c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

04 Juli 2024

17:27 WIB

USAID Soroti Tiga Tantangan RI Terapkan Ekonomi Sirkular

Di balik tantangan penerapan ekonomi sirkular untuk mempercepat dekarbonisasi industri, USAID menilai terdapat peluang yang besar.

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">USAID Soroti Tiga Tantangan RI Terapkan Ekonomi Sirkular</p>
<p id="isPasted">USAID Soroti Tiga Tantangan RI Terapkan Ekonomi Sirkular</p>

Direktur Advanced Energy System USAID-SINAR Hanny J Berchmans dalam acara Green Economy Expo 2024 di Jakarta, Kamis (4/7/224) (ANTARA/Bayu Saputra)

JAKARTA - Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) menyoroti tiga tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam upaya mempercepat dekarbonisasi industri lewat penerapan ekonomi sirkular.

Direktur Advanced Energy System USAID-SINAR Hanny J Berchmans memaparkan, tantangan yang pertama yakni perubahan paradigma. Menurutnya, para pemangku kepentingan perlu untuk mengubah paradigma produksi yang linear menjadi sirkular.

"Tantangan pertama adalah perubahan paradigma. Mengubah pola pikir yang sebelumnya linear di dalam produksi menjadi sirkular dan modern. Mengubah paradigma itu tidak mudah karena menjadi tantangan," kata Hanny dalam acara Green Economy Expo 2024 di Jakarta, Kamis (4/7), dikutip dari Antara.

Hanny menilai paradigma baru ini menuntut pendekatan yang berbeda dalam melihat dan mengelola sumber daya, serta mendorong pergeseran dari pola pikir tradisional menuju inovasi dan efisiensi.

Baca Juga: Uni Eropa Sarankan Indonesia Fokus 3 Sektor Ekonomi Sirkular

Selanjutnya tantangan kedua yaitu perlunya investasi yang cukup besar. Aspek investasi menjadi salah satu hambatan utama dalam perjalanan menuju dekarbonisasi industri.

"Dekarbonisasi memerlukan investasi yang tidak kecil. Ini butuh biaya yang sangat signifikan," jelasnya.

Untuk menerapkan ekonomi sirkular, dibutuhkan dukungan finansial yang besar, baik dari pemerintah, sektor swasta, maupun lembaga internasional guna membiayai teknologi dan infrastruktur yang dibutuhkan.

Kemudian, tantangan ketiga yakni perlunya kerja sama lintas sektor. Menurut Hanny, penerapan ekonomi sirkular guna mencapai dekarbonisasi memerlukan peran semua pemangku kepentingan dari pemerintah hingga masyarakat.

Kerja sama yang terarah antara pemerintah, industri, dan masyarakat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung ekonomi sirkular. Setiap pemangku kepentingan harus berkontribusi dalam usaha ini untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Namun, lanjutnya, di balik tantangan-tantangan tersebut, terdapat suatu peluang besar.

"Peluangnya adalah kepada pengembangan teknologi melalui inovasi. Inovasi perlu, seperti yang kita ketahui, Indonesia masih terjebak dalam middle-income trap, masih mengandalkan sumber daya alam," tambahnya.

Inovasi-inovasi baru diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah produk (value added) dan mendorong Indonesia keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle-income trap).

Ia mengatakan, upaya kolaboratif dan inovatif adalah kunci untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai dekarbonisasi industri yang berkelanjutan di Indonesia.

Transformasi ini tidak hanya akan mengurangi emisi karbon, tetapi juga meningkatkan daya saing industri Indonesia di kancah global.

"Saya yakin pendekatan circular economy ini akan memberikan dampak positif," tutupnya.

Baca Juga: Suharso: Kinerja Ekonomi Sirkular Indonesia 2023 Masih Rendah

Bangun Ekosistem
Adapun Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mengungkapkan tengah menyiapkan ekosistem agar ekonomi sirkular di Indonesia dapat berjalan baik, sebab hingga kini ekonomi sirkuler yang berlangsung belum terstruktur.

“Kita sedang menyiapkan ekosistem untuk mencapai tujuan bahwa ekonomi sirkuler dan ekonomi linier kita harus menyediakan ekosistem sejak awal,” ujar Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Priyanto Rohmattullah.

Ia mengakui, hingga kini ekonomi sirkular memang sudah dijalankan di Indonesia, namun demikian masih terbatas pada gerakan atau belum terstruktur.

Priyanto menyebut, ekonomi sirkular memiliki potensi sebesar Rp500 triliun sehingga mampu mendongkrak perekonomian dalam negeri, karenanya pihaknya hingga kini tengah menyiapkan berbagai aturan agar ekosistem ekonomi sirkular ini dapat terbentuk.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar