16 Januari 2024
10:54 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia tahun 2023 sudah meningkat walau tidak signifikan. Realisasi bauran EBT 2023 hanya meningkat tipis dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 12,3%.
Meski meningkat dari tahun sebelumnya, capaian masih ada di bawah target. Tercatat, bauran EBT tahun lalu sebanyak 238,12 Million Barrel Oil Equivalent (MBOE) atau 13,1% dari total bauran energi primer yang mencapai 1.819,23 MBOE. Padahal, tahun 2023 ditargetkan bauran EBT mencapai 17,9% dari total bauran energi primer.
Capaian juga masih jauh dibandingkan target besar bauran EBT sebesar 23% yang diharapkan tercapai pada 2025 mendatang.
"Tahun 2025 itu kita target kita 23% bauran tapi saat ini masih 13,1%. Kita melihat ada peningkatan tapi belum signifikan," ujar Arifin dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Senin (15/1).
Baca Juga: Tersisa Dua Tahun, Target Bauran EBT Baru Terpenuhi 60%
Untuk itu, pemerintah tengah menyiapkan strategi guna mempercepat pencapaian bauran EBT. Salah satunya, lewat pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT yang sudah termaktub dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
"Pelaksanaan pembangunan pembangkit EBT sudah terencana dalam RUPTL, targetnya 2025 terpasang 10,6 GW," tambahnya.
Selain itu, implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap dia sebut bisa mempercepat bauran EBT dari energi primer secara keseluruhan. Hal ini harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dan kemampuan PT PLN (Persero) untuk mengakomodirnya.
Tak sampai situ, Kementerian ESDM juga terus menggalakkan program konversi pembangkit ke energi baru dan terbarukan, mandatory B35 dengan target 13,9 juta kiloliter (kl) pada 2025, intensifikasi cofiring, hingga menyediakan akses energi melalui EBT di lokasi terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
"Eksplorasi panas bumi juga masih belum mencapai apa yang kita canangkan dan kita programkan. Kemudian, kita harus bisa memanfaatkan EBT off grid," katanya.
PLTS Terapung
Kemudian, pemerintah dia sebut akan mengembangkan PLTS terapung, seperti PLTS Terapung Cirata yang diresmikan beberapa waktu lalu. Arifin menjelaskan banyak surface water yang bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan.
PLTS Terapung Cirata sendiri, sambung Arifin, telah beroperasi dengan tarif US$5,8 sen/kWh. Artinya, harga atau tarif listrik dari pembangkit berbasis EBT sudah mulai kompetitif.
"Tren sekarang ini agar bisa lebih murah. Ini (PLTS Terapung Cirata) adalah yang terbesar di Asia Tenggara, pengurangan emisinya bisa mencapai 214 ribu ton CO2 per tahun, kemudian menghasilkan energi hijau lebih dari 200 juta kWh yang mampu melistriki lebih dari 50 ribu rumah," jabar dia.
Baca Juga: Tingkatkan Bauran EBT, Menteri ESDM Dorong Skema Power Wheeling
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, ada 36 titik danau yang bisa dibangun PLTS terapung dengan potensi pemanfaatan mencapai 74,6 GW. Kemudian untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan PLT Mikro Hidro berpotensi dibangun di 12 lokasi danau dengan kapasitas total sekitar 1,8 GW.
Selain di danau, ada potensi pembangunan PLTS terapung di bendungan, tepatnya di 259 lokasi dengan total kapasitas yang bisa dibangun sebesar 14,7 GW.
"Kemudian potensi PLTA di bendungan-bendungan ini bisa menghasilkan kurang lebih 450 MW. Ini memang harus menjadi perhatian kita agar immediate bisa masuk dalam bauran," pungkas Arifin Tasrif.