c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

29 April 2025

10:57 WIB

Bahlil Tepis Wacana Impor LNG Dari AS

Stok LNG di dalam negeri masih cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Sampai saat ini belum ada instruksi dari Presiden Prabowo Subianto untuk mengimpor LNG guna memenuhi kebutuhan domestik.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Bahlil Tepis Wacana Impor LNG Dari AS</p>
<p>Bahlil Tepis Wacana Impor LNG Dari AS</p>

Ilustrasi - Sebuah kapal tanker gas alam cair (LNG) ditarik menuju pembangkit listrik termal di Futtsu, timur Tokyo, Jepang, Senin (13/11/2017). Antara/Reuters/Issei Kato

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menekankan, Indonesia hingga saat ini belum berencana mengimpor Liquified Natural Gas (LNG) dari Amerika Serikat, sebagai salah satu alat negosiasi tarif dagang yang terjadi belakangan ini.

Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) itu mengatakan, kebutuhan LNG nasional masih tercukupi dari stok yang tersedia di dalam negeri. Oleh karena itu, dirinya menepis ada wacana impor LNG dari Negeri Paman Sam.

"Sampai dengan hari ini, kami menganggap kebutuhan (LNG) masih tercukupi dari dalam negeri. Sampai dengan sekarang ya," tegas Menteri Bahlil saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (28/4).

Baca Juga: Pemerintah Bentuk Satgas Percepatan Negosiasi Tarif Dengan AS

Adapun hal tersebut Bahlil ungkapkan merespons pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani beberapa waktu lalu soal rencana peningkatan impor sejumlah komoditas strategis dari AS.

Menkeu kala itu menjelaskan ada beberapa komoditas yang impornya akan ditingkatkan, mulai dari minyak, LNG, hingga produk pertanian seperti gandum, kedelai, dan jagung. 

“Produk seperti gandum, kedelai, dan jagung merupakan produk pertanian yang juga dikonsumsi di Indonesia secara cukup signifikan. (Namun), kita mengimpor tidak hanya dari Amerika Serikat tetapi juga dari banyak negara lain," ungkap Menkeu, Kamis (24/4). 

Bendahara Negara menilai, sekalipun Indonesia merupakan salah satu kawasan penghasil migas, tetapi kapasitas produksinya masih belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Sehingga, pemerintah mengulik peluang impor energi, khususnya LNG dari Amerika Serikat.

“Jadi ini semua adalah area di mana kita tentu dapat melakukan outsourcing minyak dan gas dari Amerika Serikat, termasuk produk Boeing dan sebagainya. Ada juga beberapa komoditas serta produk manufaktur di mana kita dapat mempersempit, mengurangi, atau bahkan menghilangkan surplus ini,” papar Sri.

Di lain sisi, Bahlil melanjutkan, sampai saat ini belum ada instruksi dari Presiden Prabowo Subianto untuk mengimpor LNG guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

"Memang kemarin dari pembicaraan saya sama Bapak Presiden, tidak ada LNG. Jadi saya tidak tahu lah, saya tidak boleh mengomentari sesama menteri, tapi saya menjelaskan tentang apa yang saya lakukan," tegas Bahlil.

Baca Juga: Indonesia Kejar Kesetaraan Tarif Dagang AS Agar Tetap Kompetitif

Lebih lanjut, Eks-Ketua Umum HIPMI itu mengungkapkan, pemerintah memang ada rencana meningkatkan impor energi dari Amerika Serikat, tetapi terbatas pada Liquified Petroleum Gas (LPG), bahan bakar minyak (BBM), serta minyak mentah atau crude oil.

Tak tanggung-tanggung, jumlah impor energi Indonesia dari AS bakal berada di kisaran US$10 miliar. Hal itu dilakukan guna menyeimbangkan defisit neraca perdagangan Amerika Serikat terhadap Indonesia yang mencapai sekitar US$14,6 miliar.

"Karena defisit sekitar US$14,6 miliar, tapi diakui oleh mereka US$17,9 miliar. Jadi, impor beberapa komoditas seperti LPG, BBM, dan crude itu nilainya kurang lebih sekitar US$10 miliar," jelasnya.

Di samping itu, pemerintah juga berencana membeli beberapa barang modal dari Amerika Serikat untuk proyek refinery atau kilang minyak di Indonesia.

"Yang juga kita lakukan adalah pembelian terhadap beberapa barang modal yang ada dari AS untuk pembangunan refinery, bagian daripada hilirisasi ke depan. Itu kurang lebih sekitar US$8-10 miliar," ucapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar