c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

21 Februari 2025

20:25 WIB

Sanken Siapkan 3 Langkah Atasi Masalah Tenaga Kerja Sebelum Pabrik Tutup

Kemenperin menyebut, PT Sanken menyiapkan 3 upaya untuk menangani masalah tenaga kerja di perusahaannya sebelum pabrik berhenti produksi dan hengkang dari RI.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Khairul Kahfi

<p>Sanken Siapkan 3 Langkah Atasi Masalah Tenaga Kerja Sebelum Pabrik Tutup</p>
<p>Sanken Siapkan 3 Langkah Atasi Masalah Tenaga Kerja Sebelum Pabrik Tutup</p>

Dirjen ILMATE Kemenperin Setia Diarta menyampaikan sedikitnya ada tiga upaya PT Sanken Indonesia untuk mengatasi masalah kepegawaian sebelum tutup pabrik, Jakarta, Jumat (21/2). ValidnewsID/Aurora KM Simanjuntak

JAKARTA - Kementerian Perindustrian menyebutkan, ada sebanyak 457 orang pegawai PT Sanken Indonesia sedang masa transisi sebelum pabrik Sanken di kawasan industri MM2100, Cikarang, Jawa Barat resmi berhenti produksi pada Juni 2025.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Setia Diarta mengatakan, pihaknya sudah melakukan audiensi dengan direksi PT Sanken Indonesia.

Setia menyampaikan, sedikitnya ada tiga upaya PT Sanken untuk mengatasi masalah kepegawaian dalam masa transisi ini. Seperti menawarkan pensiun dini hingga memberikan pelatihan.

"Mereka smooth, sesuai SOP (standard operating procedure), sudah membekali karyawan mungkin total ada sekitar 450-an pegawai," ujanrya kepada awak media saat ditemui di Kantor Kemenperin, Jakarta, Jumat (21/2).

Baca Juga: Kemenperin: Sudah Lapor OSS, Pabrik PT Sanken di Cikarang Berhenti Produksi Juni 2025

Setia mengeklaim, PT Sanken tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Melainkan, perusahaan telah menyiapkan skema pengupahan yang disepakati sebelum tutup pabrik atau golden handshake.

Dia pun memaparkan, ada tiga skema pengupahan yang diberikan Sanken kepada tenaga kerja, sebelum pabrik tutup dan pindah ke Jepang.

Pertama, PT Sanken Indonesia memberikan program pensiun dini atau golden handshake kepada para pegawainya.

"Mengenai upah untuk pensiun, bukan PHK ya, PHK kan sepihak, tapi kalau pensiun ya, ini memang golden shakehand, sesuai lah dengan ketentuan peraturan perundangan-perundangan," ucap Setia.

Kedua, memberikan pembekalan atau pelatihan kepada pegawai yang ingin mengasah skill atau kemampuan wirausaha.

Ketiga, menawarkan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk menyerap tenaga kerja PT Sanken Indonesia. Namun, Setia tidak menyebut pabrik mana saja yang sudah ditawarkan untuk transfer pekerja.

"Dari informasi kemarin, Pak Direktur juga audiensi manggil Sanken Indonesia, tidak detail memang menyebutkan ke mana saja dan berapa jumlahnya, kita belum tahu," tuturnya.

Dirjen ILMATE menyoroti, langkah-langkah yang dilakukan perusahaan dalam menangani masalah ketenagakerjaannya. Ia berharap, pemenuhan hak karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

"Tiga hal ini mereka lakukan," tegasnya.

Permintaan Turun dan Kerap Merugi
Lebih lanjut, Setia juga mengungkapkan, penghentian produksi PT Sanken di Cikarang bukan karena iklim usaha yang buruk di Indonesia.

Baca Juga: PT Sanken Argadwija: Kami Beda Dengan Pabrik Yang Mau Tutup Juni 2025

Dia mengutarakan, ada dua faktor yang membuat Sanken hengkang dari Indonesia. Meliputi, keputusan manajemen induk usahanya di Jepang, serta anjloknya demand atau permintaan sehingga perusahaan kerap mengalami kerugian.

"Utilisasinya ya 10-14%, hanya untuk pemenuhan sektor otomotif saja, sudah enggak ada demand lain," terang Dirjen ILMATE.

Adapun PT Sanken Indonesia yang berlokasi di Cikarang ini banyak memproduksi peralatan listrik berupa transformator atau trafo dan Uninterruptible Power Supply (UPS).

Perlu diketahui, perusahaan itu berbeda dengan PT Sanken Argadwija yang berlokasi di Tangerang, Banten. Pabrik tersebut memproduksi peralatan elektronik, seperti dispenser, TV, kipas angin, kulkas dan home appliance lainnya.

"Perlu kami tekankan, penghentian lini produksi Sanken Indonesia bukan karena iklim usaha di Indonesia, tapi lebih pada kebijakan manajemen yang ada di Jepang untuk memberhentikan," sebutnya.

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar