24 September 2024
19:41 WIB
Ajaib: Penurunan Suku Bunga The Fed Beri Kripto Langkah Agresif
Volatilitas Bitcoin meningkat pada pertengahan minggu ketika Federal Reserve AS mengumumkan penurunan suku bunga sebesar 0,5%.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Pelaku bisnis Kripto memantau grafik perkembangan nilai aset kripto, Bitcoin di Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (31/1/2023). ValidNewsID/Arief Rachman
JAKARTA - Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan, kenaikan harga kripto minggu lalu didorong langkah agresif The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin, dari kisaran 5,25%-5,5% menjadi 4,75%-5%.
“Kebijakan moneter yang lebih longgar ini juga diharapkan berdampak positif bagi aset kripto, terutama Bitcoin. Dengan suku bunga rendah, investor akan lebih tertarik pada aset-aset dengan imbal hasil tinggi seperti kripto,” kata dia dalam pernyataan resmi dikutip, Selasa (24/9).
Panji menjelaskan, setelah minggu perdagangan yang penuh volatilitas, pergerakan harga Bitcoin (BTC) telah stabil selama akhir pekan dan kini berada di sekitar US$63.000.
Minggu lalu harga Bitcoin dimulai dengan penurunan harga, dari lebih US$60.000 ke bawah US$58.000, sementara volatilitas meningkat pada pertengahan minggu ketika Federal Reserve AS mengumumkan penurunan suku bunga sebesar 0,5%.
Baca Juga: The Fed Pangkas Suku Bunga, Bitcoin Ikut Melonjak US$62.000
Setelah itu, harga BTC melonjak dari di bawah US$59.500 menjadi lebih dari US$64.000 pada hari Jumat, mencapai harga tertinggi dalam tiga minggu terakhir.
Data dari Soso Value menunjukkan Bitcoin ETF mencatat arus masuk minggu sebesar US$397 juta periode perdagangan 16 -20 September, menandakan adanya permintaan institusi yang masih meningkat.
Selain itu, raksasa investasi BlackRock dan perusahaan teknologi Microsoft berencana meluncurkan dana lebih dari US$30 miliar untuk berinvestasi dalam infrastruktur kecerdasan buatan (AI).
“Ini telah mendorong kenaikan altcoin berbasis AI pekan lalu diantaranya seperti TAO dan FET dengan mencatat kenaikan terbesar, masing-masing naik 87% dan 30%,” kata dia.
Sementara, menurut pantauan Validnews pada Selasa (24/9/2024) pukul 15.30 WIB BTC bergerak di sekitar US$63.720 turun 1,60% dalam 24 jam terakhir. Namun, Bitcoin masih naik 9,12% dalam tujuh hari terakhir dan kapitalisasi pasar BTC berada di US$1,245 Triliun.
Sedangkan dari sisi analisa teknikal, Panji memperkirakan BTC bergerak sideways di sekitar US$60.000 - US$65.000 pekan ini.
Waspada Minggu Ini Penuh Peristiwa
Minggu ini dipenuhi dengan peristiwa ekonomi penting yang dapat mempengaruhi pasar. Panji menjelaskan, para investor perlu waspada karena peristiwa ini berpotensi mempengaruhi Bitcoin dan aset kripto lainnya.
“Pada 24 September, laporan Consumer Confidence & Sentiment akan dirilis, yang mengukur optimisme atau pesimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Jika hasilnya positif, ini bisa mendorong belanja dan memberikan dampak baik bagi aset spekulatif seperti Bitcoin,” terang dia.
Selanjutnya, pada 26 September, laporan PDB kuartal kedua yang diperbarui akan menjadi sorotan. Dengan prediksi pertumbuhan 2,8%, peningkatan ini bisa memperkuat kepercayaan pada ekonomi AS, yang juga dapat berdampak positif pada Bitcoin.
“Di hari yang sama, data klaim pengangguran mingguan juga akan dirilis, dengan perkiraan naik menjadi 224 ribu,” ujarnya.
Baca Juga: Bitcoin Turun Dibanding Tahun-Tahun Sebelumnya, Analis Ungkap Penyebabnya
Selanjutnya, Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dijadwalkan memberi pidato pada 26 September. Setelah pemotongan suku bunga sebesar 0,5%, pasar sangat menantikan pernyataannya, yang berpotensi mempengaruhi sentimen pasar kripto.
Pada 27 September, laporan inflasi PCE Inti akan dirilis. Jika inflasi lebih rendah dari yang diperkirakan, peluang pemotongan suku bunga lebih lanjut akan meningkat, yang bisa memberikan keuntungan bagi Bitcoin dan aset kripto lainnya.
Panji menuturkan, kesimpulan dari rilisnya semua data ekonomi tersebut adalah bahwa hasil-hasil laporan tersebut berpotensi memberikan dampak signifikan pada pasar, termasuk Bitcoin dan aset kripto lainnya.
“Jika laporan kepercayaan konsumen dan sentimen ekonomi menunjukkan peningkatan, serta data PDB dan klaim pengangguran memberikan sinyal positif, hal ini bisa memperkuat kepercayaan terhadap ekonomi AS dan mendorong investor untuk mencari aset spekulatif seperti Bitcoin,” sebut dia.
Di sisi lain, pidato Jerome Powell dan laporan inflasi PCE Inti akan menjadi kunci dalam menentukan arah kebijakan moneter berikutnya.
Jika inflasi lebih rendah dari perkiraan, dia melihat ada kemungkinan suku bunga akan dipotong lebih lanjut, yang umumnya dapat mendorong kenaikan harga aset kripto.
“Secara keseluruhan, volatilitas di pasar kripto bisa meningkat tergantung hasil dari data ekonomi yang dirilis sepanjang minggu,” tandasnya.