c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

01 Oktober 2024

09:52 WIB

Masih Kontraksi, PMI Manufaktur RI September 2024 di Level 49,2

PMI Manufaktur RI pada September 2024 berada di level 49,2. Dengan ini, PMI manufaktur mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Masih Kontraksi, PMI Manufaktur RI September 2024 di Level 49,2</p>
<p id="isPasted">Masih Kontraksi, PMI Manufaktur RI September 2024 di Level 49,2</p>

Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan pakaian di salah satu pabrik garmen di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/1/2023). Antara Foto/Yulius Satria Wijaya

JAKARTA - S&P Global melaporkan, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia naik tipis dari 48,9 pada Agustus 2024, menjadi 49,2 pada September 2024. Meski demikian, PMI manufaktur RI masih berada di zona kontraksi.

Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, PMI menunjukkan penurunan marginal dan sedikit lebih lambat dalam tiga bulan terakhir.

"Kinerja perekonomian sektor manufaktur Indonesia yang mengecewakan berkaitan dengan kondisi makro ekonomi global yang sedang lesu pada bulan September, dengan penurunan tercepat pada penjualan eksternal dalam waktu hampir dua tahun dari laporan terkini sangat menonjol di statistik," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (1/10).

S&P Global menilai, kondisi pengoperasian di perekonomian sektor manufaktur Indonesia terus menurun pada September 2024. Ini menggambarkan penurunan lebih lanjut pada output atau produksi, serta permintaan baru.

Baca Juga: Terperosok Lagi, PMI Manufaktur RI Agustus 2024 Jatuh Ke Level 48,9

"Penurunan kinerja PMI utamanya menggambarkan penurunan bulanan pada output dan pesanan baru selama September selama tiga bulan berturut-turut," ujar Paul.

Panelis menanggapi, kondisi permintaan pasar masih lamban dan aktivitas klien secara umum lebih rendah dibandingkan sebelumnya pada tahun ini. Sejalan dengan itu, permintaan manufaktur global yang turun membebani penjualan eksternal.

Data terkini menunjukkan bahwa ekspor baru turun tajam sejak bulan November 2022 dan selama tujuh bulan berturut-turut.

Laporan S&P Global juga mencatat, inventaris gudang atau stok jadi sedikit naik. Perusahaan mengurangi aktivitas belanja mereka sebagai respon untuk menanggapi permintaan pasar yang turun.

"Perusahaan tentunya menanggapi dengan mengurangi aktivitas pembelian mereka, memilih menggunakan inventaris dan menjaga biaya dan efisiensi pengoperasian dengan sangat ketat," terang Paul.

Dia menambahkan, penundaan pengiriman pesanan juga terjadi. Ini terlihat dari perpanjangan waktu pemenuhan pesanan rata-rata ketiga kali berturut-turut. S&P Global mencatat, kesulitan pengiriman menyebabkan kenaikan marginal pada inventaris gudang selama September 2024.

Baca Juga: Kinerja Manufaktur Anjlok, Pengamat: Perlu Perbaikan Income Masyarakat

Lebih lanjut, S&P Global menyampaikan, terjadi pertumbuhan lapangan kerja. Selain itu, kepercayaan diri atau optimisme para pengusaha tentang perkiraan mendatang membaik pada September hingga level tertinggi selama 7 bulan.

Dari segi harga, biaya input naik tinggi, sebagian disebabkan faktor nilai tukar yang buruk, meski inflasi berada di level paling lemah dalam satu tahun. Harga diturunkan sedikit untuk pertama kalinya sejak Juni 2023, sebagian besar menanggapi kondisi pasar yang lebih sepi.

"Perusahaan tetap menaikkan jumlah tenaga kerja karena mereka menyiapkan saat-saat yang baik. Tentu, di tengah harapan kondisi pengoperasian dan perekonomian akan lebih stabil pada tahun mendatang," kata Paul.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar