21 Mei 2025
08:36 WIB
Rupiah Terjaga, BI-Rate Diproyeksi Turun Di RDG Mei
Ekonom menilai RDG Mei ini adalah momentum yang tepat untuk penurunan suku bunga BI-Rate mengingat volatilitas rupiah relatif terjaga dalam satu-dua pekan ini
Penulis: Fin Harini
Konferensi Pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG-BI) Bulanan September 2024, Jakarta, Rabu (18/9). Validnews/Khairul Kahfi
JAKARTA - Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo memproyeksikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate turun dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025 hari ini mengingat volatilitas rupiah sudah relatif terjaga.
“Saya melihat RDG Mei ini adalah momentum yang tepat untuk penurunan suku bunga mengingat volatilitas rupiah relatif terjaga dalam satu-dua pekan ini,” kata Banjaran dilansir dari Antara, di Jakarta, Rabu (21/5).
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Selasa (20/5) di Jakarta menguat sebesar 21 poin atau 0,12% menjadi Rp16.413 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.434 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa juga menguat ke level Rp16.406 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.455 per dolar AS.
Banjaran mencatat dari sisi global, temporary truce atau “genjatan senjata” sementara perang tarif Amerika Serikat (AS) dan China telah mengurangi eskalasi ketegangan dan ketidakpastian.
Di sisi lain, Indonesia membutuhkan suku bunga yang lebih pro growth sebagai katalisator untuk mendorong pertumbuhan sehingga adjustment dari Bank Indonesia akan sangat membantu ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Ekonom: BI Punya Momentum Pangkas Suku Bunga Di RDG Mei 2025
Menurut Banjaran, interest rate differential antara surat berharga Indonesia dibandingkan negara-negara di ASEAN juga masih cukup kompetitif.
Sebelumnya, hal serupa juga disampaikan Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro pada Senin (19/5) yang melihat adanya ruang pemangkasan BI-Rate sebesar 25 basis point (bps) dari level 5,75% menjadi 5,5% paling cepat pada RDG Mei 2025 apabila rupiah memang relatif stabil.
“Momentumnya saya rasa pas. Karena, yang pertama, (penurunan BI-Rate) untuk mendorong atau menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Andry.
Alasan lainnya, tekanan rupiah seharusnya sudah tidak setinggi pada periode awal di kuartal pertama yang lalu.
Selain itu, inflasi pun dinilai akan tetap rendah pada kisaran target Bank Indonesia. Terakhir, benchmark rate Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain juga masih relatif kompetitif.
Tahan Suku Bunga
Namun, berbeda dengan konsensus mayoritas, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksikan BI-Rate dipertahankan pada level 5,75 % dalam RDG Mei 2025, meski terdapat peluang penurunan ke depannya.
“(BI) masih fokus di stabilitas, dipicu ketidakpastian perang tarif. The Fed juga masih mempertahankan suku bunga patokan,” ujar David saat dihubungi secara terpisah.
Pada kuartal pertama 2025, pertumbuhan PDB Indonesia tercatat sebesar 4,87% year on year (yoy), lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,02%.
Baca Juga: BI Masih Tahan Suku Bunga April 2025 Di Level 5,75%
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat tipis menjadi 4,89% yoy. Sementara pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menurun menjadi 2,12% yoy.
Adapun belanja pemerintah tercatat kontraksi 1,38% yoy setelah pada tahun sebelumnya terdongkrak oleh aktivitas Pemilu.
“Ada indikasi perlambatan konsumsi, tetapi lebih disebabkan high base effect (Pemilu tahun lalu) dan belanja pemerintah yang belum optimal,” kata David.