23 September 2024
18:07 WIB
Ekonom Ramal Efek Penurunan Suku Bunga Baru Terasa 6 Bulan
Ekonom berharap tahun depan pertumbuhan kredit, termasuk kredit UMKM bisa tumbuh lebih cepat.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Karyawan meletakkan uang pecahan Rp50.000 di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Antara Foto/Aprillio Akbar
JAKARTA - Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyambut baik langkah Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang kompak memangkas suku bunga.
Pasalnya, menurut dia, ketika ada penurunan suku bunga acuan, maka dalam periode tertentu pertumbuhan kredit akan semakin positif.
"Pertumbuhan kredit secara nasional tumbuh dua digit, meskipun di Agustus 2024 terjadi perlambatan dibandingkan Juli 2024," kata Huda kepada Validnews, Senin (23/9).
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit secara nasional memang tumbuh dua digit. Pada Juli 2024, kredit tumbuh sebesar 11,7% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp7.441,5 triliun.
Sedangkan pada Agustus 2024, kredit tumbuh sebesar 10,9% yoy menjadi Rp7.441,9 triliun. Dengan demikian, terjadi perlambatan pertumbuhan pada Agustus 2024 dibandingkan Juli 2024.
Sementara itu, kinerja kredit perbankan kepada segmen UMKM mengalami kenaikan. BI mencatat total penyaluran kredit kepada UMKM pada Agustus 2024 mencapai Rp1.379,4 triliun, atau tumbuh sebesar 4,3% yoy.
Baca Juga: Ekonom Perkirakan BI Rate Turun Lagi 25 Basis Poin Tahun Ini
Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan Juli 2024 yang sebesar Rp1.375,5 triliun. Meskipun mengalami kenaikan, pertumbuhan tahunan juga masih melambat dibandingkan Juli 2024 yang sebesar 5,1% yoy.
Sedangkan, kredit UMKM pada Juli 2024 sempat mengalami penurunan dari kredit UMKM pada Juni 2024 yang senilai Rp1.376,6 triliun.
Huda optimistis bahwa efek dari turunnya suku bunga acuan baru akan terasa enam bulan ke depan. Hal itu seiring dengan penyesuaian bunga kredit di perbankan.
"Saya meyakini efek dari turunnya suku bunga acuan bisa enam bulan lagi seiring dengan penyesuaian bunga kredit di perbankan," ujar dia.
Dengan begitu, Huda berharap tahun depan pertumbuhan kredit, termasuk kredit UMKM bisa tumbuh lebih cepat.
Namun demikian, diakuinya bahwa masih menjadi pekerjaan rumah (PR) untuk pertumbuhan kredit UMKM yang masih di bawah pertumbuhan kredit secara total. Hal ini menjadi catatan karena sejatinya UMKM tidak terpengaruh oleh ekonomi global yang melambat.
Baca Juga: Ini Respons Perbankan Atas Penurunan BI Rate
"Saya melihat faktor daya beli masyarakat yang masih lemah menjadikan kredit UMKM tidak tumbuh optimal," pungkasnya.
Sebelumnya, kepada Validnews, Sabtu (21/9), Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo menjelaskan bahwa perbankan akan meninjau beberapa hal sebelum menurunkan bunga.
"Bank akan meninjau beberapa hal, di antaranya likuiditas, cost of fund, maturity gap dana dan pinjaman, serta sensitivitas produk dan layanan," ujar lelaki yang akrab disapa Didiet.
Menurutnya, pembiayaan dengan floating rate dan tabungan bisa menjadi produk dengan sensitivitas tertinggi untuk disesuaikan bunganya.
Dia pun juga menegaskan bahwa tidak ada rumus pasti berapa lama bank mempertimbangkan penurunan bunga, tapi biasanya sekitar tiga hingga enam bulan.