c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

07 Agustus 2024

09:10 WIB

Temu Disebut Aplikasi Jahat Dari China, Apa Alasannya?

Aplikasi Temu disebut tidak memiliki jenjang komisi seperti e-commerce lain. Temu juga dinilai akan mematikan usaha lokal di Indonesia.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Temu Disebut Aplikasi Jahat Dari China, Apa Alasannya?</p>
<p id="isPasted">Temu Disebut Aplikasi Jahat Dari China, Apa Alasannya?</p>

Ilustrasi belanja online. Shutterstock/dok

JAKARTA - Direktur Utama Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada mengatakan Temu merupakan aplikasi jahat dari China. Bukan tanpa alasan, menurutnya, hal ini bisa terjadi lantaran kehadirannya akan mematikan usaha lokal di Indonesia.

“Temu ini aplikasi jahat dari China, yang kalau dibiarkan masuk UMKM kita sudah pasti mati,” kata Wientor dalam diskusi media di kantor Kemenkop UKM, Selasa (6/8).

Dia menjelaskan, aplikasi Temu ini mendatangkan barang produksi China yang langsung datang dari pabrik, kemudian tidak ada seller, tidak ada reseller, tidak ada dropshipper, hingga tidak ada afiliator.

“Jadi tidak ada komisi berjenjang seperti yang e-commerce lainnya,” tekan dia.

Belum lagi, lanjutnya, untuk menggaet banyak pelanggan, aplikasi ini tidak segan memberikan subsidi atau diskon fantastis. Dia menyebutkan, di beberapa negara seperti Amerika, mereka mampu memberikan harga hingga 0%.

Baca Juga: Kemendag Sebut Model Bisnis Aplikasi Temu Tak Sesuai Aturan Indonesia

“Jadi kalau mereka kemudian memberikan diskon 90% itu yang dilakukan hampir di setiap negara. Di US mereka sempat memberikan harga 0%. Jadi buyer hanya membayar ongkos kirim,” tuturnya.

Pihaknya mengasumsikan, barang yang dijual merupakan barang dead stock atau barang yang sebenarnya tidak laku di China lalu dijual ke negara lain.

“Pasti seperti itu. Karena kan kondisi ekonomi di Cina sekarang ini sedang surplus barang. Mereka harus mengeluarkan itu dari negerinya,” kata dia.

Untuk itu, menurutnya, salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan mengeluarkan barang tersebut melalui platform yang mereka punya.

“Itu terjadi di US, terjadi di Eropa. Jadi bukan tidak mungkin itu akan dilakukan di negara kita,” tandasnya.

Sebelumnya, dilansir dari Reuters, Selasa (11/6), pemerintah China mengeluarkan rancangan peraturan untuk mendorong pembangunan gudang di luar negeri dan memperluas bisnis e-commerce lintas batas (cross border).

Kementerian Perdagangan China menyebut e-commerce telah menjadi kekuatan penting dalam perdagangan luar negerinya China.

Baca Juga: Pemerintah Antisipasi Perdagangan Cross Border Di Aplikasi Temu

Perusahaan-perusahaan termasuk Shein, Temu dari PDD Holdings, dan AliExpress dari Alibaba, yang sebagian besar mengirimkan produk buatan China lintas batas ke pasar di seluruh dunia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini telah membuka jalan baru bagi pertumbuhan bagi beberapa perusahaan yang sebelumnya berfokus pada konsumsi domestik, yang masih tertahan oleh perlambatan makroekonomi, krisis properti yang berkepanjangan, dan pendapatan yang menurun.

Pengumuman Kementerian Perdagangan, yang mencakup rancangan peraturan untuk e-commerce lintas negara, menyatakan pihaknya juga akan berupaya meningkatkan manajemen data lintas negara dan mengoptimalkan pengawasan ekspor lintas negara.

Kementerian nasional dan departemen pemerintah akan memperlancar saluran pembiayaan dan membantu perusahaan e-commerce untuk go global.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar