c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

02 Mei 2025

18:08 WIB

Tepis Isu Defisit Gas, Menteri ESDM Sebut Lifting Akan Naik 2026-2027

Bahlil yakin tak akan ada defisit gas karena ada peningkatan lifting pada 2026-2027 mendatang.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Tepis Isu Defisit Gas, Menteri ESDM Sebut <em>Lifting</em> Akan Naik 2026-2027</p>
<p id="isPasted">Tepis Isu Defisit Gas, Menteri ESDM Sebut <em>Lifting</em> Akan Naik 2026-2027</p>

Pekerja tengah menggali jaringan gas di Kota Bandarlampung. ANTARA/HO PGN

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menepis proyeksi yang dilayangkan PT PGN Tbk terkait potensi kekurangan atau shortage gas bumi sampai tahun 2035 mendatang.

"Proyeksinya dari mana? Yang menangani tentang potensi gas itu adalah SKK Migas dan Kementerian ESDM, kalau PGN hanya menerima hasilnya," sebut Bahlil saat ditemui, Jumat (2/5).

Dia menyebut kekhawatiran yang diungkapkan emiten pelat merah berkode saham PGAS itu tidak akan terjadi, mengingat ada proyeksi lifting gas yang naik pada 2026-2027 mendatang.

Proyeksi kenaikan lifting itu ia dapatkan setelah mengunjungi beberapa wilayah kerja di Kalimantan dan memastikan agar produksi segera digenjot untuk memenuhi kebutuhan.

"Saya baru pulang dari Kalimantan, mengecek, 2026-2027 itu lifting kita akan mulai naik. Jadi, 2025 ini kita belum pernah ada impor gas kok. Penambahannya dari ENI, kemudian dari Mubadala, lalu beberapa sumur-sumur yang ada," tambah Menteri Bahlil.

Namun, Bahlil tidak menyebutkan berapa kenaikan lifting tahun 2026-2027.

Baca Juga: Pasokan Gas Pipa Turun, PGN Optimalkan Regasifikasi LNG Di Kuartal I/2025

Sebagai informasi, Onshore Receiving Facility (ORF) milik perusahaan Italia, yakni ENI berperan sebagai penghubung utama antara produksi gas lepas pantai FPU Jangkrik dengan titik serah di Senipah dan Kilang LNG Bontang.

Dengan begitu, pasokan minyak dan gas bumi bisa segera diproses dalam rangka pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor.

Tak hanya itu, ENI juga tengah menyiapkan dua Proyek Strategis Nasional (PSN), yakni Indonesia Deepwater Development (IDD) dengan cadangan gas 2,67 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TCF), serta Geng North sebesar 5,3 TCF.

Secara total, nilai investasi yang akan dikeluarkan perusahaan asal Negeri Pizza itu mencapai US$3,7 miliar utuk Southern Hub (IDD) dan US$11,4 miliar untuk Northern Hub. Angka itu menjadi bukti komitmen ENI untuk memaksimalkan potensi migas Indonesia.

"Salah satu contohnya adalah ENI. Kalau jadi, 2029 rencana proyeknya selesai, tapi kita minta dimajukan menjadi tahun 2028, itu akan menghasilkan kurang lebih sekitar 1.500 MMSCFD gas dan 90 ribu barel konsentrat," kata Bahlil beberapa waktu lalu.

Shortage Gas PGN
Sebelumnya, Direktur Utama PT PGN Tbk Arief Setiawan Handoko mengungkapkan pihaknya bakal mengalami kekurangan pasokan gas bumi sebagai dampak natural declining atau penurunan produksi dari lapangan gas yang ada.

Arief menyebut, shortage gas bakal terjadi sampai tahun 2035 pada seluruh regional, mulai dari Sumatra Bagian Utara, Sumatra Bagian Selatan, Sumatra Bagian Tengah, dan Jawa Bagian Barat, hingga Jawa Bagian Tengah dan Timur.

"Sumatra Bagian Utara dan Tengah ini turun sejak 2028. Jadi kalau kita lihat sejak 2028-2035, shortage sampai 96 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari)," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII di Gedung Parlemen, Senin (28/4).

Baca Juga: Kemenperin Minta HGBT Tetap US$6 Dan Suplai Gas Lancar

Sementara untuk Sumatra Bagian Selatan dan Tengah sampai Jawa Bagian Barat, proyeksi shortage gas bakal lebih dalam, yakni mencapai 513 MMSCFD pada tahun 2035 mendatang.

Berdasarkan bahan paparannya, puncak shortage gas di Sumatra Bagian Selatan dan Tengah sampai Jawa Bagian Barat bakal terjadi pada tahun 2034 dengan defisit sebesar 534 MMSCFD.

Sedangkan untuk Jawa Bagian Tengah dan Timur, puncak shortage gas diperkirakan terjadi tahun 2035 sebesar 194 MMSCFD. Tetapi, tren defisit akan dimulai tahun 2027 mendatang.

"Sumatra Bagian Selatan, termasuk di dalamnya bagian tengah dan Jawa Bagian Barat, termasuk Lampung, akan sedikit lebih mengkhawatirkan. Gas balance kita dari 2025 sampai ke 2035 itu shortage-nya semakin membesar sampai minus 513 MMSCFD," jelas Arief Setiawan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar