08 Mei 2025
11:47 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Pengamat ekonomi sekaligus Executive Director Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menyatakan, Indonesia perlu meningkatkan daya saing yang kuat di tengah ketidakpastian perekonomian global saat ini. Daya saing tersebut diharapkan mampu menarik investasi asing ke dalam negeri.
Yose membeberkan, ada tiga poin utama yang perlu Indonesia untuk bisa meningkatkan daya saing tersebut. Pertama, menderegulasi alias mengurangi regulasi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendorong ekonomi berbiaya tinggi.
Ia menilai, banyak kebijakan pemerintah saat ini yang saling tumpang tindih antar Kementerian/Lembaga (K/L), misalnya perizinan investasi bagi pemodal. Menurutnya, upaya deregulasi perlu dipercepat.
"Di tahun ini mungkin ada sekitar 19 ribu Peraturan Menteri yang berlaku. Walaupun ini terlihat besar, tapi banyak sekali yang memang ini overlap (tumpang tindih) satu sama lain," ujar Yose di agenda bertajuk 'Diteror Trump dan Diancam Xi Jinping, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia', Jakarta, Rabu (7/5).
Baca Juga: Pengamat Sebut Indonesia Harus Tingkatkan Keterlibatan Di Rantai Pasok Global
Poin kedua yang harus dibenahi adalah mendorong Indonesia agar lebih terbuka dengan perekonomian global. Pasalnya, kata Yose, selama ini Indonesia masih terbilang rendah dalam keterkaitannya dalam rantai pasok global, bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia dan China.
"Membuka diri lebih banyak dengan kebijakan-kebijakan yang lebih open terhadap perekonomian dunia, membuat kita jadi lebih terintegrasi. Itu bisa memberikan keuntungan bagi kita, dan inilah momentumnya," tegas Yose.
Ketiga, Yose menilai, ketidakpastian lingkungan bisnis Indonesia juga masih sangat tinggi dan perlu dibenahi. Karena itu, dia tidak heran, ada banyak pabrik asal Jepang yang berada di China hanya sedikit yang relokasi produksi ke Indonesia. Padahal di saat yang sama, pabrik tersebut banyak yang berpindah ke kawasan ASEAN.
Baca Juga: Menko Airlangga Beberkan Strategi Genjot Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2025
Yose merincikan, setidaknya ada 176 perusahaan Jepang yang pindah ke negara-negara di ASEAN. Dari jumlah tersebut, sekitar 90 perusahaan atau lebih dari 50% pabrik Jepang pindah ke Vietnam, 25 perusahaan ke Thailand, 19 perusahaan ke Malaysia, dan hanya 16 perusahaan ke Indonesia.
Dia pun menilai, seharusnya momen perpindahan pabrik-pabrik asal Jepang tersebut menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk meningkatkan investasi asing di dalam negeri.
"Tapi sayang kesempatan tersebut belum bisa kita manfaatkan secara lebih baik. Relokasi-relokasi ini belum bisa terjadi dengan baik," tandas Yose.