c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

19 Mei 2025

19:41 WIB

Pakar Ingatkan Industri Hulu Migas Butuh Eksplorasi Intensif

Kegiatan eksplorasi merupakan tulang punggung dari kesinambungan produksi migas. Produksi minyak akan terus menurun jika tak ada kegiatan eksplorasi secara masif.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p class="query-text-line ng-star-inserted" id="isPasted">Pakar Ingatkan Industri Hulu Migas Butuh Eksplorasi Intensif</p>
<p class="query-text-line ng-star-inserted" id="isPasted">Pakar Ingatkan Industri Hulu Migas Butuh Eksplorasi Intensif</p>

Pekerja beraktivitas di sumur eksplorasi minyak bumi PT Saka Energi Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), di Blok Pangkah, Gresik, Jawa Timur. Antara Foto/Moch Asim/hp.

JAKARTA - Praktisi Minyak dan Gas Bumi (Migas) Hadi Ismoyo mengingatkan, kegiatan eksplorasi merupakan tulang punggung dari kesinambungan produksi migas.


Tanpa adanya masifikasi kegiatan eksplorasi, produksi minyak bumi akan terus menurun dari tahun ke tahun, sama halnya dengan yang terjadi pada lifting minyak Indonesia sampai 2024 lalu.


"Kegiatan eksplorasi adalah tulang punggung kesinambungan produksi. Tanpa eksplorasi yang masif, produksi (minyak) akan turun terus," terang Hadi saat dihubungi Validnews, Jakarta, Senin (19/5).


Baca Juga: Pakar Sebut Target Lifting Sejuta Barel Per Hari Mustahil Tercapai


Sebagai upaya untuk setidaknya mempertahankan tingkat produksi setiap tahun, Hadi menyebut, harus ditemukan cadangan yang sama atau lebih besar dari produksi tahun berjalan. Satu-satunya cara untuk menemukan cadangan migas ialah lewat kegiatan eksplorasi.


"Kita harus menemukan cadangan yg paling tidak sama atau lebih besar dari tahun berjalan, Reserves Replacement Production Ratio," jelasnya.


Setidaknya, ada empat hal yang harus dijalankan untuk memperlancar kegiatan eksplorasi. Mulai dari penyediaan data yang cukup dan terintegrasi, fiscal term yang menarik bagi perusahaan, tax regime yang sederhana dan dikemas dalam peraturan khusus, hingga kesinambungan dukungan operasi.


Jika dikorelasikan dengan kondisi saat ini, Hadi menegaskan, hal yang harus dibenahi ialah mengenai rezim pajak dan kesinambungan dukungan operasional maupun penyederhanaan birokrasi.


Penyederhanaan perpajakan juga diperlukan, serta pembenahan pungutan-pungutan yang sebetulnya tidak diperlukan pada tahap eksplorasi. Misalnya, pungutan PNBP eksplorasi di laut lepas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).


"Termasuk di dalamnya penyederhanaan tax, masa eksplorasi harusnya dibebaskan dari pajak yang aneh-aneh," kata dia.


Baca Juga: Eksplorasi Migas di Selat Madura Terganggu Aksi Premanisme


Kemudian mengenai aspek birokrasi, dia menegaskan, perizinan harus disederhanakan dan berbagai gangguan harus segera dikikis, termasuk aksi premanisme yang kerap menghambat operasional hulu minyak dan gas bumi.


"SKK Migas harus hadir menjadi ujung tombak untuk bersama-sama KKKS menyelesaikan keruwetan di lapangan," tandas Hadi.


Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui eksplorasi memegang peran krusial dalam menaikkan lifting minyak pada masa yang akan datang.


Karena itu, dirinya berencana melakukan lelang terhadap total 60 blok migas seluruh Indonesia. Dengan demikian, diharapkan ada temuan cadangan baru lewat kegiatan eksplorasi.


"Tender-tender kita lakukan bertahap, kita sudah lakukan kemarin 6 blok, saya tanda tangan kemarin 6 lagi untuk ditenderkan, dan sampai tahun 2027 semua akan kita tender sekitar 60 blok," jabar Bahlil.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar