c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

26 Mei 2025

19:44 WIB

RUPTL Disahkan, 76% Tambahan Pembangkit Listrik Sampai 2034 Bersumber EBT

Dalam RUPTL, sebanyak 42,6 GW pembangkit listrik bakal berbasis EBT, dan 10,3 GW berbasis storage sampai tahun 2034 mendatang.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">RUPTL Disahkan, 76% Tambahan Pembangkit Listrik Sampai 2034 Bersumber EBT</p>
<p id="isPasted">RUPTL Disahkan, 76% Tambahan Pembangkit Listrik Sampai 2034 Bersumber EBT</p>

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Senin (26/5). ValidNewsID/Yoseph Krishna

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) milik PT PLN untuk periode 2025-2034.

Dalam RUPTL yang baru itu, PT PLN bersama Kementerian ESDM merencanakan penambahan pembangkit listrik baru sampai tahun 2034 mendatang sebanyak 69,5 giga watt (GW).

Dari angka tersebut, jumlah pembangkit yang mengarah kepada energi baru dan terbarukan (EBT) terbilang cukup besar, yakni memegang porsi sekitar 76%, terdiri dari pembangkit EBT sebanyak 42,6 GW (61%) dan pembangkit dengan storage sebanyak 10,3 GW (15%).

Sedangkan untuk pembangkit berbasis energi fosil, hanya memegang porsi 24% atau sekitar 16,6 GW, terdiri dari bahan bakar gas sebanyak 10,3 GW dan batu bara di kisaran 6,3 GW.

"Hasilnya adalah 76% menuju kepada EBT, di mana dari 76% itu adalah kurang lebih sekitar 42,6 GW energi EBT dan 10,3 GW adalah storage," ungkap Bahlil dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Senin (26/5).

Baca Juga: Bos PLN Ungkap RUPTL Tak Rencanakan Suntik Mati PLTU

Adapun bauran pembangkit berbasis EBT dalam RUPTL 2025-2034 bakal berasal dari energi surya sekitar 17,1 GW, air 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, serta energi nuklir di angka 0,5 GW. Diikuti oleh pembangkit energi terbarukan dengan baterai 6 GW dan PLTA pumped storage 4,3 GW.

Dalam rencana penambahan pembangkit sampai 2034 itu, pemerintah bersama PLN membagi pencapaian target per lima tahun, yakni penambahan hingga 27,9 GW sampai tahun 2029 dan total 41,6 GW dari 2030 sampai 2034.

Pada periode lima tahun pertama, penambahan pembangkit listrik bakal sebanyak 5,3 GW tahun 2025, lalu pada 2026 sebanyak 4 GW, tahun 2027 7 GW, tahun 2028 6 GW, serta tahun 2029 sebanyak 5,6 GW.

Mengutip bahan presentasinya, penambahan pembangkit listrik berbasis energi fosil masih sebanyak 12,7 GW pada lima tahun pertama, EBT 12,2 GW, serta storage di angka 3 GW.

Selanjutnya pada lima tahun kedua, penambahan pembangkit listrik direncanakan bakal mencapai 6,3 GW tahun 2030, 9,5 GW tahun 2031, 9,1 GW tahun 2032, 12,2 GW tahun 2033, dan 4,5 GW pada tahun 2034 yang akan datang.

"Jadi, jelas itu. Kami tidak boleh membangun di luar apa yang sudah direncanakan. Ini kami sudah paraf dan teken bersama-sama dengan PLN. Pemerintah tidak boleh arogan kepada PLN, tapi PLN tidak boleh membuat gerakan tambahan di luar yang sudah disepakati. Kalau ini terjadi, maka siap-siap aparat penegak hukum periksa kita semua," jabar Menteri Bahlil.

Baca Juga: RI Butuh Ribuan Triliun Untuk Proyek Kelistrikan Sampai 2034

Jika dilihat berdasarkan regional, Jawa, Madura, dan Bali menjadi kawasan dengan rencana penambahan EBT terbesar, yakni 19,6 GW, diikuti Sumatra 9,5 GW, Sulawesi 7,7 GW, Kalimantan 3,5 GW, serta Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara 2,3 GW.

Meski rencana kapasitasnya kecil, Menteri Bahlil menegaskan pembangunan pembangkit berbasis energi bersih di Indonesia Timur bakal tetap didorong dengan mempertimbangkan tingkat konsumsi listrik.

"Maluku dan Papua ini kita dorong, memang harus kita mempertimbangkan juga adalah tingkat pemakaian listriknya. Jadi, industri-industrinya kita harus bangun dulu di sana," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar