c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

13 Mei 2024

17:58 WIB

Soal Program Jargas, Infrastruktur Jadi PR Besar Pemerintah

Realokasi subsidi LPG bisa diarahkan untuk akselerasi program jaringan gas bumi bagi rumah tangga, salah satunya untuk pembangunan infrastruktur.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Soal Program Jargas, Infrastruktur Jadi PR Besar Pemerintah</p>
<p id="isPasted">Soal Program Jargas, Infrastruktur Jadi PR Besar Pemerintah</p>

Ilustrasi pengguna jargas. ANTARA FOTO

JAKARTA - Praktisi Minyak dan Gas Bumi Hadi Ismoyo menilai pemerintah punya pekerjaan rumah untuk diselesaikan terkait program jaringan gas (jargas) rumah tangga, yakni memasifkan pembangunan infrastruktur transmisi gas.

"Ini PR terbesar pemerintah untuk membangun infrastruktur gas yang masif dari hulu ke hilir, termasuk dengan segala modul baik pipa maupun virtual pipeline," ucapnya saat dihubungi Validnews, Senin (13/5).

Sama seperti membangun jalan tol, pemerintah semestinya bisa membangun infrastruktur gas bumi. Dia meyakini dengan adanya dukungan infrastruktur, program jargas bagi rumah tangga dapat lebih mudah untuk diakselerasi.

Dengan begitu, jargas dapat benar-benar menggantikan LPG untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Artinya, ada potensi pengurangan subsidi energi yang tiap tahunnya memakan anggaran hingga ratusan triliun rupiah.

"Ingat bahwa Rp510 triliun per tahun subsidi energi sebagian besar untuk LPG. Jadi secara makro dengan subsidi yang direalokasi untuk membangun jaringan gas itu lebih dari cukup," kata Hadi.

Baca Juga: ESDM Bidik 2,4 Juta Rumah Tangga Tersambung Jargas Tahun Depan

Dirinya tak menampik sumber gas saat ini paling banyak berada di wilayah Indonesia Timur. Di sisi lain, kebutuhan gas bumi menumpuk untuk industri di Indonesia bagian barat.

Solusinya, gas bumi yang ada di Indonesia Timur ia sebut bisa diolah menjadi Liquified Natural Gas (LNG). Secara paralel, pemerintah bisa membangun titik-titik LNG Floating Storage & Regasification Unit (FSRU) di Indonesia bagian barat.

Dengan begitu, ada interkoneksi lewat pipa gas Transjawa antara Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Beriringan dengan itu, setiap provinsi diwajibkan membuat cetak biru jargas dari FSRU ke kawasan industri antarkbupaten, pusat-pusat bisnis, hingga sektor perhotelan dan power plant yang masih menggunakan high speed diesel.

"Jaringan gas ini juga di perluas sampai ke jaringan gas di real estate dan kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi, cluster-cluster perumahan, dan sektor transportasi baik darat maupun laut. Termasuk, kapal kargo besar dengan tangki bahan bakar mini LNG," imbuh dia.

Lebih lanjut, Hadi mengatakan program jargas tak akan mengganggu kebutuhan gas bumi untuk industri. Pasalnya, Indonesia punya sumber gas yang melimpah.

Artinya, program jargas dan pemanfaatan gas bumi oleh industri dapat saling melengkapi serta terintegrasi dengan adanya LNG FSRU. Hal ini bakal efektif untuk menyerap produksi gas bumi di sisi hulu, mengingat ada sumber daya yang sangat besar, khususnya di Indonesia Timur lewat Blok Masela, Tangguh Train-3, hingga Kasuri.

"Termasuk juga kabar baik ada 15 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TCF) resources gas dari eksplorasi di Andaman dan Deep Water Mahakam," sebutnya.

Seluruh sumber daya gas bumi, sambungnya, dapat dipetakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan catatan harus ada infrastruktur pendukung yang mumpuni.

"Syaratnya adalah pembangunan infrastruktur dan mindset kita harus berubah. Industri kita harus mulai memikirkan industri berbasis gas, instead of minyak," jabar Hadi Ismoyo.

Lebih Hemat
Sekadar informasi, pemerintah telah merampungkan proyek pipa transmisi gas bumi Cirebon-Semarang tahap I ruas Semarang-Batang. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi menuturkan pelaku industri di Kawasan Industri Kendal akan menikmati penurunan harga gas dengan beroperasinya pipa transmisi Cisem I.

Pipa transmisi gas bumi Cisem masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk meningkatkan akses gas bumi bagi pembangunan nasional. Proyek itu merupakan pertama kalinya pipa transmisi gas bumi dibangun langsung oleh Kementerian ESDM lewat pembiayaan APBN.

Dengan kehadiran pemerintah secara langsung, maka toll fee atau biaya pengangkutan gas menjadi lebih rendah atau sekitar US$0,3 per MMBTU.

Pemerintah pun berharap pipa Cisem bisa meningkatkan aksesibilitas harga gas yang lebih terjangkau untuk mendorong pertumbuhan industri yang ujungnya juga berdampak pada peningkatan daya beli.

"Selain industri, pipa Cisem juga akan memberi nilai tambah melalui gas untuk rumah tangga. Setelah selesainya tahap II, diharapkan terdapat potensi untuk Jaringan Gas Kota (Jargas) minimal 5 MMSCFD sekitar 300.000 rumah tangga," ucap Agus akhir November 2023 silam.

Baca Juga: BPH Migas Dorong Peningkatan Layanan Jargas di Jatim

Pada kesempatan berbeda, Menteri ESDM Arifin Tasrif menegaskan pemerintah terus membangun infrastruktur supaya gas bumi Indonesia yang melimpah dapat termanfaatkan di dalam negeri.

Selain untuk industri, Arifin memastikan kehadiran infrastruktur juga ditujukan bagi akselerasi program jaringan gas (jargas) rumah tangga untuk menekan impor LPG.

"Jargas itu bisa gantiin LPG impor. Kalau enggak kan, devisa kita abis semua. Sedangkan kita produksi gasnya akan banyak," sebut Arifin kepada awak media di sela kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2024 di Jakarta, Senin (6/5) lalu.

Setelah Pipa Gas Cirebon-Semarang Tahap I rampung, Eks Duta Besar RI untuk Jepang itu memastikan proyek pipa gas selanjutnya, yakni dari Dumai hingga Sei Mangkei siap dimulai pada tahun 2024 ini.

"Tahun ini kita sudah mulai start, 2027 harus selesai Dumai-Sei Mangkei 400 km lagi," ucap Arifin.

Dia menggarisbawahi, infrastruktur pipa gas juga harus mumpuni untuk mengalirkan komoditas tersebut. Jika pipa gas sudah tersedia, selanjutnya tinggal dibuat cabang-cabang supaya jaringan gas juga bisa masuk ke rumah tangga untuk menggantikan LPG yang selama ini digunakan masyarakat untuk memasak.

"Kalau LPG orang nenteng-nenteng ke rumah. Kalau ini kan kita tinggal sambungin, tinggal 'cetek' (nyalakan). Ini yang ingin kita permudah, ketahanan energi, harganya untuk masyarakat juga kompetitif dan gampang," tandas Arifin Tasrif.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar