09 September 2025
09:07 WIB
UNTR Incar Ekspansi Bisnis Emas dan Nikel
United Tractors (UNTR) membuka peluang memperluas portofolio bisnis nikel dan emas di dalam maupun di luar negeri, sembari mengoptimalkan portofolio batu bara dan metalurgi.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - PT United Tractors Tbk (kode saham: UNTR) membuka peluang untuk memperluas portofolio bisnis nikel dan emas, sembari mengoptimalkan portofolio pada segmen batu bara dan metalurgi untuk memastikan profitabilitas dan pengembalian yang berkelanjutan bagi pemegang saham.
“UT atau UNTR saat ini terus aktif mencari peluang di sektor nikel dan emas, baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri. Mudah-mudahan ke depannya kita bisa terus untuk menambah portofolio di sektor mineral mining ini,” kata Direktur United Tractors Iwan Hadiantoro dalam Public Expose Live 2025 di Jakarta, Senin (8/9) melansir Antara.
UNTR telah memiliki dua portofolio untuk segmen bisnis nikel, salah satunya PT Stargate Pasific Resources (SPR) yang tengah membangun Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan ditargetkan selesai pada 2026 serta berproduksi mulai 2027.
“Kita juga pada saat yang bersamaan, saat ini melakukan studi untuk pengembangan ke arah battery making material melalui smelter HPAL,” ujar Iwan.
Baca Juga: Turun 5%, United Tractors Catat Laba Bersih Rp19,5 T Sepanjang 2024
Selain itu, ada Nickel Industries Limited (NIC) yang sahamnya dimiliki perseroan sebesar 20,14%. Iwan mengatakan, NIC juga tengah membangun smelter HPAL di Morowali yang ditargetkan mulai memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik pada kuartal I/2026.

Sementara itu, segmen usaha pertambangan emas dioperasikan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) dan PT Sumbawa Jutaraya (SJR). PTAR mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, dan SJR mengoperasikan tambang emas di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Adapun segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (Turangga Resources).
Baca Juga: Hilirisasi Nikel: Menambang Potensi, Perkuat Industri
Sebagai informasi, sampai dengan Juli 2025, tambang batu bara Turangga Resources mencatatkan volume penjualan batu bara sebesar 8,0 juta ton, termasuk 2,4 juta ton batu bara metalurgi, naik 19% dari periode yang sama di 2024.
“Sementara batu bara dan metalurgi, yang kita lakukan saat ini adalah strateginya untuk melakukan ekspansi atas aset yang kita miliki,” kata Iwan.
UNTR Siapkan Investasi EBT
Ia menambahkan, ke depannya juga, UNTR akan masuk ke bisnis yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Setelah mineral mining, UNTR siap memasuki sektor energi terbarukan, sejalan dengan strategi pemerintah Indonesia untuk bertransisi dari energi fosil menuju Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Baca Juga: Sampai 2034, Proyek Ketenagalistrikan Buka Peluang Investasi Lebih Dari Rp2.900 T
Terdapat tiga sektor yang menjadi perhatian utama antara lain pembangkit listrik tenaga air (hydropower plant), pembangkit listrik tenaga surya (solar PV), serta panas bumi (geothermal).
Untuk geothermal, strategi yang dijalankan adalah melakukan studi dan eksplorasi pada portofolio yang sudah dimiliki UNTR, yaitu Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), dengan harapan kapasitas terpasang dapat terus ditingkatkan seiring dengan kegiatan eksplorasi yang dilakukan.
Pendapatan Bersih UNTR Semester I/2025
Pada semester I/2025, UNTR membukukan pendapatan bersih sebesar Rp68,5 triliun atau naik sebesar 6% dari Rp64,5 triliun pada periode yang sama di 2024.
Pendapatan bersih terutama ditopang dari segmen kontraktor penambangan sebesar Rp26,1 triliun serta segmen mesin konstruksi sebesar Rp20,9 triliun.
Sementara segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi menyumbang pendapatan Rp13,4 triliun, 14% lebih rendah dari semester I/2024. Adapun segmen pertambangan emas dan mineral lainnya menyumbang Rp7,0 triliun, meningkat 60% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.
Laba bersih UNTR tercatat turun 15% menjadi Rp8,1 triliun, disebabkan oleh penurunan kinerja dari segmen kontraktor penambangan yang terkendala curah hujan tinggi, serta segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi akibat harga jual batu bara yang lebih rendah.
Namun demikian, catat perseroan, sebagian dapat diimbangi oleh peningkatan kontribusi dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya serta segmen mesin konstruksi.