27 Mei 2025
11:57 WIB
RUPTL 2025-2034 Berpeluang Serap Lebih Dari 1,7 Juta Tenaga Kerja
Ada lebih dari 760 ribu green jobs akan tercipta atau 91% dari total kebutuhan tenaga kerja segmen pembangkit listrik berdasarkan RUPTL 2025-2034.
Penulis: Yoseph Krishna
Teknisi melakukan pemeriksaan panel surya di Gedung Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (27/9/2024). Antara Foto/Asprilla Dwi Adha
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadala memroyeksi sektor ketenagalistrikan bakal menyerap lebih dari 1,7 juta tenaga kerja sampai tahun 2034 mendatang.
Target serapan tenaga kerja itu telah dicantumkan oleh PT PLN dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2025-2034.
"RUPTL ini penyerapan tenaga kerja kurang lebih sekitar 1,7 juta (orang) supaya Indonesia terang, ini kita bikin terang benderang," ucap Bahlil dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Senin (26/5).
Dalam dokumen itu, tenaga kerja untuk kebutuhan industri manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan pembangkit listrik ditaksir menyentuh 836.696 orang sampai tahun 2034.
Baca Juga: PLTU Batu Bara Comeback Dalam RUPTL 2025-2034
Sedangkan untuk kebutuhan industri manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan transmisi maupun gardu induk dan distribusi diperkirakan mencapai 881.132 tenaga kerja.
Secara khusus, Menteri Bahlil menyoroti krusialnya peran energi baru dan terbarukan untuk menyerap tenaga kerja. Pasalnya, lebih dari 760 ribu orang diperlukan untuk pembangkit EBT.
Jumlah itu menandakan ada sekitar 91% green jobs dari total kebutuhan tenaga kerja sektor pembangkit listrik yang tercipta sampai tahun 2034 jika merujuk pada dokumen RUPTL.
"Pekerjaan di segmen pembangkit, lebih dari 760 ribu atau 91% merupakan green jobs. Kira-kira begitu lah supaya anak muda bisa masuk," imbuhnya.
Lebih detil lagi, Bahlil menyinggung peran pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dalam menyerap tenaga kerja. Diperkirakan, ada sekitar 6.850 tenaga kerja yang terserap untuk PLTN sampai tahun 2034 nanti.
Bahkan, Eks-Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu sudah memiliki tenaga ahli pada sektor tenaga nuklir yang sempat menempuh studi di Rusia.
"Ada satu tenaga ahli nuklir, kau kuliah di Rusia dulu ya? Ada teman-teman orang Indonesia yang kuliah di sana juga? Bawa ke sini, pikirkan ini, daripada orang Rusia yang ada di sini, mendingan kamu yang sudah dari Rusia itu datang dan kerjakan (nuklir) di sini," kata Bahlil.
Baca Juga: RUPTL Disahkan, 76% Tambahan Pembangkit Listrik Sampai 2034 Bersumber EBT
Adapun peluang green jobs terbesar datang dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan proyeksi 348.057 tenaga kerja, diikuti pembangkit listrik tenaga air atau mikrohidro (PLTA/M) 129.759 tenaga kerja, serta PLTA Pump Storage sebanyak 94.165 tenaga kerja.
Berikutnya, peluang serapan tenaga kerja EBT datang dari pembangkit dengan baterai 68.193 tenaga kerja, pembangkit listrik tenaga bayu atau angin (PLTB) sebanyak 58.938 tenaga kerja, dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di angka 42.700 tenaga kerja.
Lalu pada pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) diproyeksikan mampu menyerap 7.197 tenaga kerja, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) 2.429 tenaga kerja, pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) 1.481 tenaga kerja, dan terakhir ialah pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL) dengan peluang 341 tenaga kerja.