05 Mei 2025
17:06 WIB
Rupiah Melemah Di Tengah Merosotnya Pertumbuhan Ekonomi
Rupiah ditutup melemah 17 poin di level Rp16.455 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level Rp16.437 per dolar AS.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). AntaraFoto/Fathul Habib Sholeh
JAKARTA - Mata uang rupiah pada perdagangan hari ini, Senin (5/5), ditutup melemah 17 poin di level Rp16.455 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan sebelumnya di level Rp16.437 per dolar AS.
Padahal sepanjang hari, rupiah sempat menguat sebesar 40 poin. Sementara itu, indeks dolar AS justru menguat.
Pengamat Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, terdapat beberapa faktor baik eksternal maupun internal yang membuat rupiah melemah.
Untuk faktor eksternal, dia menyebutkan ketidakpastian yang terus berlanjut atas tarif perdagangan AS, setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan, selama akhir pekan bahwa ia tidak memiliki rencana segera untuk membuka dialog dengan mitranya dari China, Xi Jinping.
Trump mengisyaratkan AS sedang mempersiapkan penandatanganan perjanjian perdagangan dengan beberapa negara, dan pemerintahannya sedang berdialog dengan China.
"Namun, kesepakatan perdagangan AS-China merupakan titik ketidakpastian terbesar bagi pasar, terutama setelah keduanya terlibat dalam perang dagang dan pertukaran tarif yang sengit hingga April," kata Ibrahim kepada media, Senin (5/5).
Baca Juga: Rupiah Menguat Terpicu Optimisme Deal Dagang AS-China
China pada Jumat lalu mengatakan tengah mengevaluasi kemungkinan perundingan perdagangan dengan AS, dengan menyatakan bahwa dialog apapun harus didasarkan pada ketulusan dan penghapusan tarif sepihak.
Selain itu, lanjut Ibrahim, adanya kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, menyusul ancaman dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu soal tindakan lebih lanjut terhadap Iran. Serangan mematikan Houti Yaman terhadap bandara di Israel, juga menjadi sentimen.
Di sisi lain, investor juga melangkah hati-hati menjelang pertemuan kebijakan Fed yang dimulai akhir minggu ini.
Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah karena para pembuat kebijakan telah mengambil sikap hati-hati untuk menilai dampak tarif Trump terhadap inflasi.
Keputusan itu muncul di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara Presiden Trump dan Federal Reserve. Lantaran, Trump terus menekan bank sentral untuk menurunkan suku bunga.
Faktor Internal
Sementara untuk faktor internal, Ibrahim menuturkan, Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I/2025 melambat ke 4,87% (yoy) dan terkontraksi 0,89% (qtq), menjadi salah satu sentimen rupiah ditutup melemah.
"Meski terjadi kontraksi secara kuartalan, BPS akan terus memantau perkembangan ekonomi pada kuartal berikutnya dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk belanja pemerintah, tren konsumsi domestik, serta kondisi eksternal seperti harga komoditas dan stabilitas perdagangan internasional," jelas Ibrahim.
Di tengah capaian pertumbuhan tahunan yang terjaga, sejumlah ekonom menilai pentingnya memperhatikan keberlanjutan konsumsi domestik yang menjadi pilar utama ekonomi nasional.
Adapun, konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89% memang menjadi penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto.
Kendati demikian, pertumbuhan ini dinilai masih belum cukup kuat untuk mengimbangi tekanan dari kontraksi sektor-sektor lainnya, terutama di tengah tren global yang belum menentu serta dampak kebijakan fiskal yang bersifat musiman.
Baca Juga: Ekonomi Tumbuh 4,87% Di Bawah Prediksi, BPS: Tetap Terjaga Dan Tumbuh Positif
Lebih jauh, Ibrahim menyampaikan, prospek ekonomi pada kuartal berikutnya diperkirakan akan sangat bergantung pada kecepatan pemerintah dalam mencairkan anggaran belanja, stabilitas harga bahan pokok, dan keberlanjutan ekspor di tengah perang dagang global.
Dukungan moneter seperti penguatan nilai tukar rupiah serta langkah Bank Indonesia dalam menjaga likuiditas pasar akan menjadi penentu dalam menjaga momentum pertumbuhan.
"Dengan menjaga komunikasi publik yang efektif dan menjaga kepercayaan pelaku usaha, pemerintah dinilai dapat meminimalkan gejolak yang muncul akibat tekanan domestik maupun eksternal," tutur dia.
Sementara itu, untuk perdagangan besok, Selasa (6/5), rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif, namun masih ditutup melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp16.440-Rp16.500 per dolar AS," pungkas Ibrahim.