c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

07 Agustus 2024

11:09 WIB

Sukuk dan Penerimaan Pajak-Jasa Buat Cadev Juli Naik Ke US$145,4 M

BI mencatat posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Penulis: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">Sukuk dan Penerimaan Pajak-Jasa Buat Cadev Juli Naik Ke US$145,4 M</p>
<p id="isPasted">Sukuk dan Penerimaan Pajak-Jasa Buat Cadev Juli Naik Ke US$145,4 M</p>

Petugas menunjukan uang pecahan dolar Amerika Serikat (AS) di gerai penukaran mata uang asing Dolarasia Money Changer, Jalan Alternatif Cibubur, Bekasi, Jumat (24/11/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2024 tercatat sebesar US$145,4 miliar. Capaian ini terpantau naik US$5,2 miliar ketimbang posisi cadev pada akhir Mei 2024 sebesar US$140,2 miliar.

Adapun cadev yang berhasil dikumpulkan Indonesia terlihat naik dalam beberapa bulan terakhir. “Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa,” urainya dalam keterangan pers, Jakarta, Rabu (7/8). 

Erwin menerangkan, posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. 

Dengan demikian, cadev yang berhasil dikumpulkan hingga Juli masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ujarnya.

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai sehingga dapat terus mendukung ketahanan sektor eksternal. Dengan prospek ekspor yang tetap positif, serta neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus.

Baca Juga: Cadangan Devisa Naik Ditopang Penerbitan Sukuk Global Pemerintah

Hal tersebut sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal. 

“Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal, sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelasnya.

Sentimen Global Membaik
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, membaiknya sentimen global membuat cadev Indonesia per Juli 2024 meningkat signifikan. Selain sukuk global dan pendapatan pajak-jasa, dia juga mensinyalir kenaikan cadev ini ditopang oleh derasnya aliran modal asing ke SBN RI.

“Cadangan devisa mengalami peningkatan yang signifikan di bulan Juli 2024 di tengah membaiknya sentimen global,” kata Josua dalam keterangan tertulis, Rabu (7/8).

Secara umum, aliran modal asing di pasar keuangan domestik cenderung meningkat. Di mana kepemilikan investor asing pada SBN meningkat US$305,29 juta dan investor asing membukukan net buy sebesar US$411,33 juta di pasar saham. 

“Jadi kombinasi aliran modal asing di pasar saham dan obligasi tercatat US$716,62 juta,” urainya. 

Dia menilai, masuknya arus modal tersebut didukung oleh data inflasi dan pasar tenaga kerja AS yang mengindikasikan perlambatan ekonomi AS. Yang pada gilirannya, meningkatkan ekspektasi The Fed yang lebih dovish, sehingga meningkatkan sentimen risk-on di pasar keuangan global. 

Selain itu, per 15 Juli 2024, SRBI mencatat arus masuk sebesar US$1,71 miliar. Keberhasilan penerbitan sukuk global oleh pemerintah memberikan kontribusi sekitar US$2,35 miliar terhadap aliran modal asing masuk. 

“Kami juga memperkirakan bahwa neraca perdagangan untuk Juli 2024 akan terus menunjukkan surplus,” ucapnya.

Baca Juga: BI Jamin Ibadah Haji Tak Ganggu Kebutuhan Valas Dalam Negeri

Pihaknya pun menatap optimistis peluang meningkatnya cadev RI hingga akhir 2024. Ditopang prospek global yang menunjukkan perbaikan relatif, sehingga berpeluang mendukung masuknya arus modal secara berkelanjutan.

Di sisi lain, pihaknya juga ikut mengantisipasi peningkatan sentimen risk-on investor pasca menguatnya perkiraaan The Fed untuk memangkas suku bunga kebijakannya lebih dari satu kali pada akhir 2024. Sebagaimana sinyalemen dovish The Fed dari pertemuan FOMC terakhir Juli lalu.

“Hal ini dapat meningkatkan arus modal masuk ke pasar portofolio,” paparnya. 

Meski ekonomi global melambat, torehan pertumbuhan PDB Indonesia kuartal kedua sebesar 5,05% (yoy) relatif tangguh. Dengan demikian, ikut memperkuat prospek positif bagi perekonomian tanah air dalam menarik investasi asing langsung (FDI).

Kendati, dia menggarisbawahi, terdapat risiko penurunan terutama terkait potensi melebarnya twin deficit RI, yakni di sektor perdagangan internasional dan fiskal.

Kombinasi penurunan surplus perdagangan akibat normalisasi harga komoditas dan melemahnya permintaan global serta permintaan domestik yang kuat, dapat menimbulkan risiko pelebaran defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). 

“Selain itu, prospek pelebaran defisit fiskal dapat mengurangi daya tarik pasar obligasi domestik, bahkan di tengah kondisi The Fed yang lebih dovish,” jelasnya. 

Risiko lain termasuk kemungkinan perlambatan ekonomi global lebih parah, yang berpotensi mengarah ke resesi sehingga bisa menutupi sentimen risk-on, meningkatnya ketegangan geopolitik di beberapa wilayah yang menyebabkan lonjakan permintaan aset-aset safe haven, dan ketidakpastian kondisi politik di negara-negara Barat.

Kami memperkirakan cadangan devisa 2024 akan meningkat menjadi US$150 miliar, dibandingkan US$146,4 miliar pada akhir 2023. 

“Oleh sebab itu, kami memperkirakan nilai tukar Rupiah akan terapresiasi dari level saat ini menjadi sekitar Rp15.800-16.000 per dolar AS pada akhir tahun 2024, dibandingkan dengan Rp15.397 per dolar AS pada akhir tahun 2023,” terangnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar