30 Januari 2025
17:09 WIB
Sampel Asteroid Misi OSIRIS-Rex NASA Ungkap Potensi Kehidupan Luar Angkasa
NASA berhasil memperoleh batu dan debu dari asteroid bernama Bennu. Hasil penelitian mengungkapkan, adanya potensi kehidupan di luar angkasa dan tata surya secara luas.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Botol kecil berisi sebagian sampel dari asteroid Bennu yang dikirimkan ke Bumi oleh misi OSIRIS-REx. Sumber foto: NASA
JAKARTA - Melalui misi OSIRIS-REx yang bertujuan untuk mempelajari asal-usul tata surya dan kehidupan di Bumi, NASA berhasil memperoleh batu dan debu dari asteroid bernama Bennu. Dan setelah menelitinya, NASA mengungkapkan adanya potensi kehidupan di luar angkasa atau tata surya secara luas.
Misi OSIRIS-REx memang diluncurkan dengan tujuan untuk meneliti kemungkinan adanya kehidupan lain di luar angkasa, di mana batu dan debu dari asterodi tersebut diambil sebagai sebuah sample, karena asteroid dapat bertindak sebagai kapsul waktu. Bennu dinilai mampu mencerminkan apa yang terjadi di tata surya sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.
"Asteroid menyediakan kapsul waktu ke dalam sejarah planet asal kita, dan sampel Bennu sangat penting dalam pemahaman kita tentang bahan-bahan apa saja dalam tata surya kita yang ada sebelum kehidupan dimulai di Bumi," terang administrator asosiasi, Direktorat Misi Sains di Markas Besar NASA di Washington, Nicky Fox.
Sample batu dan debu tersebut berhasil dibawa wahana antariksa OSIRIS-REx kembali ke Bumi pada tanggal 24 September 2023, melalui perjalanan panjang sejauh 3,9 miliar mil. Penelitian pun dilakukan hingga lebih dari satu tahun, hingga NASA dan mitranya merilis informasi tentang sampel yang dikumpulkan dalam misi OSIRIS-REx tersebut, pada Rabu (29/1).
Hasilnya, NASA mengungkapkan bahwa temuan tersebut tidak menunjukkan bukti adanya kehidupan, tetapi menunjukkan kondisi yang diperlukan untuk munculnya kehidupan di seluruh tata surya awal. Temuan ini meningkatkan kemungkinan kehidupan dapat terbentuk di planet dan bulan lain di tata surya.
"Misi OSIRIS-REx NASA telah menulis ulang buku teks tentang apa yang kita pahami tentang awal mula tata surya kita," kata Nicky Fox.
Dalam makalah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature dan Nature Astronomy, para ilmuwan NASA dan lembaga lain menguraikan secara rinci. Dalam sample tersebut berhasil dideteksi adanya asam amino – 14 dari 20 yang digunakan kehidupan di Bumi untuk membuat protein – dan kelima basa nukleotida yang digunakan kehidupan di Bumi untuk menyimpan dan mengirimkan instruksi genetik dalam biomolekul terestrial yang lebih kompleks, seperti DNA dan RNA, termasuk cara menyusun asam amino menjadi protein.
Para ilmuwan juga menggambarkan tingginya kadar amonia dalam sampel Bennu. Temuan ini menjadi menarik, karena amonia penting bagi biologi, karena dapat bereaksi dengan formaldehida (juga terdeteksi ada pada sample tersebut) untuk membentuk molekul kompleks, seperti asam amino. Ketika asam amino terhubung menjadi rantai panjang, mereka membentuk protein, yang selanjutnya menggerakkan hampir setiap fungsi biologis.
Bahan penyusun kehidupan yang terdeteksi dalam sampel Bennu ini sebelumnya telah pernah ditemukan di bebatuan luar angkasa lain. Namun, mengidentifikasi bahan penyusun tersebut dalam sampel murni yang dikumpulkan langsung dari luar angkasa, secara kuat semakin mendukung gagasan bahwa objek yang terbentuk jauh dari Matahari bisa jadi merupakan sumber penting bahan pendahulu bagi kehidupan di seluruh tata surya.
Seperti yang diungkapkan oleh ilmuwan sampel senior di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, dan salah satu penulis utama makalah Nature Astronomy, Danny Glavin. Sample petunjuk yang mereka butuhkan umumnya berukuran sangat kecil dan mudah hancur atau berubah akibat paparan lingkungan Bumi. Karena itu, penemuan baru ini menjadi penting, sebab dilakukan dalam sebuah misi pembawaan sample yang telah dijaga sedemikian rupa, agar sample tidak terkontaminasi.
Dalam laporan di jurnal Nature, sejumlah ilmuwan juga berhasil menemukan bukti tentang lingkungan purba yang sangat cocok untuk memulai kimia kehidupan, setelah meneliti sampel asteroid Bennu.
Mereka berhasil menemukan jejak 11 mineral dalam sampel Bennu yang terbentuk saat air yang mengandung garam terlarut menguap selama jangka waktu lama, meninggalkan garam sebagai kristal padat. Air garam tersebut serupa dengan yang telah terdeteksi di seluruh tata surya, termasuk di planet katai Ceres dan bulan Saturnus Enceladus.
Meskipun para ilmuwan sebelumnya telah mendeteksi beberapa evaporit dalam meteorit yang jatuh ke permukaan Bumi, mereka belum pernah melihat satu set lengkap yang mempertahankan proses penguapan dapat berlangsung selama ribuan tahun atau lebih, seperti yang ada dalam sample asteroid Bennu ini. Bahkan beberapa mineral yang ditemukan di Bennu, seperti trona, baru pertama kalinya ditemukan ada dalam sampel benda dari luar angkasa.
"Dokumen-dokumen ini benar-benar berjalan beriringan dalam upaya menjelaskan bagaimana bahan-bahan kehidupan benar-benar berkumpul untuk membentuk apa yang kita lihat di asteroid yang mengalami perubahan akibat air ini," kata ahli mineralogi kosmik di Museum Sejarah Alam di London, Tim McCoy.