03 Oktober 2024
15:09 WIB
Tokocrypto Ramal Oktober Jadi Peluang Bullish Kripto
Di awal Oktober, harga Bitcoin sempat menurun. Namun, Trader Tokocrypto menilai Oktober jadi tren peluang investor raup keuntungan di pasar kripto.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Pelaku bisnis Kripto memantau grafik perkembangan nilai aset kripto, Bitcoin di Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (31/1/2023). ValidNewsID/Arief Rachman
JAKARTA - CMO Tokocrypto, Wan Iqbal mengungkapkan adanya potensi bullish kembali untuk Bitcoin meskipun telah mengalami penurunan harga di awal Oktober 2024. Secara historis, Oktober sering menjadi bulan yang kuat bagi Bitcoin.
“Bitcoin beberapa kali mencatatkan kenaikan yang signifikan pada Oktober, sehingga banyak analis tetap optimis bahwa pasar akan segera bangkit kembali,” kata Iqbal dalam keterangan tertulis, Kamis (3/10).
Contohnya, pada Oktober 2023 lalu, Bitcoin melonjak dari 28%. Banyak pengamat memprediksi tren ini akan terulang di tahun ini meski ada tekanan jual di awal bulan.
Tekanan jual di awal Oktober 2024 lantaran di akhir September harga Bitcoin sempat jatuh US$65.609 menjadi US$60.805 dalam waktu singkat.
Penurunan ini semakin diperburuk oleh ketegangan geopolitik yang meningkat, khususnya konflik Israel dan Iran. Oleh karena itu, menyebabkan bitcoin turun 6% dalam sehari, bersamaan dengan arus keluar dana dari ETF bitcoin yang signifikan.
Fidelity's FBTC kehilangan US$144 juta, sementara ARKB mencatat penurunan sebesar US$84 juta dollar.
Baca Juga: Analis Sebut Pernyataan The Fed Buat Investor Bitcoin Cemas
Selain ketegangan geopolitik, pasar Bitcoin juga dipengaruhi oleh pernyataan ketua The Fed, Jerome Powell yang belum memberikan sinyal pemotongan suku bunga lanjutan dalam waktu dekat. Hal ini memicu kekhawatiran investor dan memperburuk tekanan jual di pasar kripto.
Di sisi lain, Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menyatakan kondisi penurunan harga Bitcoin yang mengkhawatirkan ini adalah kemunduran sesaat.
Menurutnya, tren musiman Oktober sebagai bulan terbaik bagi Bitcoin masih bertahan. Para investor hanya perlu lebih waspada dalam menghadapi volatilitas jangka pendek ini.
"Bitcoin seringkali mengalami penurunan di bulan September sebelum memulai lonjakan harga di Oktober. Meskipun ada tekanan jual saat ini dalam beberapa minggu, ke depan Bitcoin bisa kembali mencapai harga tertinggi baru mengikuti pola bullish historis," tutur Fyqieh.
Dia mengungkapkan, Bitcoin cenderung melalui fase "pengisian ulang" sebelum akhirnya melonjak pada Oktober. Meski potensi penurunan lebih lanjut tetap ada, dia yakin Bitcoin akan mencetak harga tertinggi baru dalam beberapa minggu mendatang.
Oleh karena itu, dia pun menyarankan para investor untuk tetap memperhatikan faktor eksternal yang mempengaruhi pasar seperti ketegangan geopolitik dan kebijakan suku bunga.
"Bagi investor yang cermat periode volatil ini bisa menjadi peluang untuk mengoptimalkan keuntungan di pasar kripto," tandasnya.
Industri Bertumbuh
Pada kesempatan itu, Iqbal mengatakan industri aset kripto dan adopsi kripto di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan nilai transaksi dan jumlah investor yang terus meningkat.
Dia meyakini hal tersebut tidak terlepas dari strategi edukasi yang gencar dilakukan oleh pelaku industri kripto di Indonesia, termasuk Tokocrypto.
Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) di Agustus 2024, tercatat nilai transaksi kripto mencapai Rp48,92 triliun atau naik sebesar 15,54% dari bulan sebelumnya sebesar Rp42,34 triliun.
Tak hanya itu, sejak Januari 2024 - Agustus 2024, total nilai transaksi aset kripto juga melonjak hingga Rp391,01 triliun atau tumbuh 360,03% dibandingkan periode yang sama tahun lalu hanya sebesar Rp149,3 triliun.
Diketahui, Tether USD (USDT), Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), USD Coin (USDC), dan Pepe (PEPE) mendominasi transaksi kripto di Indonesia.
"Pertumbuhan tersebut menjadi gambaran optimis terkait masa depan industri kripto di Indonesia, meski tantangan makroekonomi masih menjadi perhatian," ucapnya.
Selain nilai transaksi, jumlah investor kripto di Indonesia juga dari data Bappebti menunjukkan adanya peningkatan. Hingga Agustus 2024, jumlah pelanggan kripto telah mencapai 20,9 juta, mengalami kenaikan hampir 400 ribu dibandingkan bulan sebelumnya.
"Tren ini menunjukan adanya adopsi yang konsisten di kalangan masyarakat, meskipun volatilitas aset kripto tetap menjadi perhatian utama," sambungnya.
Iqbal menambahkan, dari laporan Triple-A menunjukkan sebanyak 13,9% populasi Indonesia telah memiliki aset kripto. Hal ini menempatkan Indonesia di posisi ke 12 dalam hal kepemilikan kripto secara global.
Meskipun laporan ini memberikan angka yang lebih besar daripada data Bappebti, yang mencatat 20,9 juta pelanggan kripto di Agustus 2024, perbedaan ini dapat mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam pengukuran.
Iqbal pun mengaku pihaknya sebagai pelaku industri kripto berkomitmen untuk terus mengedukasi masyarakat Indonesia.
"Kami di Tokocrypto terus berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat terkait aset kripto dan teknologi blockchain. Meningkatnya jumlah investor kripto di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat semakin melek digital, dan melihat peluang di pasar aset kripto yang semakin dinamis. Ke depan kami optimis bahwa dengan regulasi yang tepat, ekosistem kripto di Indonesia akan semakin berkembang," jelas Iqbal.
Baca Juga: Bitcoin Turun Dibanding Tahun-Tahun Sebelumnya, Analis Ungkap Penyebabnya
Karena itu, lanjutnya, kolaborasi antara regulator dan pelaku industri sangat diperlukan untuk mendorong dan menjaga pertumbuhan industri kripto di Indonesia. Keberhasilan ini juga harus didukung dengan edukasi berkelanjutan kepada investor mengenai risiko dan peluang di pasar kripto.
Lebih lanjut, Iqbal menyebutkan Bappebti sudah melakukan langkah tepat untuk menciptakan ekosistem yang sehat bagi pertumbuhann aset kripto di Indonesia, yakni melalui Peraturan Bappebti (Perba) Nomor 8 Tahun 2024. Perba 8/2024 tersebut memberikan tenggat waktu pendaftaran hingga 16 Oktober mendatang bagi entitas atau platform yang ingin memenuhi syarat sebagai Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK).
Dia pun meyakini aturan yang jelas tersebut mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri kripto.
"Kami mendukung pertumbuhan industri kripto yang inovatif, namun juga menekankan bahwa kepatuhan adalah pondasi dari pertumbuhan yang sehat. Dengan regulasi yang tepat kami yakin ekosistem kripto di Indonesia akan semakin kuat dan menarik lebih banyak partisipasi dari investor lokal," jelasnya.