10 Desember 2024
20:18 WIB
Susu Ikan Akan Jadi Alternatif di Makan Bergizi Gratis
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyatakan susu ikan nantinya akan menjadi menu alternatif dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Pekerja menunjukkan produk makanan dari ekstrak protein ikan atau Hidrolisat Protein Ikan (HPI) di PT Berikan Bahari Indonesia di Kandanghaur, Indramayu Jawa Barat, Rabu (18/9/2024). Antara Foto/Dedhez Anggara
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan, susu ikan nantinya bakal menjadi salah satu alternatif pada program Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain karena pasokan ikan di Indonesia yang melimpah, menurutnya kandungan protein pada ikan juga termasuk kategori tinggi.
"Susu ikan merupakan salah satu alternatif, itu bagian dari inovasi terkait kebutuhan susu yang tinggi sekali, sementara ikan-ikan yag kecil itu bisa diekstraksi menjadi tepung yang kemudian berubah menjadi susu... Kandungan proteinnya sangat tinggi, jadi itu suatu alternatif," ujar Trenggono, dikutip dari Antara, Selasa (10/12).
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Budi Sulistiyo mengatakan hingga saat ini pihaknya terus mempromosikan susu ikan ke dapur sentral yang sudah disiapkan oleh lembaga terkait.
Baca Juga: Membumikan Susu Ikan Lewat Program Makan Siang
Oleh karena itu, Budi menyampaikan, pihaknya bakal memantau proses pengolahan dari para produsen susu ikan agar sesuai dengan standardisasi yang sudah ditetapkan, mulai dari kebersihan, pemilihan bahan baku, serta salinitas atau tingkat keasinan air.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan penggunaan susu ikan maupun susu sapi untuk peningkatan asupan gizi memiliki kelebihannya masing-masing.
KKP mengungkapkan, lewat hilirisasi produk perikanan berupa susu ikan, maka industri protein ikan akan tumbuh dan mampu menyerap tenaga kerja.
Sementara itu, Peneliti ahli utama Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ekowati Chasanah meyakini bahwa susu ikan atau hidrolisat memiliki berbagai keunggulan dari beberapa susu yang ada seperti kambing, sapi, unta dan juga kedelai.
Produk hidrolisat (susu ikan), memiliki kelebihan seperti protein pendek, rendah alergen, serta dapat mengaktifkan hormon pertumbuhan.
Impor Sapi
Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), kebutuhan susu dalam program MBG bisa berasal dari mana saja, mulai dari susu ikan, susu kedelai, bahkan bisa juga dari susu kelapa.
"Iya susu, ngga tahu dari ikan atau dari apa, yang penting susu. Susu kan ada dari kedelai, ada dari kelapa sekarang, ada dari ikan, dari macam-macam," ucap Zulhas.
Berdasarkan catatan Validnews, terdapat dua sumber dan Kementerian yang terlibat dalam penyediaan susu untuk program MBG, yaitu Kementerian Pertanian (Kementan) dengan susu sapi dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui susu ikan.
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat terdapat 112 perusahaan yang sudah berkomitmen untuk mengimpor sapi, yakni 57 perusahaan berencana impor sapi pedaging, dan 55 perusahaan berencana impor sapi perah. Sementara untuk kebutuhan sapi pedaging akan diimpor sejumlah 700 ribu ekor, dan sapi perah sebanyak 1,3 juta ekor.
Realisasi impor sapi hidup tersebut baru terlaksana 50 ekor sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia di awal Desember lalu.
"Sebanyak 50 ekor sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia telah tiba di Indonesia, menandai dimulainya upaya percepatan investasi di subsektor peternakan," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Suganda dalam keterangan resminya, Rabu (4/12).
Baca Juga: Mengenal Manfaat Dan Tantangan Pada Susu Ikan
Sementara untuk kebutuhan susu ikan, merupakan alternatif protein dengan berbahan baku ikan hasil tangkapan nelayan. Inovasi susu ikan ini muncul sebagai upaya meningkatkan nilai ekonomis ikan hasil tangkapan yang selama ini dijual murah.
"Digalilah sumber-sumber protein itu, salah satunya muncul protein dari ekstraksi ikan yang murah, seperti ikan petek, ikan layur yang biasanya jadi ikan asin," ungkap Budi Sulistyo, Kamis (12/9).
Untuk memenuhi kebutuhan susu ikan di program MBG, KKP pun melakukan pembinaan sejumlah UMKM di sekitar Pantura, salah satunya Indramayu yang mengolah ikan dengan diekstraksi menjadi protein ikan, atau disebut hidrolisat Protein Ikan (HPI).
Kapasitas produksi beberapa UMKM di Indramayu tersebut menurut Budi baru mampu memproduksi 30 ton per bulan. Kapasitas ini ke depan akan digenjot setidaknya 50 ton per bulan ingga 80 ton per bulan.
“November Desember ditargetkan rampung, akan terlihat kapasitas produksinya meningkat. Untuk percontohan, nanti KKP akan membangun pabrik percontohan di Pantura, seperti di Pekalongan. Nanti jika ada yang berminat, itu di Pantura dan pantai-pantai Timur seperti di Papua,” kata Budi.