c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

26 April 2024

12:58 WIB

Sri Mulyani: Hingga Maret 2024, APBN Surplus Rp8,1 T

Pemerintah terus mewaspadai dinamika global yang sudah masuk ke kuartal II/2024 cukup intens dan panas, yang berpotensi memengaruhi APBN di sisa tahun ini.

Penulis: Khairul Kahfi

<p>Sri Mulyani: Hingga Maret 2024, APBN Surplus Rp8,1 T </p>
<p>Sri Mulyani: Hingga Maret 2024, APBN Surplus Rp8,1 T </p>

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/3/2024). Antara Foto/Galih Pradipta

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, hingga akhir Maret 2024, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) terpantau mengalami surplus sebesar Rp8,1 triliun atau setara 0,04% dari produk domestik bruto (PDB).

Ia menuturkan, APBN masih berkinerja baik sepanjang kuartal pertama tahun ini. “Untuk kinerja APBN sampai dengan Maret 2024 berarti satu triwulan atau seperempat dari perjalanan tahun ini terlihat cukup positif,” katanya dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi April 2024, Jakarta, Jumat (26/4).

Meski demikian, Kemenkeu terus mewaspadai dinamika global yang sudah masuk ke kuartal II/2024 cukup intens dan panas. Menkeu menyadari, situasi sulit ini juga akan berpengaruh pada kapasitas fiskal RI ke depan.

“Kita juga tetap waspada, karena 2024 ini terutama masuk ke kuartal kedua banyak perubahan di dalam geopolitik dan global ekonomi, yang akan berimbas pada perekonomian seluruh dunia dan Indonesia, termasuk terhadap APBN (2024),” terangnya. 

Kemenkeu merinci, sementara ini hingga Maret 2024, pendapatan negara sudah tercapai Rp620,01 triliun atau terealisasi sekitar 22,1% dari target APBN 2024 yang dipatok sebesar Rp2.802,3 triliun. Capaian ini terpantau tumbuh -4,1% (yoy) atau lebih rendah ketimbang capaian Maret 2023 yang sebesar Rp triliun. 

“Seperti diketahui, bahwa tahun 2022-2023 growth dari penerimaan negara itu sangat tinggi. Jadi walaupun kita memahami akan ada koreksi, kita tetap hati-hati,” ungkapnya. 

Baca Juga: Konflik Iran-Israel Memanas, Indef Sarankan 3 Hal Ini Kepada Pemerintah RI

Adapun, pendapatan negara tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan Rp462,9 triliun. Capaian ini sudah terealisasi sekitar 20% mengacu target pendapatan perpajakan APBN 2024 yang sebesar Rp2.309,9 triliun.

Selanjutnya, penerimaan negara via PNBP sudah mencapai Rp156,7 triliun. Capaian PNBP sementara ini sudah terealisasi hingga 31,8% mengacu target PNBP pada APBN 2024 yang sebesar Rp492 triliun.

Menkeu melanjutkan, belanja negara sampai akhir Maret sudah tercapai Rp611,9 triliun atau terealisasi sekitar 18,4% dari target pagu belanja APBN 2024 yang dipatok sebesar Rp3.325,1 triliun. Sebagai perbandingan, capaian ini tumbuh 18% (yoy) atau lebih tinggi ketimbang Maret 2023 yang sebesar Rp518,6 triliun.

Secara khusus, belanja yang tinggi di awal tahun ini bisa terjadi karena penyelenggaraan sejumlah agenda penting. “Memang (misal), ada belanja-belanja yang cukup front loading seperti penyelenggaraan Pemilu,” sebutnya. 

Adapun, belanja negara tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp427,6 triliun. Capaian ini sudah terealisasi sekitar 17,3% dari target belanja pemerintah pusat di APBN 2024 yang sebesar Rp2.467,5 triliun.

Jika didalami, belanja tersebut terdiri dari belanja K/L sebesar Rp222,2 triliun atau setara 20,4% dari pagu tahun ini sebesar Rp1.090,8 triliun. Sedangkan, belanja non-K/L sebesar Rp205,4 triliun atau setara 14,9% dari pagu selama 2024 sebesar Rp1.376,7 triliun.

Di sisi lain, belanja negara via Transfer Ke Daerah (TKD) sudah mencapai Rp184,3 triliun. Capaian ini sudah terealisasi hingga 21,5% jika mengacu target TKD di APBN 2024 sebesar Rp857,6 triliun.

Baca Juga: Sri Mulyani: Belum Ada Pembahasan Makan Siang Gratis Di APBN 2025

Dengan capaian semua ini, posisi keseimbangan primer APBN sampai Maret 2024 tercatat masih surplus sebesar Rp122,1 triliun. “Namun, kalau dibandingkan Maret 2023, surplusnya sudah menurun (dalam) keseimbangan primer di Rp228,3 triliun, berarti surplusnya menurun 46,5% (yoy),” terangnya.

Dari sisi pembiayaan, pemerintah sudah merealisasi sebesar Rp84 triliun hingga akhir Maret 2024. Capaian ini pun terpantau turun drastis 59% (yoy) dari posisi pembiayaan anggaran per Maret 2023 yang sebesar Rp205 triliun.

Bendahara Negara pun menggarisbawahi, capaian surplus fiskal hingga akhir Maret 2024 sudah turun tajam 93,7% (yoy). Sebagai pengingat, surplus APBN Maret 2023 mencapai Rp128,1 triliun.

Pada akhirnya, Menkeu Sri mengingatkan, APBN 2024 diproyeksi ke depan akan mengalami defisit fiskal sebesar Rp522,8 triliun. “(Sekali lagi) APBN kita (Maret 2024) masih surplus di 0,04% dari PDB. Tapi, APBN total tahun 2024 didesain untuk defisit 2,29% dari PDB atau Rp522,8 triliun,” terangnya. 

Secara umum, kondisi dan dinamika ekonomi domestik RI masih cukup resilient di berbagai faktor. “Namun, kita juga lihat beberapa aktivitas yang sangat dipengaruhi oleh global dan itu terlihat di dalam perkembangan (menurun),” katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar