (YBI) melanjutkan gerakan Batik AI untuk memperkenalkan potensi pemajuan kriya batik dengan teknologi artificial intelligence atau AI. Setelah sebelumnya di Cirebon, program Kampung Batik AI kembali diluncurkan di Bandung, Jawa Barat.

Kampung Batik AI hadir di Cigadung Kota Bandung, tepatnya di Workshop Batik Komar. Program ini menghadirkan serangkaian pelatihan Batik AI bagi para anak muda, mulai soal pemahaman dasar batik, pengenalan platform AI yang telah dikembangkan secara etis dan profesional oleh komunitas batik, hingga praktik langsung menerjemahkan hasil AI ke dalam proses membatik manual.

Pelatihan ini tak hanya menyasar para perajin batik berpengalaman, namun juga publik secara luas. Khususnya para anak muda yang memiliki ketertarikan pada seni, teknologi, dan budaya.

“AI berperan penting dalam menjembatani generasi muda dengan tradisi. Dengan pendekatan visual yang adaptif dan interaktif, AI membuat proses belajar desain batik menjadi lebih menarik dan relevan bagi generasi digital,” ungkap Ketua Umum APPBI, Komarudin Kudiya dalam keterangan tertulis kepada Validnews, Sabtu (14/6).

Komarudin menjelaskan, berkembangnya platform AI generatif tak akan menggusur peran ahli gambar batik. Justru sebaliknya, para ahli gambar kini bisa memanfaatkan platform AI untuk menambah kreatifitas mereka, dalam pengembangan desain-desain batik yang baru.

Hasil visual yang diwujudkan dari platform AI generatif tidak semuanya persis dalam bentuk desain-desain batik tradisional  yang ada. Dengan kreatifitas yang diartikulasikan ke dalam prompt alias kalimat perintah AI, maka akan memunculkan banyak desain baru, yang kedepannya akan bisa menjadi tren desain baru.

“Platform AI tidak akan begitu mudah menggantikan posisi dari kriyawan batik yang sesungguhnya, karena AI hanya sebatas mewujudkan gambar visual semata. Hilirisasinya dikuasai dan dimiliki oleh para kriyawan batik asli yang sesungguhnya,” tekan Komarudin.

Baca juga: Ketika AI Jadi "Ahli Gambar" Untuk Ciptakan Motif Batik Baru

Profesi Baru: Batik Visual Stylist AI

Lebih jauh, inovasi ini dibayangkan ke depannya akan melahirkan segmen profesi baru yang spesifik, yaitu prompter batik designer AI atau batik visual batik stylist AI. Meski tanpa pengalaman langsung sebagai perajin, mereka bisa berkolaborasi dengan perajin atau komunitas batik lokal untuk melahirkan produk-produk batik yang baru dan menarik bagi generasi muda.

Dalam rangkaian pelatihan ini, para peserta juga ditekankan soal etika penciptaan. Prompt batik designer AI yang memanfaatkan sumber desain dan gagasannya mengambil dari motif-motif dasar batik tradisional, harus mencantumkan sumber ide atau asal dari idenya.

Ada pula pembelajaran konsep curation AI, yaitu proses kurasi motif oleh manusia terhadap output visual dari teknologi AI, untuk menjaga otentisitas, nilai  estetika, dan narasi budaya dari setiap karya batik.

Peserta program Batik AI di Bandung terdiri dari anggota Yayasan Batik Jawa Barat dari beberapa kota seperti Bandung, Sumedang, Cimahi dan Cianjur. Ada pula anggota  Dekranasda Kota Bandung hingga mahasiswa.

Baca juga: Menengok Sejarah Lewat Sederet Lukisan Karya Sudjana Kerton 

Pengenalan inovasi AI dalam produksi batik ini dibarengi pula dengan kampanye industri batik hijau, menekankan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan. Komitmen menyatukan pemanfaatan teknologi AI dan pengarusutamaan prinsip-prinsip industri hijau diharapkan mampu menumbuhkan minat generasi muda untuk menekuni dunia batik dengan pendekatan yang lebih sesuai zaman, sekaligus memperkuat posisi batik Indonesia di mata dunia.

Komarudin Kudiya mengatakan, peluncuran Kampung Batik AI Bandung menjadi penanda perubahan paradigma dalam dunia batik. Dengan menggabungkan teknologi, keberlanjutan, dan regenerasi, pihaknya menegaskan bahwa batik tidak hanya milik masa lalu, tetapi juga bagian penting dari masa depan.

“Batik adalah narasi visual bangsa. Dan kini, melalui tangan perajin muda, didampingi teknologi, dan dikuatkan oleh prinsip hijau, narasi itu terus berkembang menjadi lebih inklusif, inovatif, dan mendunia,” pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar