12 November 2025
19:02 WIB
Tiru Inggris dan Malaysia, SKK Migas Usul Revenue Jadi Modal Eksplorasi
SKK Migas mengeluh lembaga pembiayaan enggan mendanai proyek eksplorasi migas di RI. Berkaca dari Inggris dan Malaysia, Indonesia bisa mengupayakan revenue hulu migas jadi solusi kreatif ekplorasi.
Penulis: Yoseph Krishna
Foto udara area pengeboran sumur eksplorasi Buah Merah (BMR)-001, Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya, Senin (10/6/2024). Antara Foto/Erlangga Bregas Prakoso
JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengusulkan agar pendapatan negara dari sektor hulu migas bisa sepenuhnya disalurkan untuk kegiatan eksplorasi.
Pasalnya, Djoko menegaskan, kegiatan eksplorasi jadi kunci utama untuk mendongkrak produksi ataupun lifting minyak dan gas bumi (migas) nasional. Tanpa adanya kegiatan eksplorasi, penurunan lifting migas jadi sebuah keniscayaan, seperti yang terjadi pada sektor hulu migas Indonesia saat ini.
Di lain sisi, saat ini hampir tidak ada lembaga pembiayaan, termasuk perbankan, yang mau mengucurkan pendanaan untuk kegiatan eksplorasi hulu minyak dan gas bumi. Salah satunya, karena risiko yang besar dan tidak ada jaminan temuan sumber daya.
"Tidak satu pun bank dalam negeri yang mau membiayai untuk eksplorasi karena risikonya besar, meski di Indonesia tadinya 1 banding 10 (10%), sekarang sudah 30%. Kalau kita ngebor 10 sumur, Insyaallah 3 discovery, tapi kendalanya adalah anggaran," jabarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR, Jakarta, Rabu (12/11).
Baca Juga: Rayu Investor Migas Di ADIPEC, RI Tawarkan Reformasi Fiskal
Djoko menyampaikan, Inggris pernah memanfaatkan revenue hulu migas sebagai modal untuk eksplorasi. Hingga pada akhirnya, Inggris menemukan ladang gas di North Sea dan kini negara tersebut dapat 'menyala 24 jam' dari gas hasil eksplorasi.
"Suatu ketika seluruh revenue daripada hulu migasnya digunakan untuk eksplorasi, sehingga ditemukanlah ladang gas di North Sea yang cukup besar. Jadi, Inggris sangat berlebihan di gas dan negaranya sekarang 24 jam menyala terus dari gas," lanjutnya.
Tak usah jauh-jauh ke Inggris, Malaysia yang berimpitan dengan Indonesia juga menerapkan kebijakan serupa. Djoko menyampaikan, Production Sharing Contract (PSC) hulu migas di Negeri Jiran mewajibkan KKKS untuk menyalurkan keuntungan produksi untuk kegiatan eksplorasi.
Baca Juga: Melihat Potensi Investasi RI Dari Kaca Mata Bos Migas Dunia
Menurutnya, 'operasionalisasi' revenue hulu migas Inggris dan Malaysia bisa dijadikan contoh untuk Indonesia. Mengingat nyaris seluruh lembaga pembiayaan enggan mendanai eksplorasi, ada baiknya revenue dari kegiatan hulu migas disalurkan untuk kegiatan tersebut demi mendongkrak lifting pada masa yang akan datang.
"Di Petronas (Malaysia) pun PSC-nya itu sebagian daripada hasilnya dikembalikan untuk kegiatan eksplorasi," tutur dia.
Realisasi Investasi Hulu Migas
Sekadar informasi, realisasi investasi eksplorasi hulu migas Januari-Agustus 2025 baru tercapai US$500 juta. Padahal, investasi eksplorasi ditargetkan menyentuh US$1,5 miliar sampai akhir 2025.
Target investasi eksplorasi yang dipatok tahun ini tak lepas pula dari pencapaian realisasi 2024 di angka US$1,3 miliar. Realisasi investasi eksplorasi hulu migas tersebut tercatat meningkat dari US$1,2 miliar pada 2023.
Selain itu, investasi eksplorasi pada 2023 juga mengalami peningkatan cukup tajam dari 2021 dan 2022 yang masing-masing di kisaran US$700 juta, maupun pada 2020 di kisaran US$500 juta. Artinya, investasi eksplorasi hulu migas secara mendasar terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
"Khusus eksplorasi di 2024 itu US$1,3 miliar, 2025 rencananya US$1,5 miliar dan realisasinya sampai Agustus 2025 baru US$500 juta," kata Djoko, Selasa (23/9).
Baca Juga: Investasi Hulu Migas RI Lesu, Realisasi Baru 53% dari Target
Tak hanya investasi, realisasi pengeboran eksplorasi sepanjang Januari-Agustus 2025 pun baru mencapai 18 sumur atau sekitar 36,9% dari yang ditargetkan sampai akhir 2025.
Djoko mengungkapkan, dari sumur eksplorasi yang telah dianalisis, sebanyak 5 sumur berhasil menemukan hidrokarbon (discovery), 7 sumur dinyatakan tak memiliki sumber daya (dry hole), dan sumur-sumur eksplorasi lainnya masih dalam proses analisa.
"Kemudian, total sumber dayanya dari 5 sumur yang ditemukan discovery itu sekitar 21 juta barrel oil equivalent (BOE)," bebernya.
Baca Juga: Pakar Ingatkan Industri Hulu Migas Butuh Eksplorasi Intensif
Walau demikian, dia menegaskan, kegiatan eksplorasi hulu migas sebagai penopang lifting pada masa yang akan datang bakal terus digenjot. SKK Migas optimistis, realisasi eksplorasi sampai akhir 2025 bisa mencapai 43 sumur.
"Realisasi sampai saat ini 18 sumur, dan outlook 2025 diperkirakan bisa mencapai 43 sumur," jelasnya.