06 Januari 2024
08:42 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - PT PLN (Persero) berkomitmen mengakselerasi pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) dalam rangka mendukung agenda transisi energi Indonesia.
Pada tahun 2023 lalu, perusahaan pelat merah tersebut telah merampungkan sebanyak 28 proyek pembangkit listrik berbasis EBT. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan rampungnya proyek pembangkit EBT itu jadi bentuk komitmen dukungan perusahaan terhadap pemerintah untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
"Kami memangkas ketergantungan fosil. Tentu kami menghadapi berbagai tantangan dalam transisi energi, namun di saat yang sama kami punya banyak peluang kolaborasi," ucapnya lewat keterangan tertulis, Jumat (5/1).
Salah satu pembangkit EBT yang telah diresmikan, ialah PLTS Terapung Cirata berkapasitas 192 MWp pada 9 November 2023 lalu. Proyek yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo itu merupakan hasil kolaborasi dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Masdar.
Darmawan mengatakan kolaborasi dengan Masdar tak berhenti hingga peresmian, tetapi juga dilanjutkan dengan studi penambahan kapasitas PLTS Cirata, serta mengembangkan proyek serupa di tempat potensial lainnya.
"Ini kolaborasi internasional dalam akselerasi transisi energi. Perubahan iklim ini masalah global, dibutuhkan juga solusi secara global dalam bentuk kolaborasi," tutur dia.
Baca Juga: Tersisa Dua Tahun, Target Bauran EBT Baru Terpenuhi 60%
Tak hanya itu, PLN sepanjang 2023 juga telah meresmikan 27 pembangkit EBT lain dengan total kapasitas 344 MW. Untuk tenaga hidro, telah dirampungkan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Basai Kemu berkapasitas 8,84 MW, PLTM Sukarame 7,4 MW, PLTM Krueng Isep Ekspansi 10 MW, hingga PLTM Lintau 1 dan PLTM Lintau 2 yang masing-masing berkapasitas 4,64 MW.
Kemudian, telah diresmikan juga PLTM Anggoci 9 MW, PLTM Tongar 6,48 MW, PLTM Aek Sigeaon 3x2 MW, PLTM Aek Sibundong 4x2 MW, PLTM Bayu 3,6 MW, PLTM Cibuni 3,2 MW, PLTM Kanzy 1 3 MW, PLTM Cileunca 1,09 MW, PLTM Sumberarum 1 3,4 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pageruyung 4,4 MW, serta PLTA Batu Gajah 7,5 MW.
Selanjutnya untuk tenaga surya, telah dirampungkan PLTS Sepangkur Besar 0,075 MW, PLTS UP3 Gresik Gili Noko 0,05 MW, PLTS Saular 0,025 MW, PLTS Saibus 0,1 MW, PLTS Sadulang Besar 0,1 MW, serta PLTS Kemirian berkapasitas 0,05 MW.
Selain itu, PLN juga meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi 39,6 MW dan PLTP Sokoria 2 5 MW, serta pembangkit dengan energi hijau lainnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Ujung Batu 3,9 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Surakarta berkapasitas 8 MW.
"Kami terus menggali potensi sumber daya alam untuk dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, hal ini menjadi kekuatan kita untuk bisa beralih dari energi berbasis fosil ke sumber energi domestik, langkah ini sekaligus untuk memperkuat ketahanan energi," kata Darmawan.
Dedieselisasi
Langkah PLN untuk melepas ketergantungan terhadap fosil juga dituangkan lewat program dedieselisasi, yakni penguatan infrastruktur transmisi dan jaringan distribusi ke pulau-pulau yang selama ini bergantung pada diesel.
Misalnya pada September 2023 lalu, PLN telah mengoperasikan jaringan listrik dan kabel sungai bertegangan 20 kV di Kecamatan Pelangiran dan Kecamatan Teluk Belengkong Provinsi Riau.
"PLN juga mengoperasikan saluran kabel laut tegangan menengah 20 kV interkoneksi Batam–Pulau Buluh pada Desember 2023," jabar Darmawan.
Darmawan pun menegaskan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang sebelumnya digunakan sebagai suplai utama bisa dinonaktifkan dengan pengoperasian jaringan listrik tersebut, sehingga warga bisa tetap menikmati listrik 24 jam.
"Upaya pembangunan kabel bawah laut ini menjadi upaya PLN memberikan akses listrik yang merata bagi seluruh masyarakat," imbuhnya.
Baca Juga: Siap Saingi Fosil, Harga Keekonomian EBT Kian Kompetitif
Green Hydrogen
Masih dalam upaya mendukung transisi energi, PLN juga mengembangkan rantai pasok green hydrogen sebagai alternatif bahan bakar kendaraan. Sebanyak 21 unit Green Hydrogen Plant (GHP) telah diresmikan PLN pada November 2023 lalu dengan kapasitas produksi 199 ton hidrogen per tahun.
Adapun lokasi-lokasi GHP itu berada di PLTU Pangkalan Susu, PLTU Muara Karang, PLTU Suralaya 8, PLTU Suralaya 1-7, PLTU Cilegon, PLTU Labuan, PLTU Lontar, PLTU Priok, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Muara Tawar, PLTU Indramayu, PLTU Tambak Lorok, PLTU Tanjung Jati, PLTU Embang, PLTU Tanjung Awar-Awar, PLTU Gresik, PLTU Pemaron, PLTU Paiton, PLTU Grati, PLTU Pacitan, dan PLTU Adipala.
Lewat GHP, Darmawan menegaskan pihaknya berupaya membangun transisi energi dari sektor transportasi menuju low carbon supaya bisa berjalan dengan baik.
"Kalau kita berbicara transportasi, terdapat dua opsi. Pertama, mobil listrik berbasis pada baterai yang sudah kami bangun ekosistemnya. Kedua, kendaraan berbasis pada hidrogen yang perlu ada rantai pasok khusus, perlu ada green hydrogen yang telah kami sediakan melalui GHP ini," paparnya.
Ke depan, PLN berkomitmen menjalankan skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang akan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 75% dan pembangkit berbasis gas sebesar 25% hingga 2040.
"Kami tidak bisa menjalankan semuanya dalam suasana kesendirian. Satu-satunya cara untuk terus maju adalah melalui kolaborasi," tandas Darmawan Prasodjo.