01 November 2024
11:50 WIB
Stagnan Kontraksi, PMI Manufaktur RI Oktober 2024 Masih di Level 49,2
PMI Manufaktur RI pada Oktober 2024 berada di level 49,2, masih mengalami kontraksi. Sebelumnya, PMI Manufaktur Indonesia telah mengalami kontraksi selama 4 bulan berturut-turut.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Pekerja merakit sepeda motor listrik Gesits di pabrik PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). Antara Foto/Aditya Pradana Putra
JAKARTA - S&P Global melaporkan, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2024 masih stagnan berada di zona kontraksi di level 49,2.
Adapun PMI Manufaktur selama 4 bulan berturut-turut atau sejak Juli 2024 telah mengalami kontraksi. Pada Juli, PMI Manufaktur melemah menjadi 49,3 dari 50,7 pada Juni. Lalu pada Agustus sebesar 48,9 dan September sebesar 49,2.
Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith menilai, PMI manufaktur Indonesia menunjukkan penurunan lebih lanjut.
"Perekonomian manufaktur Indonesia terus menurun pada bulan Oktober, dengan produksi, permintaan baru dan ketenagakerjaan turun marginal sejak bulan September," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (1/11).
Baca Juga: Terperosok Lagi, PMI Manufaktur RI Agustus 2024 Jatuh Ke Level 48,9
S&P Global menemukan, secara keseluruhan, terjadi penurunan tipis pada variabel produk atau output dan permintaan baru pada Oktober 2024. Itu terjadi karena permintaan pasar domestik dan global menurun dan kemampuan beli masyarakat juga makin turun.
Paul juga menyampaikan, panelis S&P Global menilai aktivitas pasar kurang bergairah. Dalam beberapa kasus, hal itu imbas dari ketidakpastian geopolitik yang membuat klien waspada dan tidak bergerak.
"Ini biasa terjadi di pasar domestik maupun internasional, dengan ketidakpastian geopolitik menyebabkan penurunan delapan bulan berturut-turut (meski marginal) pada permintaan ekspor baru," kata Paul.
Ia menerangkan, kondisi bisnis yang lesu ini mendorong pelaku usaha mengurangi jumlah tenaga kerja, baik staf di perusahaan maupun pabrik. Itu sebabnya, aspek ketenagakerjaan pun menurun.
Sementara itu, S&P Global menilai, variabel stok gudang atau inventaris naik sedikit akibat permintaan pasar yang lesu, dan aktivitas belanja yang menurun.
"Sementara juga menunjukkan bahwa inventaris barang jadi naik tidak sengaja karena permintaan pasar turun selama empat bulan berturut-turut," jelas Paul.
Di samping itu, PMI manufaktur RI turut dipengaruhi kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi. Adapun inflasi biaya mengalami penurunan pada Oktober 2024 dan berada di posisi terendah sejak Agustus 2023.
Paul menjelaskan, ketika harga naik, ini menjadi tantangan melakukan panen yang menyebabkan kenaikan harga beberapa bahan pangan.
Baca Juga: Masih Kontraksi, PMI Manufaktur RI September 2024 di Level 49,2
Nantinya, tingkat inflasi tersebut secara keseluruhan berperan mendorong perusahaan menaikkan biaya produksi, meski hanya marginal dan pada laju di bawah rata-rata.
Dengan adanya kondisi tersebut, S&P Global juga melihat tingkat kepercayaan diri pelaku usaha menurun pada Oktober 2024. Para pengusaha pun berharap kondisi pasar bisa stabil dan ketidakpastian geopolitik bisa berkurang ke depannya.
"Ini menggambarkan kondisi pasar lambat, inflasi biaya perlahan menghilang dan tepat di bawah tren historis. Perusahaan berharap bahwa kondisi pengoperasian akan membaik pada tahun mendatang dan berharap mendapatkan manfaat dari makroekonomi yang lebih stabil guna mendorong aktivitas bisnis pada bulan-bulan mendatang," tutup Paul.