23 September 2025
20:45 WIB
Asteroid 2024 YR4 Berpotensi Tabrak Bulan, Bahaya Buat Bumi?
Jika asteroid 2024 YR4 menabrak Bulan, ledakannya bisa mengancam setiap infrastruktur sekitar Bulan dan Bumi, termasuk satelit yang selama ini jadi kunci navigasi dan komunikasi manusia di Bumi.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi asteroid. Pixabay/dok.
JAKARTA - Tahun lalu, sebuah asteroid yang dinamakan Asteroid 2024 YR4 dilaporkan berpeluang menabrak Bumi pada tahun 2032. Dengan ukuran dimater sekitar 60 meter, asteroid tersebut membawa ancaman cukup serius bagi bumi.
Namun para ahli belakangan telah membantah peluang tabrakan 2024 YR4 dengan Bumi. Laporan terbaru justru menyoroti potensi tabrakan 2024 YR4 dengan Bulan, dengan peluang pendekatan terdekat dari permukaan bulan sekitar 74.000 kilometer. Meski potensinya hanya sekitar 4%, tabrakan itu tetap bisa berdampak ke orbit rendah bumi.
Laporan astronom Paul Wiegert, Peter Brown, Jack Lopes dan Martin Connors yang dipublikasikan di IOPscience baru-baru ini mengurai peluang tabrakan 2024 YR4 dengan Bulan pada tahun 2032 dan berbagai skenario yang mungkin dilakukan untuk mencegah tabrakan.
"Pada 22 Desember 2032, asteroid berdiameter 60 m 2024 YR 4 memiliki peluang 4% untuk menabrak Bulan," tulis Paul Wiegert dan kawan-kawan.
Meski peluangnya tidak cukup besar, potensi itu tetap dianggap ancaman serius. Tabrakan 2024 YR4 dengan Bulan diperkirakan bisa menciptakan kawah berdiameter hingga 1 kilometer di Bulan dan melepaskan energi setara 6,5 MT (Megaton) TNT.
Daya ledakan itu amat besar, ratusan kali lipat lebih besar jika dibandingkan daya ledakan bom Hiroshima 80 tahun lalu (sekitar 12-15 Kiloton). Pendeknya, enegri tabrakan itu bisa meluluhlantakkan kota dalam sekejap.
Tapi itu terjadi di Bulan, apakah mungkin energinya sampai ke Bumi? Jawabnya, tidak.
Wiegert memperkirakan bahwa akan ada hingga 108 kg material bulan terlontar dalam tabrakan seperti itu, dan akhirnya bisa mencapai orbit rendah Bumi. Skenario itu pertama-tama berbahaya bagi pesawat ruang angkasa dan astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
"Probabilitas keseluruhan saat ini adalah sekitar 1% bahwa asteroid akan menabrak Bulan di lokasi sedemikian rupa sehingga lebih dari 10% material yang dikeluarkan akan bertambah ke Bumi dalam skala waktu beberapa hari," terangnya.
Ancamannya bukan pada kehancuran permukaan Bumi, tak seperti Asteroid Chicxulub 65 tahun lalu menabrak Bumi dan menyebabkan kepunahan dinosaurus. Tapi, ada ancaman terhadap infrastruktur di ruang angkasa yang selama ini menopang banyak aspek di kehidupan.
Tabrakan itu, jika terjadi, mengancam setiap infrastruktur di permukaan bulan dan satelit yang mengorbit Bumi. Infrastruktur yang selama ini diandalkan manusia modern untuk menjaga aspek-aspek penting kehidupan, termasuk navigasi dan komunikasi.
Ancaman itulah yang dikawatirkan, meski para astronom juga tak begitu yakin dengan peluang terjadinya tabrakan. Sebuah studi baru oleh para peneliti dari NASA dan beberapa lembaga AS lainnya memaparkan pilihan-pilihan yang mungkin bisa dilakukan untuk menghindari skenario terburuk yang bisa terjadi.
Baca juga: Sampel Asteroid Misi OSIRIS-Rex NASA Ungkap Potensi Kehidupan Luar Angkasa
Menghancurkan Asteroid
Para peneliti terus mengkaji berbagai strategi untuk menangkis atau menghancurkan asteroid tersebut sebelum menghantam permukaan bulan. Kesimpulan mereka sejauh ini, meledakkan asteroid merupakan pilihan terbaik.
Tapi itu bukan pekerjaan mudah. Meledakan atau detonasi biasanya juga bukan strategi yang disukai para astronaut untuk mencegah ancaman sebuah benda asing yang beresiko menghadirkan tabrakan dan dampak bagi Bumi. Pasalnya, upaya itu dapat mengubah satu ancaman besar yang dapat diprediksi menjadi banyak ancaman yang lebih kecil dan tak terduga.
Hanya saja, para ahli tak melihat alternatif lain yang lebih baik. Asteroid 2024 YR4 mungkin bisa dibelokkan jalurnya, namun itu lebih sulit lagi untuk dilakukan. Prosesnya harus dilakukan dengan sempurna, sementara pengetahuan para astronaut tentang asteroid tersebut masih sangat terbatas. Ditambah lagi waktu untuk mempelajarinya terbatas.
Baca juga: Mengenal Sejarah Hari Asteroid Sedunia
Untuk melakukan pembelokan secara akurat, para astronaut perlu mengetahui berat 2024 YR4, guna kemudian menghitung jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengubah lintasannya. Hal ini sulit diperkirakan, dengan bantuan alat apa pun yang ada saat ini.
Teleskop Luar Angkasa James Webb, salah satu alat pengamatan luar angkasa paling canggih saat ini, baru mampu mengukur diameter asteroid tersebut pada bulan Maret lalu. Alat ini belum mampu menghitung massa, kepadatan serta komposisi 2024 YR4.
Karena itu, para ahli menilai skenario penghancuran lebih mungkin untuk dilakukan.
"Opsi misi pengintaian terbaik diluncurkan pada akhir 2028, dengan waktu pengembangan sekitar tiga tahun dari saat penulisan ini, yaitu Agustus 2025. Misi defleksi (pembelokan) telah dikaji dan tampaknya tidak praktis," tulis NASA dalam laporannya.
Menabrak asteroid dan menghancurkannya bukan tidak mungkin dilakukan. NASA telah melakukan sebagian dari skenario ini pada 2022 lalu, ketika pesawat mereka digunakan untuk menabrak dan mengubah arah Asteroid Dimorphos yang berjarak sekitar 7 juta kilometer dari Bumi.
Adapun untuk 2024 YR4, belum jelas misi seperti apa yang akan dijalankan.
Melansir Gizmodo, paling tidak ada dua model misi yang mungkin dilakukan, yaitu disrupsi kinetik super kuat atau peledakan dengan nuklir. Skenario pertama mirip dengan misi NASA tahun 2022 yang dikenal dengan misi DART, namun tanpa penghancuran asteroid. Sedangkan misi kedua berarti memboyong perangkat nuklir ke dekat permukaan asteroid tersebut.