19 Mei 2025
13:34 WIB
Ekonom: BI Punya Momentum Pangkas Suku Bunga Di RDG Mei 2025
BI punya peluang menurunkan suku bunga acuannya pada RDG BI Mei 2025. Meredanya tensi perang dagang global dan pergerakan rupiah yang stabil bisa menjadi penunjang penurunan ini.
Editor: Khairul Kahfi
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024 di Kantor LPS, Jakarta, Jumat (2/8/2024). Antara Foto/Aprillio Akbar
JAKARTA - Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian mengatakan, Bank Indonesia (BI) punya peluang atau momentum untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya pada pertemuan RDG BI pada Mei 2025. Alasannya, nilai tukar rupiah mulai stabil di tengah meredanya tensi perang dagang di tingkat global.
"Bisa kita lihat bahwa saat ini nilai tukar sudah stabil dan cenderung menguat, seiring meredanya perang dagang," ujar Fakhrul di Jakarta, Senin (19/5) melansir Antara.
Baca Juga: Ekonom Prediksi BI Turunkan Suku Bunga Semester II
Selain itu, lanjutnya, urgensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional semakin meningkat di tengah melambatnya prospek ekonomi global, sejalan masih berlangsungnya perang dagang yang sementara ini masih deeskalasi.
Selain tingkat suku bunga, menurut dia, hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut oleh Bank Indonesia adalah perihal penggunaan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) setelah kestabilan rupiah tercapai.
"Pelaku pasar berharap kondisi likuiditas di pasar uang dapat membaik, apabila tingkat imbal hasil SRBI semakin diturunkan dan jumlah yang dimenangkan juga disesuaikan," ujar Fakhrul.
Terkait intermediasi pasar keuangan, dia menilai bahwa pelonggaran kebijakan makroprudensial masih harus dilanjutkan untuk menunjang ekspektasi kredit di tengah ekonomi yang cenderung melemah.
Sementara itu, untuk pasar saham akan berada dalam suasana yang positif. Dia menyebut, membaiknya sentimen global akan membuat IHSG masih akan berada dalam trajektori positif selama pekan ini, dengan pemotongan BI rate menjadi katalis utama.
Menurut dia, saham sektor perbankan akan menjadi sektor utama penyokong pasar saham, seiring semakin tingginya dana asing yang masuk ke Indonesia.
"IHSG bisa mencapai 7.300, tetapi kita harus berhati-hati dengan profit taking kalau sentimen perang dagang kembali," ujar Fakhrul.
Baca Juga: Mirae Asset Ramal BI Masih Tahan Suku Bunga Mei 2025
Lebih lanjut, dia menyebut, pelaku pasar juga akan memperhatikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada April dan Mei 2025, yang akan menentukan suplai obgliasi negara yang akan masuk ke pasar.
"Volatilitas besar jangka pendek sudah selesai. Hal yang harus kita perhatikan ke depan adalah eksekusi belanja pemerintah, karena ini akan menjadi penentu apakah di semester II/2025 kita akan mengalami rebound ekonomi atau malah masih terperosok di zona pertumbuhan yang lebih rendah," ujar Fakhrul.
Pada pekan ini, BI akan menyelenggarakan pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa (20/5) dan Rabu (21/5). BI-Rate saat ini berada di level 5,75%. Paling terakhir, BI memutuskan menurunkan suku bunga acuan pada pertemuan RDG BI edisi Januari 2025 sebesar 25 bps.
Sementara itu, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Senin (19/5) pagi di Jakarta, melemah sebesar 36 poin atau 0,22%, dari sebelumnya Rp16.445 per dolar AS menjadi Rp16.481 per dolar AS.