c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

21 Juli 2025

11:50 WIB

Kemenperin: Standardisasi Bisa Jadi Branding Industri Batik Nasional

Standardisasi tidak hanya penting bagi keberlangsungan usaha dari sisi produksi, tetapi juga memberikan nilai tambah pada aspek branding industri batik nasional.

Penulis: Fin Harini

Editor: Khairul Kahfi

<p>Kemenperin: Standardisasi Bisa Jadi <em id="isPasted">Branding</em> Industri Batik Nasional</p>
<p>Kemenperin: Standardisasi Bisa Jadi <em id="isPasted">Branding</em> Industri Batik Nasional</p>

Proses Pembuatan Batik Ciwaringin. Shutterstock/Adjie Rosadi

JAKARTA - Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita menilai standardisasi diperlukan oleh industri batik. Pasalnya, tantangan menjaga keaslian dan kualitas produk batik semakin kompleks, di tengah tingginya permintaan terhadap salah satu wastra nusantara itu.

“Peningkatan kualitas industri batik juga kami lakukan dengan pendekatan berbasis standardisasi. Sebab, saat ini kemunculan kain tiruan batik juga semakin marak dan membuat konsumen kesulitan membedakannya dari batik asli,” ungkapnya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (20/7).

Menurut Reni, standardisasi merupakan solusi strategis yang perlu diterapkan oleh pelaku industri batik untuk menghadapi dinamika pasar dan tantangan globalisasi. 

Penerapan standar, seperti SNI Batik (Standar Nasional Indonesia), SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), Batikmark, Sertifikasi Halal, dan Sertifikasi Industri Hijau, dapat memberikan jaminan kualitas, keaslian, dan keberlanjutan proses produksi.

Baca Juga: Bangga Berbatik! GBN 2025 Angkat Batik Cirebon Merawit

“Setiap standardisasi ini menjamin suatu aspek, seperti SNI untuk kualitas produk, SKKNI untuk kompetensi perajin, Batikmark untuk keaslian produk, sedangkan Halal dan Industri Hijau merupakan standardisasi khusus yang berpotensi memperluas akses pasar bahkan sampai ke luar negeri,” tuturnya.


Lebih lanjut, Reni menekankan, standardisasi tidak hanya penting bagi keberlangsungan usaha dari sisi produksi, tetapi juga memberikan nilai tambah pada aspek branding.

“Di tengah meningkatnya kesadaran konsumen terhadap isu keaslian, estetika, dan keberlanjutan lingkungan, batik yang tersertifikasi memiliki peluang lebih besar untuk menjadi pilihan utama konsumen,” imbuhnya.

Webinar Standardisasi Batik
Oleh karena itu, sebagai upaya konkret dalam membangun pemahaman dan kesadaran akan pentingnya standardisasi, Ditjen IKMA bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI) menyelenggarakan Webinar bertema “Standardisasi pada Industri Batik” secara daring pada 7 Juli 2025. 

Kegiatan ini menjadi bagian rangkaian acara Gelar Batik Nusantara (GBN) dan Hari Batik Nasional (HBN) tahun 2025.

Webinar tersebut menghadirkan para narasumber dari kalangan regulator dan praktisi seperti Direktur Penguatan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional, Asesor Manajemen Mutu Industri Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik, serta Direktur Akasia Batik Yogyakarta.

Puncak dari rangkaian perayaan GBN dan HBN 2025 akan ditandai dengan Pameran Gelar Batik Nusantara, yang diselenggarakan pada 30 Juli - 3 Agustus 2025 di Pasaraya Blok M, Jakarta. 

Pameran ini bakal menghadirkan produk-produk batik unggulan dari berbagai daerah di Indonesia, sekaligus menjadi ajang edukasi publik mengenai pentingnya standardisasi dalam menjaga mutu dan warisan budaya batik.

Baca Juga: Batik AI, Upaya Menjawab Tantangan Pelestarian dengan Teknologi Baru

Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan berharap, dengan terselenggaranya webinar, para pelaku IKM batik dan konsumen dapat memahami standardisasi pada batik, termasuk mengenai manfaat yang didapatkan dan cara proses pengajuannya.

“Kegiatan ini dapat menjadi ruang sinergi antara pelaku usaha, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam memperkuat fondasi industri batik nasional. Sebab, keberlanjutan industri batik sangat ditentukan oleh kesadaran kolektif terhadap pentingnya penerapan standar mutu,” terang Budi.

Melalui kegiatan ini, Budi juga berharap, seluruh pemangku kepentingan dapat berperan aktif dalam mendukung keberlanjutan dan daya saing industri batik nasional. Batik bukan sekadar kain, tapi identitas budaya yang punya kekuatan ekonomi besar jika dijaga mutunya, dikuatkan standarnya, dan dikenalkan secara berkelanjutan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar