c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

03 Juli 2024

17:33 WIB

Suharso: Kinerja Ekonomi Sirkular Indonesia 2023 Masih Rendah

Rendahnya capaian tingkat ekonomi sirkular saat ini disebabkan oleh besarnya gaya hidup di tingkat nasional yang masih belum menujukkan tanda-tanda sirkular yang lebih spesifik.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Suharso: Kinerja Ekonomi Sirkular Indonesia 2023 Masih Rendah</p>
<p id="isPasted">Suharso: Kinerja Ekonomi Sirkular Indonesia 2023 Masih Rendah</p>

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menilai kinerja ekonomi sirkular RI di lima sektor prioritas pada 2023 masih rendah, Jakarta, Rabu (3/7). ValidNewsID/Khairul Kahfi

JAKARTA - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan, kinerja ekonomi sirkular pada lima sektor prioritas di tanah air pada 2023 masih terbilang rendah. Capaian ini juga masih tertinggal ketimbang banyak negara di dunia.

Studi PPN/Bappenas menunjukkan, capaian kinerja ekonomi sirkular indonesia di lima sektor prioritas yakni tingkat input material sirkular 9%, daya tahan produk 4%, dan tingkat daur ulang 5%. Adapun penilaian ini didapat dengan menghitung tingkat ketercapaian ekonomi sirkular oleh pemerintah dan pelaku usaha.

Secara komprehensif, penilaian kinerja ekonomi sirkular ini mencakup tata kelola; pendanaan; komunikasi, edukasi, dan kesadaran; aksi dan inisiatif; serta infrastruktur dan manajemen data. Dengan lima prioritas sektor ekonomi, yakni makanan-minuman, tekstil, konstruksi, elektronik, dan kemasan plastik ritel.

“Capaian tersebut (kinerja ekonomi sirkular indonesia) sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Diperlukan penguatan perencanaan dan strategi untuk unlocking berbagi manfaat yang telah ditetapkan dengan mengacu framework 9R,” katanya dalam Green Economy Expo 2024, Jakarta, Rabu (3/7).

Baca Juga: Terapkan Ekonomi Sirkular Lewat Kampanye Conscious Living

Pihaknya menaksir, ekonomi sirkular mampu meningkatkan PDB RI pada kisaran Rp593-638 triliun pada tahun 2030. Kemudian, sektor ekonomi yang sama juga bisa menciptakan hingga 4,4 juta lapangan kerja hijau hingga 2030, yang sekitar 75% dari total pekerjaan yang muncul merupakan tenaga kerja perempuan.

Di sisi lingkungan, upaya yang sama berpotensi mengurangi timbulan limbah sebesar 18-52% pada 2030, dibandingkan business as usual. Begitu pula, berkontribusi menurunkan emisi GRK sebesar 126 juta ton CO2.

Adapun capaian tersebut dapat ditempuh dengan menerapkan prinsip 9R, yaitu Refuse (RO), Rethink (R1), Reduce (R2), Reuse (R3), Repair (R4), Refurbish (R5), Remanufacture (R6), Repurpose (R7), Recycle (R8), dan Recover (R9).

“Untuk itu, melalui kerja sama dengan berbagai pihak, telah tersusun peta jalan dan rencana aksi ekonomi sirkular, serta peta jalan penurunan susut dan sisa pangan yang akan diluncurkan hari ini,” jelasnya.

Bijak Mengonsumsi
Sementara itu, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Vivi Yulaswati menjelaskan, rendahnya capaian tingkat ekonomi sirkular saat ini disebabkan oleh besarnya gaya hidup di tingkat nasional yang masih belum menujukkan tanda-tanda sirkular yang lebih spesifik.

Secara garis besar, perilaku tersebut khususnya berkaitan dengan output sampah dari kegiatan harian masyarakat yang sangat besar. Untuk itu, pemerintah, masyarakat dan seluruh pihak mesti berkolaborasi bersama demi mengoptimalisasi potensi yang ada.

“Tentu kita semua perlu mulai dengan kebiasaan tidak menggunakan plastik, kemudian dari circularity supaya sampah-sampahnya tidak terus meningkat. Berdasarkan kajian kami, by 2028, kalau kita atau pola hidup masyarakat tetap seperti ini semua TPA akan penuh sehingga mengotori dan polusi (ke) badan air, sungai dan lainnya,” urai Vivi.

Baca Juga: Kemenperin Dorong Implementasi Ekonomi Sirkular di Industri Plastik

Jika mau didalami, di luar besarnya produksi sampah di dalam negeri, perilaku masyarakat Indonesia yang sering bergonta-ganti fesyen atau gadget turut memperberat kondisi sirkular. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa kegiatan konsumtif ini tidak dilandasi pemikiran untuk memikirkan hidup si barang bekas selanjutnya.

Karenanya, pemerintah juga mengimbau semua pihak untuk semakin bijaksana pada keseluruhan pola konsumsinya.

“Tentu, kita (patut) semakin bijak untuk menggunakan material sesuai kebutuhan, itu bisa menjadi salah satu solusi,” ucapnya.

Vivi menghitung, Indonesia bisa mendapatkan potensi ekonomi jika bisa bergerak serempak ke arah circularity dengan ada tambahan pekerjaaan dan kegiatan eko-bisnis yang baru.

Di sisi lapangan kerja, optimalisasi peluang yang ada bisa menciptakan peluang kerja di bidang kendaraan listrik (EV), pembuatan panel surya, hingga dekarbonisasi industri. Hanya saja, peluang lapangan kerja yang terbuka juga mesti disambut dengan kesiapan pendidikan yang matang.

“Tantangan ke depan adalah membangun program-program studi yang mendukung pekerjaan ekonomi hijau,” jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar