c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

06 September 2024

19:35 WIB

Sukseskan Upaya EBT, RI Butuh Investasi US$55 M Sampai 2029

Pemerintah mengestimasi, Indonesia memerlukan investasi sebesar US$55 miliar untuk transisi EBT dalam lima tahun mendatang.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Sukseskan Upaya EBT, RI Butuh Investasi US$55 M Sampai 2029</p>
<p id="isPasted">Sukseskan Upaya EBT, RI Butuh Investasi US$55 M Sampai 2029</p>

Pokja Transisi Energi Kadin Indonesia bersama dengan kementerian dan berbagai mitra kerja menyelenggarakan dialog dalam rangkaian Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta, Jumat (6/9). Sumber: Kadin Indonesia

JAKARTA - Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menekankan, transisi energi baru terbarukan (EBT) untuk mendukung tercapainya target emisi nol bersih pada tahun 2060 mendatang menciptakan peluang investasi baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pemerintah mengestimasi, Indonesia memerlukan investasi sebesar US$55 miliar untuk transisi EBT dalam lima tahun mendatang. Bahkan, dalam setahun ke depan, Indonesia membutuhkan investasi di sektor yang sama sebesar US$14 miliar.

"Kami mengajak para pelaku usaha Kadin Indonesia untuk mengambil peluang besar dari transisi EBT dan berkolaborasi dengan pemerintah untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060," jelas Eniya dalam dialog meeting di sela Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta, Jumat (6/9).

Dalam rangka mendukung dunia usaha dalam mencapai target emisi nol bersih, Pokja Transisi Energi Kadin menegaskan pentingnya pemanfaatan EBT untuk mempercepat transisi energi di Indonesia.

Ia menegaskan, transisi energi yang tengah dijalankan pemerintah merupakan langkah strategis dalam menjaga ketahanan energi nasional sekaligus mendorong terciptanya ekonomi hijau. Upaya inidilakukan dengan memperluas akses terhadap inovasi infrastruktur yang lebih terjangkau dan bersih, guna mendukung pemulihan ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Terlebih Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan dengan total 3.686 GW, yang mencakup tenaga surya 3.295 GW, tenaga air 95 GW, bioenergi 57 GW, tenaga angin 155 GW, energi panas bumi 24 GW, dan energi laut 60 GW.

Baca Juga: Kebijakan RI Soal EBT Tak Jiplak Negara Maju

Senada, Ketua Pokja Transisi Energi Kadin Indonesia Anthony Utomo mengatakan, Indonesia berpeluang besar menjadi pemimpin global dalam transisi energi menuju pencapaian emisi nol bersih. Indonesia memiliki potensi sumber daya EBT melimpah serta komitmen kuat dari sektor swasta dan pemerintah dalam mendukung keberlanjutan energi di masa depan.

“Kami menyambut baik dialog hari ini sebagai upaya mendorong akselerasi transisi EBT di Indonesia. Potensi ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau, tetapi juga akan menjadikan industri nasional Indonesia bisa berkontribusi lebih banyak lagi untuk pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai pemimpin dalam aksi iklim global,” ucap Anthony.

Sementara, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana PPN/Bappenas Ervan Maksum juga menyatakan, pemerintah berkomitmen melakukan pemetaan komprehensif terhadap seluruh sektor guna mencapai target emisi nol bersih.

Pemetaan ini akan menjadi landasan kuat dalam merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat sasaran untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pemetaan ini akan diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

"Melalui pemetaan sektor yang menyeluruh, kita dapat mengidentifikasi peluang investasi di sektor energi bersih, mendorong inovasi teknologi, dan menciptakan lapangan kerja baru. Ini merupakan langkah strategis untuk membangun Indonesia yang lebih berkelanjutan," ujar Ervan.

Kolaborasi Pemerintah-Swasta
CEO PT. Samator Indo Gas Tbk sekaligus Anggota Pokja Transisi Energi Kadin, Rachmat Harsono juga menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah dan pelaku usaha dalam mendorong transisi energi. Dunia usaha berharap pemerintah dapat memberikan insentif yang lebih menarik untuk mendorong partisipasi aktif pelaku usaha nasional.

“Transisi energi membutuhkan upaya kolektif dan sinergis dari seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, lembaga keuangan, pelaku usaha, hingga kampus. Adanya kolaborasi dan dukungan ini dapat memperkuat peran pelaku usaha nasional dalam transisi energi,” kata Rachmat.

Baca Juga: Di ISF 2024, Jokowi 'Jualan' Potensi EBT Ke Negara Maju

Contohnya, kerja sama dengan pihak universitas untuk meneydiakan riset dan pengembangan. Begitu juga keberadaan insentif yang tepat dari pemerintah dimana dapat menjadi katalisator bagi pelaku usaha nasional untuk berinvestasi lebih besar di sektor energi terbarukan.

“Sinergi ini tentunya akan memperkuat ketahanan energi nasional,” ucap Rachmat.

Dia optimistis, adanya kehadiran berbagai pemangku kepentingan dalam sesi ini diharapkan dapat melahirkan sinergi yang mendorong lahirnya inovasi dan solusi yang lebih konkret untuk percepatan transisi energi. Sehingga target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23% pada 2025 dapat tercapai dengan lebih cepat.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar