c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

02 September 2024

11:08 WIB

Terperosok Lagi, PMI Manufaktur RI Agustus 2024 Jatuh Ke Level 48,9

PMI manufaktur masih terperosok di zona negatif karena menurunnya variabel permintaan baru dan output. Kondisi seperti ini bisa menimbulkan banyak PHK di pabrik manufaktur.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

<p>Terperosok Lagi, PMI Manufaktur RI Agustus 2024 Jatuh Ke Level 48,9</p>
<p>Terperosok Lagi, PMI Manufaktur RI Agustus 2024 Jatuh Ke Level 48,9</p>

Proses bongkar muat peti kemas berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11/2023). Antara Foto/Bayu Pratama S

JAKARTA - S&P Global melaporkan, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia kembali terperosok dan berada di level 48,9 pada Agustus 2024. Itu lebih rendah dari angka PMI manufaktur pada Juli 2024 yang sebesar 49,3.

Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, pada Agustus 2024, penurunan pada perekonomian sektor manufaktur Indonesia ditandai dengan adanya penurunan tajam pada variabel permintaan baru dan output selama tiga tahun.

"Turun ke 48,9 dari 49,3 pada bulan Juli, PMI menunjukkan penurunan tajam pada kondisi pengoperasian selama tiga tahun," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (2/9).

Sejalan dengan itu, Paul menilai kondisi sektor manufaktur RI yang demikian memang menimbulkan banyak pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun di satu sisi, menurutnya, masih banyak juga pelaku usaha yang optimis soal kondisi usahanya.

"Tidak mengejutkan bahwa perusahaan menanggapi dengan mengurangi karyawan, meski banyak yang percaya bahwa ini berlangsung sementara," katanya.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Tergelincir ke Wilayah Negatif di 49,3

Paul menjelaskan, PMI manufaktur RI yang melorot itu menunjukkan perekonomian sektor manufaktur Indonesia melanjutkan tren kinerja yang menurun selama Agustus 2024. Dua faktor penyebabnya, seperti yang disebutkan karena permintaan baru dan output anjlok.

Dia pun melaporkan, permintaan pasar menurun dibandingkan Juli 2024 dan penyebab utamanya adalah terjadi penurunan permintaan baru. Di samping itu, penurunan permintaan asing juga semakin cepat, dan bulan lalu tercatat turun tajam sejak Januari 2023.

"Selain karena berkurangnya permintaan ekspor secara umum, beberapa panelis melaporkan bahwa tantangan pengiriman global membebani penjualan," terang Paul.

Dia menyampaikan, imbas melemahnya produksi dan permintaan baru ini menyebabkan PHK di pabrik manufaktur Indonesia. Dalam dua bulan terakhir, staf di pabrik jumlahnya menyusut, ditambah lagi kini tidak ada pergantian karyawan.

"Dilaporkan bahwa tidak ada penggantian karyawan yang keluar atau pemberlakuan PHK sementara karena penjualan dan produksi menurun," katanya.

Paul mengatakan, pelaku usaha juga memilih mengerem aktivitas belanja pada Agustus 2024, dan mengutamakan memakai alat inventaris yang sudah ada selama masih berfungsi. Artinya stok input turun untuk pertama kalinya dalam satu setengah tahun dan pada tingkat tertinggi sejak Agustus 2021.

Baca Juga: PMI Manufaktur Anjlok Gegara Industri RI Tertekan, Ini Saran Kemenperin

"Sebaliknya dan sekaligus menggambarkan keterkejutan di antara beberapa perusahaan atas melemahnya penjualan, stok barang jadi naik selama dua bulan berjalan," ujarnya.

Tantangan dunia industri berlanjut, Paul pun menyampaikan, para pelaku industri menganggap pengiriman logistik sebagai beban. Di antaranya, karena kekurangan stok di pihak vendor, waktu tunggu pesanan rata-rata terus diperpanjang selama dua bulan berjalan.

Paul menuturkan, hambatan dari segi pasokan seperti ini membuat harga bahan baku terus naik. Ditambah lagi, nilai tukar rupiah yang melemah turut menyebabkan kenaikan harga barang impor, serta inflasi harga input naik.

"Tantangan pengiriman logistik juga dilaporkan sebagai faktor yang membebani kinerja pemasok," terangnya.

Economics Director S&P Global Market Intelligence itu menyampaikan, meski banyak tantangan, perusahaan manufaktur RI secara umum tetap percaya diri produksi akan naik dari posisi saat ini ke depannya. Meski, dia memprediksi produksi tidak lebih tinggi dari Juli lalu.

"Panelis berharap bahwa kondisi ekonomi akan lebih stabil dan mendorong kebaikan produksi dan permintaan baru satu tahun," tutupnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar