14 Oktober 2025
08:00 WIB
Transisi Energi RI Tak Boleh Terpengaruh Oleh AS
Indonesia diminta tetap berpegang pada transisi energi lantaran diperlukan pertumbuhan ekonomi yang lebih hijau untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Penulis: Yoseph Krishna
Ilustrasi Diorama energi ramah lingkungan. Shutterstock/PanuShot
JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menegaskan Indonesia harus berpegang teguh pada komitmen menjalankan transisi menuju energi yang lebih bersih.
Kepada Validnews, dia menyebut pada dasarnya transisi energi merupakan sebuah keniscayaan bagi Indonesia. Hal itu dikarenakan ada target untuk keluar dari middle income trap dan mencapai Indonesia Emas 2045.
Artinya, diperlukan transformasi ekonomi dalam rangka mewujudkan mimpi tersebut. Perekonomian nasional, sambung Fabby, perlahan harus mulai diarahkan ke ekonomi hijau yang salah satunya berasal dari investasi energi terbarukan.
Baca Juga: BP: Jangan Langsung Tinggalkan Migas, Transisi Energi Wajib Perlahan
"Arah baru ekonomi kita kalau melihat hari ini, pengembangan ekonomi harus bertransformasi menjadi ekonomi hijau yang didorong oleh pertumbuhan hijau, salah satunya berasal dari investasi energi terbarukan, efisiensi, teknologi energi terbarukan. Jadi intinya transisi energi itu yang menjadi penggerak ekonomi baru," jabar Fabby saat dihubungi, Senin (13/10).
Fabby menyebut pemerintah dan para pemangku kepentingan terkait tak perlu mengkhawatirkan keputusan Amerika Serikat untuk mundur dari Perjanjian Paris dan kembali fokus mengembangkan sumber energi fosil. Keputusan Negeri Paman Sam itu ia sebut justru berlawanan dengan tren perbaikan iklim dan tren global seputar pengembangan energi terbarukan.
Selain itu, ia pun menilai Amerika Serikat sejauh ini bukan jawara dalam urusan pengembangan energi terbarukan. Disebut Fabby, teknologi energi terbarukan milik Amerika Serikat masih kalah jika disandingkan dengan Tiongkok atau negara-negara Eropa lain yang jauh lebih progresif.
"Jadi menurut saya itu adalah kerugian Amerika Serikat sendiri kalau mereka tidak melakukan transisi energi dan mengembangkan energi terbarukan," tegas dia.
Perubahan apapun yang terjadi soal kampanye transisi energi tak serta merta harus membuat Indonesia juga melunturkan komitmen terhadap agenda tersebut.
Baca Juga: Kendala Kelembagaan Untuk Mempercepat Transisi Energi
Upaya mencapai Indonesia Emas 2045 melalui pertumbuhan ekonomi hijau harus dimulai dari sekarang. Termasuk di dalamnya, mengupayakan perubahan sistem energi menuju energi yang lebih bersih.
"Kita tentunya mempertimbangkan dinamika global, tetapi itu menjadi pertimbangan kita untuk merancang peta jalan transisi energi, bukan berarti kemudian kita meninggalkan transisi energi tersebut," papar Fabby Tumiwa.
Fabby menegaskan kebijakan Amerika Serikat tidak akan mempengaruhi dunia secara keseluruhan. Pasalnya, masih banyak negara yang teguh pada komitmen transisi energi, bahkan jauh lebih ambisius dari Amerika Serikat.
"Kita tidak perlu pusing-pusing ada dampaknya ke Indonesia, apa iya ada dampaknya? Jangan juga berasumsi apa yang terjadi di Amerika Serikat akan mempengaruhi seluruh dunia, kan negara-negara lain juga melakukan, bahkan lebih ambisius," tandasnya.