c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

30 Juli 2025

15:40 WIB

Tumbuhkan Industri Batik, Menperin: Bangga Buatan Indonesia Belum Cukup

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan ada banyak tantangan yang dihadapi industri batik. Bangga Buatan Indonesia belum cukup untuk menumbuhkan industri.

Penulis: Erlinda Puspita

<p id="isPasted">Tumbuhkan Industri Batik, Menperin: Bangga Buatan Indonesia Belum Cukup</p>
<p id="isPasted">Tumbuhkan Industri Batik, Menperin: Bangga Buatan Indonesia Belum Cukup</p>

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat menghadiri Pembukaan Gelar Batik Nusantara (GBN) Tahun 2025 di Pasaraya Blok M, Jakarta, Rabu (30/7). ValidNewsID/Erlinda PW

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan kinerja ekspor batik Indonesia menunjukkan kondisi yang positif. Namun di saat yang sama, ia menyoroti masih banyak tantangan yang perlu dihadapi industri batik nasional ke depannya.

Agus menuturkan, dari laporan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batik di kuartal I/2025 mencatatkan nilai yang positif yaitu di US$7,63 juta atau naik 76,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Nilai ekspor batik tercatat masih kecil, di bawah US$8 juta tapi naik 76,2% dari periode sebelumnya. Ini peluangnya masih sangat besar, tentu selain pasar ekspor juga di pasar domestik,” tutur Agus dalam Pembukaan Gelar Batik Nusantara (GBN) Tahun 2025 di Pasaraya Blok M, Jakarta, Rabu (30/7).

Dia menyampaikan, per tahun 2024 Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berhasil menghimpun sebanyak sekitar 6 ribu industri batik dan sekitar 200 sentra batik yang tersebar di 11 provinsi utama, termasuk Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta.

Sedangkan jumlah pengrajin batik yang berhasil tercatat hingga tahun 2020 oleh Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik (APPBI) hanya sekitar 150 ribu orang di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut turun drastis usai adanya pandemi covid-19 dengan penurunan mencapai 38 ribu orang pengrajin batik nasional.

“Ini bukan hanya karena covid, tapi tantangan regenerasi dan peralihan profesi di luar pengrajin batik,” katanya.

Baca Juga: Kemenperin: Standardisasi Bisa Jadi Branding Industri Batik Nasional

Padahal menurut Agus, sektor industri batik mampu menyerap banyak tenaga kerja. Data Kemenperin mencatat, sektor industri batik secara langsung maupun tidak langsung berhasil menyerap sekitar 200 ribu pekerja dari total 47 ribu unit usaha di lebih dari 101 daerah produsen batik.

Skala usaha industri batik tersebut menurut Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kemenperin pada tahun 2021, ada sekitar 3.200 unit usaha. Dari jumlah tersebut terdiri dari skala mikro 1.700 skala kecil, 800 unit skala menengah, dan sekitar 200 hingga 340 skala besar ke menengah.

Dari data-data tersebut menurut Agus, sektor industri batik perlu dipertahankan agar jumlah penyerapan tenaga kerja setidaknya bisa bertambah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kinerja industri batik adalah dengan membeli batik asli Indonesia yang dihasilkan oleh pengrajin, baik secara teknis tulis maupun dengan cap.

“Bangga buatan Indonesia yang di dalamnya ada budaya membatik. Bangga saja tidak cukup. Orang bangga belum tentu belanja, yang terpenting adalah kita semua belanja batik buatan Indonesia,” tegas Agus.

Salah satu momen yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk berbelanja batik asli buatan Indonesia menurut Agus adalah di Gelaran Batik Nusantara (GBN) 2025 yang berlangsung di Pasaraya Blok M, Jakarta pada 30 Juli hingga 3 Agustus 2025.

Ia menilai, dengan berbelanja batik, maka masyarakat bisa turut terlibat melindungi dan melestarikan batik sebagai warisan budaya. Sehingga para pengrajin bisa terus berinovasi untuk menyesuaikan dengan tren fesyen yang ada saat ini.

Baca Juga: Bangga Berbatik! GBN 2025 Angkat Batik Cirebon Merawit

Batik Merawit Cirebon, Salah Satu Karya Batik Nasional
Sebagai contoh batik yang tengah digaungkan kepopulerannya adalah Batik Merawit Cirebon. Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia (YBI) Gita Pratama Kartasasmita menjelaskan, batik ini sengaja diberikan perhatian khusus mengingat baru saja memperoleh pengakuan Indikasi Geografis (IndiGeo).

“Ini adalah langkah penting untuk memastikan batik kita tidak hanya dihargai sebagai warisan, tapi juga dilindungi sebagai karya masa depan,” kata Gita dalam kesempatan yang sama.

Perlu diketahui, Batik Merawit baru saja memperoleh penetapan Indikasi Geografis (IndiGeo) pada 4 November 2024 lalu. Batik ini merupakan teknik membatik khas dari Cirebon yang dikenal melalui pola garis halus dan detail, sehingga memerlukan ketelitian tinggi. Teknik ini menjadi simbol keterampilan turun-temurun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar