26 September 2024
08:00 WIB
Suku Bunga Turun, Mandiri Sekuritas: Saham-Obligasi Kian Menarik
Mandiri Sekuritas menilai penurunan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat dan Bank Indonesia membuka peluang saham dan obligasi lebih menarik bagi investor.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Antara Foto/Hafidz Mubarak A
JAKARTA - PT Mandiri Sekuritas menyambut positif langkah Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) yang baru saja memangkas suku bunga acuannya.
Asal tahu saja, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%. Pemangkasan ini lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan penurunan 25 bps.
Sejalan dengan kebijakan The Fed, Bank Indonesia (BI) juga mengambil keputusan serupa dengan menurunkan suku bunga acuan Bl Rate dari 6,25% menjadi 6%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.
Head of Equity Research and Strategy PT Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan penurunan suku bunga sebesar 50 bps oleh The Fed membuka ruang untuk pemangkasan suku bunga acuan BI lebih lanjut.
Dengan demikian, Mandiri Sekuritas optimistis bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menyentuh ke level 8.000 hingga akhir tahun 2024.
Baca Juga: Ajaib: Penurunan Suku Bunga The Fed Beri Kripto Langkah Agresif
"Melihat pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal, penguatan nilai tukar rupiah, disertai dengan masih menariknya valuasi pasar saham, kami melihat peluang yang lebih tinggi bagi IHSG untuk mencapai skenario bull-case kami di 8.000 pada akhir tahun ini," kata Adrian dalam keterangan resmi, Rabu (25/9).
Dia menjelaskan, terdapat beberapa sektor yang cukup sensitif terhadap penurunan suku bunga dan penguatan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, Mirae Asset merekomendasikan saham dari sektor-sektor tersebut.
"Sektor-sektor yang cukup sensitif terhadap penurunan suku bunga dan penguatan nilai tukar Rupiah, seperti keuangan, consumer staples dan properti, serta saham-saham small-mid caps tetap menjadi pilihan kami," ujarnya.
Tak hanya saham, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menyebut, penurunan suku bunga juga akan berdampak positif terhadap pasar obligasi.
Menurutnya, ketika suku bunga mengalami penurunan, maka instrumen obligasi akan semakin diminati karena investor dapat memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan suku bunga.
"Tingkat imbal hasil obligasi yang cukup tinggi di Indonesia diminati bukan hanya oleh investor lokal, tapi juga asing. Hal ini juga didukung oleh potensi pertumbuhan ekonomi yang baik, inflasi yang cukup rendah, tingkat utang yang terjaga, dan kondisi politik yang relatif stabil," jelas dia.
Proyeksi Suku Bunga
Terkait suku bunga, Chief of Economist PT Mandiri Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, BI memperkirakan peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga sebesar 75 bps pada tahun 2024, lebih tinggi dari proyeksi bulan sebelumnya sebesar 50 bps.
BI juga menilai bahwa penurunan suku BI yang lebih cepat dibandingkan The Fed, didorong oleh kepastian terkait pemangkasan suku bunga di AS, penguatan Rupiah, inflasi yang rendah, serta kebutuhan untuk mendukung perekonomian, pembiayaan fiskal, dan sektor perbankan.
Baca Juga: Ekonom Ramal Efek Penurunan Suku Bunga Baru Terasa 6 Bulan
"BI memperkirakan pertumbuhan kredit akan mencapai batas atas target 10-12% untuk tahun 2024, dengan kontribusi signifikan dari sektor tersier dan industri yang menciptakan lapangan kerja. Belum ada indikasi dari BI untuk menurunkan GWM, namun mereka mengungkapkan bahwa 'diskon GWM' sebesar 4% sejauh ini telah menambah likuiditas sebesar total Rp256 triliun atau 3,4% dari dana pihak ketiga (DPK). Ini mengindikasikan GWM efektif sebesar 5,6% dibandingkan 9% dalam headline," katanya.
Rangga menambahkan, BI memproyeksikan pertumbuhan PDB 5,1% untuk 2024 dan melihat potensi peningkatan kearah 5,2%, bahkan bisa lebih tinggi untuk 2025, didorong oleh belanja fiskal yang lebih agresif.
Untuk itu, Mandiri Sekuritas juga memproyeksikan pemotongan suku bunga BI masih akan terus berlangsung. Diperkirakan total 150 bps pemotongan suku bunga BI dalam siklus pelonggaran kali ini, yang akan membawa terminal suku bunga menjadi 4,75%, dengan total 75 bps kemungkinan akan dilakukan tahun 2024.
Hal tersebut dinilai akan mendekatkan suku bunga riil BI ke rata-rata jangka panjang sekitar 1,7%, turun dari 3,4% saat ini.