c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

25 September 2023

08:00 WIB

SKK Migas Optimis Lapangan Stranded Gas Bisa Dikembangkan

SKK Migas menyebut lapangan stranded gas merupakan lapangan-lapangan yang memiliki keekonomian rendah serta jauh dari infrastruktur dan pasar.

Editor: Fin Harini

SKK Migas Optimis Lapangan <i>Stranded Gas</i> Bisa Dikembangkan
SKK Migas Optimis Lapangan <i>Stranded Gas</i> Bisa Dikembangkan
Ilustrasi. Saluran pipa gas PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatera Zona 4 di Prabumulih, Sumatra Selatan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

BALI – Pengembangan teknologi yang lebih maju untuk mendukung operasi industri hulu migas memberikan harapan besar pada SKK Migas untuk segera dapat mengembangkan lapangan-lapangan stranded gas, yaitu lapangan-lapangan yang memiliki keekonomian rendah serta jauh dari infrastruktur dan pasar.

Dengan adanya kemajuan tersebut, pada acara Convention on Indonesia Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, SKK Migas mengundang berbagai perusahaan penyedia jasa untuk ikut berpartisipasi pada kegiatan usaha hulu migas, yang antara lain bertujuan untuk meningkatkan produksi.

“Sekarang ini sudah ada beberapa teknologi yang dapat mengembangkan lapangan-lapangan gas secara ekonomis. Lapangan dengan volume kecil 1-2 mmscfd dikembangkan dengan menggunakan teknologi modular Nano LNG selain teknologi CNG. Jadi kami sangat optimis, lapangan-lapangan stranded gas akan dapat diproduksikan,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto melalui siaran pers, Minggu (24/9).

Baca Juga: RI Berpotensi Jadi Pemimpin di Pasar LNG Dunia

Data di SKK Migas pada Juni 2023 menyebutkan, terdapat sejumlah POD yang masuk kategori stranded gas karena pengembangan lapangan tersebut terkendala oleh lokasi kegiatan yang berada di remote area, jauh dari infrastruktur dan pembeli gas.

POD tersebut adalah Lapangan Mako di WK Duyung (West Natuna Exploration ltd); Lapangan Wasambo (Walanga, Sampi-sampi, Bonge) di WK Sengkang, Lapangan Jambu Aye di WK Krueng Mane, Lapangan Tutung di WK Bontang; Lapangan Sinamar di WK South West Bukit Barisan; Lapangan Lengo di WK Bulu; Lapangan MDK di WK Madura Strait dan Lapangan North West Kenanga di WK Batanghari.

Selain itu juga terdapat beberapa POD yang masuk pada katagori pending oil and gas area. Yakni, lapangan migas yang masih less priority karena kinerja lapangan lain masih lebih bagus, atau lapangan tersebut masih dalam tahap re-FID ataupun direview oleh Manajemen KKKS karena keekonomian yang rendah.

POD yang masuk katagori ini, antara lain rencana pengembangan Lapangan Badik dan West Badik di WK Nunukan; Lapangan Sadewa di WK East Kal-Attaka; Lapangan OO, OC, OX di WK ONWJ; dan Lapangan Anggor di WK Gebang; Lapangan Arung Nowera di WK South Sumatra dan Lapangan Tambak Boyo di WK Pangkah.

Pada acara ICIUOG lalu, SKK Migas memfasilitasi sejumlah kesepakatan bisnis antara perusahaan penyedia jasa dengan Kontraktor KKS dengan maksud untuk antara lain mendukung efisiensi biaya. Selain itu juga ada kesepakatan bisnis yang dimaksudkan untuk mendukung peningkatan produksi dan juga penurunan emisi gas buang.

Salah satu nota kesepahaman yang ditandatangani membahas pemanfaatan gas suar dengan tujuan mengurangi emisi dan mengubahnya menjadi produk bernilai ekonomis seperti LNG, LPG, dan CNG, dengan menerapkan teknologi pemrosesan gas suar berbasis skid berskala mikro yang dapat dipindah-pindah tempat sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan teknologi ini memberi harapan pengembangan lapangan berskala kecil juga dapat dilakukan.

Baca Juga: Pemerintah Tingkatkan Suplai Gas Bumi Penuhi Kebutuhan Domestik

Pemerintah telah membidik target produksi sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar kaki kubik gas per hari (MMSCFD) pada tahun 2030 mendatang.

Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara menyebut keekonomian lapangan menjadi kendala untuk mencapai target itu.

Dia menilai, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai target lifting migas tahun 2030, yakni membuat cadangan yang ada bisa dikembangkan dan sesuai dengan keekonomian, serta memastikan proyek yang telah direncanakan bisa dirampungkan sesuai jadwal.

"Daftar list cadangan sudah ada, tapi semuanya tidak ekonomis. Untuk itu, kita siap meluncurkan insentif dan memastikan proyek tidak delay. Kalau sudah delay, itu proyek langsung berubah keekonomiannya," kata Benny.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar