c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

02 Mei 2025

20:37 WIB

Soal Penambahan Impor Energi Dari AS, Bahlil: Masih Digodok

Keputusan penambahan porsi impor energi masih menunggu hasil negosiasi pemerintah RI dan AS. Kementerian ESDM bersama Kemenko Perekonomian juga terus menggodok rencana penambahan impor energi dari AS.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Soal Penambahan Impor Energi Dari AS, Bahlil: Masih Digodok</p>
<p>Soal Penambahan Impor Energi Dari AS, Bahlil: Masih Digodok</p>

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberi keterangan ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2/5/2025). Antara/Putu Indah Savitri

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui, pihaknya masih menanti hasil negosiasi dari tim Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat soal negosiasi tarif impor Negeri Paman Sam.

Negosiasi itu, sambungnya, dilakukan sebelum pemerintah secara resmi menambah porsi impor energi, yakni BBM, minyak mentah (crude oil), dan LPG dari AS.

Sampai saat ini, tim negosiasi masih terus bekerja. Secara paralel, Kementerian ESDM bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga terus menggodok rencana penambahan impor energi dari AS.

"Karena belum ada suatu keputusan yang pasti tentang poin-poin mana saja yang akan disepakati, maka kami sampai dengan sekarang belum melakukan eskalasi terhadap impor (energi) tambahan," kata Bahlil saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2/5).

Baca Juga: Tepis Isu Defisit Gas, Menteri ESDM Sebut Lifting Akan Naik 2026-2027

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Indonesia punya rencana meningkatkan porsi impor energi dari AS sebagai senjata negosiasi soal tarif dagang yang ditetapkan Presiden Donald Trump.

Saat ini, Bahlil menerangkan, porsi impor LPG dari AS berada di kisaran 59%, sementara impor minyak mentah sebanyak 6-7%. Jumlah itu dijelaskannya bakal dinaikkan dalam upaya menyeimbangkan neraca perdagangan dengan Negeri Paman Sam.

"Yang ada sekarang masih dalam 59% LPG impor kita dari Amerika, kemudian crude-nya kita juga impor kurang lebih 6-7%. Nah, itu yang kita akan tingkatkan setelah ada keputusan bersama," sebut dia.

Adapun sebelumnya, pemerintah Indonesia berencana meningkatkan porsi pembelian LPG dari AS menjadi sebesar 65-80%. Sedangkan untuk minyak mentah, bakal terkerek naik menjadi lebih dari 40%.

Tetapi khusus untuk impor Bahan Bakar Minyak (BBM), pemerintah masih menunggu pembahasan teknis dengan tim yang terdiri dari Kementerian ESDM dan PT Pertamina.

"Ini bukan penambahan kuota impor, tapi hanya mengalihkan pembelian dari negara lain ke Amerika Serikat," ucap Menteri Bahlil di Istana Kepresidenan mengutip Antara, Kamis (17/4).

Baca Juga: Bahlil Tepis Wacana Impor LNG Dari AS

Tak tanggung-tanggung, jumlah impor energi Indonesia dari AS bakal berada di kisaran US$10 miliar. Hal itu dilakukan guna menyeimbangkan defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia yang mencapai sekitar US$14,6 miliar.

"Karena defisit sekitar US$14,6 miliar, tapi diakui oleh mereka US$17,9 miliar. Jadi, impor beberapa komoditas seperti LPG, BBM, dan crude itu nilainya kurang lebih sekitar US$10 miliar," jelas Bahlil, Kamis (24/4).

Bahkan, pemerintah juga berencana membeli beberapa barang modal dari Amerika Serikat untuk proyek kilang minyak atau refinery di Indonesia.

"Yang juga kita lakukan adalah pembelian terhadap beberapa barang modal yang ada dari AS untuk pembangunan refinery, bagian daripada hilirisasi ke depan. Itu kurang lebih sekitar US$8-10 miliar," tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar