c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

27 Mei 2025

10:50 WIB

Sampai 2034, Proyek Ketenagalistrikan Buka Peluang Investasi Lebih Dari Rp2.900 T

Pemerintah buka ruang seluas-luasnya untuk IPP membangun poyek ketenagalistrikan sampai tahun 2034, dengan alokasi peluang investasi sekitar 73%.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Sampai 2034, Proyek Ketenagalistrikan Buka Peluang Investasi Lebih Dari Rp2.900 T</p>
<p id="isPasted">Sampai 2034, Proyek Ketenagalistrikan Buka Peluang Investasi Lebih Dari Rp2.900 T</p>

Warga menggendong anaknya melewati area persawahan dengan latar belakang Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Kamis (9/1/2025). AntaraFoto/Hasrul Said

JAKARTA - Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2025-2034 telah resmi diterbitkan. Pada dokumen tersebut, tercantum beragam perencanaan pembangunan ketenagalistrikan mulai dari pembangkit, jaringan transmisi, dan lain sebagainya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam sesi konferensi pers mengungkapkan RUPTL terayar bisa membuka peluang investasi hingga Rp2.967,4 triliun sampai tahun 2034 mendatang.

Nilai itu terbagi menjadi investasi untuk pembangunan pembangkit listrik sebanyak Rp2.133,7 triliun, jaringan transmisi dan gardu Rp565,3 triliun, serta pemeliharaan dan bunga selama masa konstruksi yang ditaksir mencapai Rp268,4 triliun.

"Peluang investasi 2025-2034 sebesar Rp2.967,4 triliun, terdiri dari pembangkit Rp2.133,7 triliun, penyaluran sebesar Rp565,3 triliun ini transmisi dan gardu, lalu dan lainnya Rp268 triliun," tutur Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Senin (26/5).

Adapun peluang investasi itu dibagi menjadi dua periode per lima tahun, yakni 2025-2029, serta 2030-2034. Pada lima tahun pertama, Eks-Ketua Umum HIPMI itu menyebut total investasi diproyeksikan mencapai Rp1.173,94 triliun.

Baca Juga: Investasi Energi Terbarukan Masih Jadi PR Indonesia

Sampai 2029 mendatang, investasi sektor ketenagalistrikan terbesar datang dari proyek pembangkit milik swasta atau Independent Power Producer (IPP) dengan porsi 38% atau Rp439,6 triliun, diikuti pembangkit milik PT PLN sebanyak 26% atau Rp306,3 triliun.

Sedangkan untuk investasi transmisi dan gardu induk sampai 2029 nanti diperkirakan menyentuh Rp191,1 triliun, investasi distribusi dan listrik desa sebanyak Rp105,7 triliun, serta investasi lainnya di angka Rp131,24 triliun.

Pada RUPTL itu, pemerintah membuka ruang selebar mungkin bagi IPP untuk membangun pembangkit listrik. Tahun ini saja, investasi pembangkit milik IPP diharapkan bisa mencapai Rp114 triliun atau lebih besar dibanding investasi dari PT PLN sebesar Rp72,4 triliun.

Kemudian untuk investasi transmisi dan gardu induk tahun ini ditaksir mencapai Rp43,2 triliun, distribusi dan listrik desa Rp15,1 triliun, serta investasi lainnya di angka Rp26,74 triliun.

Periode Lima Tahun Kedua
Bahkan, porsi pembangkit milik IPP diberikan ruang yang jauh lebih besar pada periode lima tahun kedua, yakni 2030-2034. Tak tanggung-tanggung, investasi pembangkit dari perusahaan swasta bisa mencapai Rp1.126,5 triliun atau 63% dari total investasi ketenagalistrikan yang diharapkan bisa masuk pada periode tersebut sebesar Rp1.793,4 triliun.

Jumlah itu jauh lebih besar jika disandingkan dengan investasi pembangkit dari PT PLN yang hanya memegang porsi 14% atau sekitar Rp261,3 triliun periode 2030-2034.

Berikutnya untuk investasi transmisi dan gardu induk periode lima tahun kedua ditaksir mencapai Rp201 triliun, investasi distribusi dan listrik desa Rp67,5 triliun, serta investasi lainnya Rp137,18 triliun.

Baca Juga: Bahlil Beberkan Alasan Belum Tercapainya Target Bauran EBT RI

"Sekarang kita bagi dua, lima tahun pertama Rp1.173,9 triliun, lima tahun kedua ini banyak ada Rp1.793,48 triliun dan memang ini harus dua kali supaya ada kesinambungan, tidak boleh kita ubah," kata Menteri Bahlil.

Secara kumulatif, sekitar 73% peluang investasi untuk pembangkit sampai 2034 nanti dialokasikan untuk partisipasi IPP dengan nominal Rp1.566,1 triliun. Rinciannya, dari pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) Rp1.341,8 triliun dan pembangkit non-EBT Rp224,3 triliun.

Sedangkan PT PLN hanya berpeluang menginvestasikan Rp567,6 triliun sampai 2034. Dari angka itu, Bahlil merinci investasi pembangkit EBT milik perusahaan pelat merah tersebut mencapai Rp340,6 triliun dan pembangkit non-EBT Rp227 triliun.

"Investasi PT PLN dari Rp2.000 triliun lebih, khusus untuk pembangkit itu Rp567,6 triliun sekalipun ini nanti PLN juga akan mentenderkan untuk EPC-nya siapa," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar