28 Agustus 2023
08:43 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan suplai gas bumi dalam rangka memastikan pemenuhan kebutuhan gas nasional hingga penyuplai kebutuhan di kawasan Asia Tenggara.
Hal itu diungkapkan Direktur Pembinaan Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Mustafid Gunawan. Dalam kegiatan ASEAN Energy Business Forum (AEBF), Mustafid menegaskan permintaan gas domestik bisa terpenuhi dari suplai eksisting, suplai yang sedang berjalan, serta suplai potensial.
"Untuk pemenuhi permintaan yang telah berkontrak, diproyeksikan akan dipenuhi dari pengembangan lapangan eksisting," ucap Mustafid dalam siaran pers Kementerian ESDM, Minggu (27/8).
Dia menambahkan, bagi permintaan potensial ataupun yang telah berkomitmen, akan didukung melalui proyek dan suplai potensial yang diperkirakan bisa on-stream sesuai jadwal masing-masing lapangan.
Baca Juga: Melihat Peran Gas Bumi Sebagai Jembatan Transisi Energi
Pemenuhan gas untuk keperluan dalam negeri, sambung Mustafid, telah mendominasi porsi pemanfaatan gas bumi sepanjang 2022 lalu. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 67% dari total gas terdistribusi 5.474,42 BBTUD tahun lalu digunakan untuk keperluan domestik.
Tren pemanfaatan gas untuk kebutuhan dalam negeri pun diperkirakan meningkat hingga tahun ini. Di sisi lain, Indonesia juga diprediksi tetap menjadi net eksportir gas bumi di masa yang akan datang.
"Namun demikian, Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan pemanfaatan gas untuk kebutuhan domestik dan menurunkan ekspor secara bertahap untuk menjaga ketahanan energi dan mendukung pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Sementara untuk mengoptimalkan suplai dan pemanfaatan gas selama masa transisi energi, pemerintah melalui Kementerian ESDM telah meracik strategi, utamanya guna mendongkrak produksi dan cadangan gas bumi, meningkatkan ketersediaan dan memaksimalkan pemanfaatan suplai gas domestik, hingga menetapkan harga gas bumi yang terjangkau dan kompetitif.
Mustafid menegaskan, hal penting yang patut menjadi perhatian pada strategi yang disusun pemerintah ialah perbaikan proses perizinan, khususnya di level pemerintah daerah.
"Kami juga menetapkan beberapa program untuk meningkatkan proyek gas bumi, seperti gasifikasi pada pembangkit listrik, mendukung zona industri, transmisi dan jaringan gas, serta hilirisasi gas pada industri," tandas Mustafid Gunawan.
Masifkan Eksplorasi
Sebelumnya, Country Head Indonesia Rystad Energy Sofwan Hadi menekankan bahwa pemerintah harus memasifkan eksplorasi dan pengembangan lapangan migas.
Pasalnya, laporan Rystad Energy menunjukkan produksi gas alam dari lapangan yang ada saat ini hanya berkontribusi 35% terhadap total produksi yang dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan domestik 20 tahun mendatang dan 65% sisanya harus berasal dari produksi lapangan gas baru.
"Data ini menunjukkan peran penting eksplorasi secara masif dan pengembangan lapangan migas baru untuk menunda beban impor," kata Sofwan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (23/8).
Baca Juga: SKK Migas: Target Lifting Tahun Depan Lebih Realistis
Adapun sederet lapangan gas baru yang saat ini dalam tahap pengembangan terdiri dari Lapangan Andaman di lepas pantai Aceh, Lapangan Mako di Natuna, IDD Fase II (Gendalo dan Gendang) di Kalimantan Timur, Asap Kido Merah di Papua, serta Lapangan Abadi Masela di Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Sofwan menyebut produksi gas dari lapangan-lapangan baru itu diprediksi memberi sumbangsih hingga sekitar 60% terhadap produksi gas nasional pada 2030 dan meningkat jadi 80% tahun 2035 mendatang.
Kendati demikian, lonjakan produksi gas nasional ia khawatirkan hanya terjadi sesaat sebelum menurun jelang 2040 apabila pengembangan lapangan-lapangan baru itu tak dibarengi penemuan cadangan baru.
"Volume konsumsi gas di Indonesia pun diperkirakan meroket 298% pada tahun 2050, seiring target Indonesia untuk menjadi salah satu negara dengan PDB terbesar di dunia," pungkasnya.