c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

13 Agustus 2025

20:22 WIB

Soroti RUPTL 2025-2034, Kemenko IPK Optimistis Investasi EBT Tumbuh

Kemenko IPK optimistis investasi di sektor EBT akan berkembang dengan adanya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2025-2034.

<p>Soroti RUPTL 2025-2034, Kemenko IPK Optimistis Investasi EBT Tumbuh</p>
<p>Soroti RUPTL 2025-2034, Kemenko IPK Optimistis Investasi EBT Tumbuh</p>

Ilustrasi - Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Antara Foto/Ahmad Subaidi/aww.

JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko IPK) optimistis investasi di sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT) akan menunjukkan perkembangan dengan adanya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2025-2034.

"Mulai titik nolnya pada saat RUPTL keluar. Kita lihat dari waktu 6 bulan sampai 1-2 tahun ke depan, di situlah prosesnya," ucap Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Rachmat Kaimuddin melansir Antara, Jakarta, Rabu (13/8).

Baca Juga: RUPTL Disahkan, 76% Tambahan Pembangkit Listrik Sampai 2034 Bersumber EBT

Pernyataan tersebut disampaikannya ketika disinggung mengenai pertumbuhan investasi di sektor EBT yang tumbuh 0,6% sepanjang semester I/2025.

Rachmat menyoroti RUPTL yang baru dirilis pada Mei lalu. Dia meyakini implementasi dari RUPTL tersebut dapat meningkatkan realisasi investasi di sektor EBT.

"RUPTL kita yang 2025-2034 itu sudah sangat ambisius menurut kami. Benar-benar sudah shifting yang sangat luar biasa dari ambisi kita untuk lebih banyak lagi listrik hijau," kata Rachmat.

Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan, lambatnya pertumbuhan investasi di sektor EBT disebabkan oleh situasi pasar yang tidak tumbuh dengan baik.

Pertumbuhan pasar yang tersendat, lanjut dia, menyebabkan permintaan terhadap listrik menurun. Selain itu, juga terdapat hitung-hitungan bisnis terkait energi terbarukan.

Nurul menyoroti pentingnya kehadiran pasar yang mau dan bisa menggunakan energi terbarukan setelah diproduksi.

"Karena listrik ini bukan barang yang bisa disimpan. Ketika dia sudah berproduksi, dia harus dibeli. (Listriknya) hilang kalau tidak dipakai," ucap Nurul.

Baca Juga: RUPTL 2025-2034 Berpeluang Serap Lebih Dari 1,7 Juta Tenaga Kerja

Oleh karena itu, salah satu upaya pemerintah untuk menumbuhkan permintaan terhadap listrik adalah melalui pembangunan ekosistem kendaraan listrik.

Dengan tumbuhnya pengguna kendaraan listrik, selain menekan emisi, Nurul juga berharap dapat menciptakan pasar yang akan menyerap listrik dari pembangkit terbarukan.

"Untuk energi baru terbarukan, investornya yang banyak masuk ke Indonesia adalah swasta. Biar pun nanti pembelinya adalah PLN, menurut saya mereka masih dalam fase menunggu sampai pasar di Indonesia berkembang," kata Nurul.

Dalam RUPTL termaktub target penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW).

Sebesar 61% dari penambahan pembangkit listrik, yakni 42,6 GW, berasal dari EBT, 15% atau 10,3 GW merupakan storage atau penyimpanan, serta 24% atau sebesar 16,6 GW dari tambahan pembangkit listrik merupakan energi yang berasal dari sumber daya fosil, seperti gas sebesar 10,3 GW dan batu bara sebesar 6,3 GW.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar